TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Millenial Malas Menceritakan Pekerjaannya, Terkesan Tertutup

Reaksi orang kadang bikin kecewa dan kesal

ilustrasi bekerja di taman (pexels.com/Charlotte May)

Pilihan dan cara millenial dalam bekerja kerap mengundang tanya dari generasi di atasnya. Berbeda dengan mereka yang sangat menyukai status pekerja tetap di sebuah kantor, milenial sepertinya tidak terlalu menganggap penting hal tersebut. Bekerja apa saja bukan masalah, yang penting kesehatan mental terjaga dan tidak merepotkan orang.

Generasi di atasnya menjadi tak habis pikir dengan pilihan pekerjaan anak muda zaman sekarang. Sementara millenial sendiri gak berminat untuk lebih banyak menceritakan pekerjaannya. Mengapa mereka terkesan misterius? Inilah beberapa alasan mengapa millenial malas menceritakan pekerjaannya.

1. Sudah pernah mencoba bercerita, tetapi orang-orang di sekitarnya tetap sulit mengerti

ilustrasi dua perempuan (pexels.com/Monstera)

Milenial sebetulnya tidak terlalu berbeda dengan generasi di atasnya dalam hal ingin berbagi cerita tentang pekerjaannya. Mereka bangga dengan pekerjaan tersebut sehingga memberitahukannya pada orang-orang terdekat terasa penting. Akan tetapi, orang lain sukar memahami penjelasannya.

Umumnya terkait pekerjaan zaman sekarang yang didominasi penggunaan teknologi. Apa yang dikerjakan milenial menjadi seperti tidak nyata, misalnya saja cara kerja yang begitu berbeda dari generasi di atasnya. Daripada capek menjelaskan, milenial memilih untuk menghemat energi dan menenggelamkan diri dalam pekerjaan saja.

Baca Juga: 5 Alasan Milenial Kudu Paham Literasi Digital dengan Baik

2. Alih-alih pekerjaannya dihargai, malah diremehkan

ilustrasi menggambar (pexels.com/Trần Quang Phú)

Respons yang lebih buruk terhadap pekerjaan juga pernah dialami banyak milenial. Terutama bagi mereka yang bekerja secara mandiri seperti penulis, ilustrator, dan sebagainya. Menceritakan pekerjaan yang mereka cintai bukannya berbuah pujian dan dukungan, justru panen cibiran.

Pekerjaannya dianggap tidak jelas atau rawan untuk masa depan. Beberapa orang bahkan terang-terangan meremehkan penghasilannya tanpa memastikan berapa besarannya. Siapa yang tidak kesal kalau begini? Pekerjaan itu barangkali tidak berarti untuk orang lain. Akan tetapi sudah pasti begitu penting bagi milenial yang melakoninya.

3. Sebenarnya orang cukup mengerti dengan mengamati apa yang dikerjakannya tiap hari

ilustrasi bekerja (pexels.com/Vlada Karpovich)

Daripada capek menjelaskan sesuatu yang belum tentu akan dimengerti oleh orang lain, milenial cenderung dalam mode diam. Mereka mengharapkan sikap aktif dari orang lain jika memang mereka penasaran dengan pekerjaannya. Toh, milenial tidak bekerja secara sembunyi-sembunyi.

Siapapun yang berminat, dapat mengamati apa yang dikerjakannya setiap hari. Lalu ambillah simpulan sendiri. Milenial merasa cara itu lebih mungkin melahirkan respek orang atas pekerjaannya, daripada mereka dalam posisi terlalu banyak bicara.

4. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan pribadi, sehingga orang lain gak perlu tahu detailnya

ilustrasi bekerja (pexels.com/Samson Katt)

Dengan usia yang masih muda, milenial memang lebih cuek ketimbang generasi di atasnya. Sikap mereka pun menjadi begitu praktis. Mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan pribadi, baik secara materi maupun kepuasan batin dari mengerjakan sesuatu yang disukai.

Oleh karena itu, pekerjaan menjadi lebih terasa sebagai ranah privat meski hasilnya digunakan atau dinikmati oleh orang banyak. Milenial lebih suka orang-orang sebatas tahu, mereka punya pekerjaan dan bukan pengangguran. Detail lain dari pekerjaan mereka boleh dicari tahu sendiri bila berminat. Namun mereka tak mau repot-repot menjelaskan.

Baca Juga: 6 Alasan Milenial Ingin Jadi Bos buat Diri Sendiri, Semoga Sukses Ya

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya