Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi wanita
ilustrasi wanita (pexels.com/George Milton)

Gak munafik, sebagai manusia kita pasti pernah merasa lelah. Entah diperhadapkan dengan berbagai macam tugas dan tanggung jawab, atasan toksik, belum lagi masalah pribadi yang membuat kamu semakin overwhelmed dengan hidup.

Bagi beberapa orang, sambat dan mengeluh jadi salah satu cara untuk bertahan. Namun, saat ini jadi kebiasaan yang kerap dilakukan, ternyata ini bisa membawa banyak dampak buruk. Selain dicap sebagai pribadi yang negatif, orang lain juga enggan memberi kepercayaan dan tanggung jawab lebih padamu. Berikut lima alasan logis kebiasaan mengeluh malah akan merugikanmu. Jadikan ini sebagai bahan perenungan agar tidak sembarangan bersikap, ya!

1. Bikin kamu terlihat sebagai pribadi yang negatif dan toksik

ilustrasi wanita (pexels.com/Edmond Dantès)

Dekat dan berinteraksi dengan orang negatif hanya menguras energi. Ngumpul bareng teman yang harapannya memberi semangat dan motivasi, malah membuatmu semakin lelah. Bayangkan, kalau ternyata orang yang membawa energi negatif itu adalah kamu.

Kalau tiap ngumpul, pembahasanmu gak jauh-jauh dari keluhan, protres, dan sambatan, maka gak heran kalau orang-orang ilfeel denganmu. Tiap orang pun punya masalahnya sendiri. Dengan terus menceritakan masalahmu, itu malah membuatmu tampil jadi pribadi yang egois, intoleran, dan hanya fokus ke masalah.

2. Orang enggan mempercayakan tanggung jawab lebih

ilustrasi wanita (pexels.com/Mikhail Nilov)

Diperhadapkan dengan kesulitan sedikit saja, kamu sudah mengeluh sana-sini, bagaimana atasanmu berani mempercayakan lebih? Bukannya gak boleh mengeluh ya, tapi kalau terlalu sering mengeluh, kamu jadi buang-buang waktu untuk fokus ke masalah alih-alih solusinya.

Bukan hanya promosi material yang sulit terjadi, kamu pun akan jadi stagnan di tempat yang sama bertahun-tahun. Semakin dibawa tinggi, semakin keras tamparan anginnya. Gimana mau belajar kalau tiap dihadapkan dengan tantangan, fokusmu hanya pada kesulitan dan hal-hal negatif lainnya?

3. Bisa dijadikan bumerang untuk menyerangmu

ilustrasi pria dan wanita (pexels.com/Edmond Dantès)

Jobdesc banyak, gaji kecil, atasan toksik. Rasanya pengin keluar aja!” Hayo, apa kamu familiar dengan kalimat di atas? Tiap istirahat, makan siang, atau waktu ngerumpi bareng teman kantor, hal-hal itu terus yang kamu ucapkan.

Mulutmu adalah harimaumu. Karena itu, pikirkan dengan hati-hati apa yang akan kamu ucapkan. Karena, kamu sendiri gak benar-benar tahu bagaimana karakter teman-temanmu. Bisa saja ucapanmu dijadikan bahan untuk menjelek-jelekkanmu di depan atasan.

4. Bikin kamu jadi gak semangat duluan

ilustrasi wanita (pexels.com/Los Muertos Crew)

Tanpa disadari, kebiasaan mengeluh buat kamu jadi selalu melihat sesuatu berdasarkan sisi negatifnya. Hal ini yang bikin toksik, karena belum apa-apa, kamu sudah down dan malas duluan.

Tiap diberi tugas baru sama atasan, misalnya, alih-alih melihat ini sebagai peluang untuk belajar, kamu malah protes duluan. Secara gak langsung, kamu sama saja dengan membunuh semangatmu sendiri, bahkan sebelum kamu mengerjakannya.

5. Tingkat konflik semakin meningkat

ilustrasi konflik (pexels.com/Yan Krukau)

Kebiasaan mengeluh ternyata bukan hanya berdampak untuk dirimu sendiri, melainkan juga untuk orang di sekitarmu. Kalau sedari awal kamu sudah terbiasa menjadi pribadi yang negatif dan pesimis, tanpa sidasari kamu “menyebarkan” energi negatif ke rekan timmu.

Saat diperhadapkan dengan gesekan pendapat, kalian mudah panas dan dengan mudah “menyerang” satu sama lain. Kerjaan sudah banyak, ditambah dengan konflik dan drama kantor, atmosfer jadi semakin keruh.

Bukannya gak boleh mengeluh, tapi perhatikan batasan. Jangan sampai terlalu fokus hanya pada hal negatif, kebiasaan mengeluh malah jadi senjata makan tuan untukmu. Namanya hidup, pasti ada saja tantangannya. Jangan biarkan tantangan itu membuatmu ciut, justru kamu harus jadi lebih kuat agar bisa belajar dari tantangan itu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team