TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Gak Perlu Malu Melakukan Quiet Quitting, Kerja Seperlunya!

Asal semua tanggung jawab sudah selesai

ilustrasi pergi bekerja (unsplash.com/martenbjork)

Fenomena quiet quitting memang sering dipandang sebagai sesuatu yang kurang baik. Padahal sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Quiet quitting adalah istilah yang menggambarkan dimana seorang karyawan bekerja sesuai standar dan tidak melebihi apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

Banyak orang memandang jika bekerja seperti ini, kamu akan terlihat malas dan perhitungan karena kamu bekerja secukupnya sesuai dengan tanggung jawab di jam kerja. Inilah lima alasan gak perlu malu melakukan quiet quitting di tempat kerja.

1. Kamu butuh menerapkan work life balance 

ilustrasi bahagia dengan diri sendiri (unsplash.com/acharki95)

Setiap orang butuh menerapkan work life balance, dalam arti semua harus sesuai dengan porsinya. Ada waktu untuk bekerja, waktu untuk keluarga, waktu bersenang-senang dan waktu berisitirahat.

Jangan malu untuk mendapatkan apa yang memang menjadi hakmu. Jika kamu bekerja dari pagi hingga sore, maka fokus untuk bekerja. Namun, setelahnya kamu berhak untuk pulang dan beristirahat. Tak perlu malu pulang sesuai jam kantor, hidupmu gak sebatas di tempat kerja aja, lho.

Baca Juga: 9 Ciri Quiet Quitting, anti Kerja di Luar Jam Operasional

2. Saat kamu bekerja lebih, maka kamu harus mendapatkan kompensasi pula  

ilustrasi uang untuk dana darurat (unsplash.com/sharonmccutcheon)

Idealnya sebuah perusahaan adalah harus memberimu kompensasi saat kamu bekerja di luar jam kerja. Atau saat kamu melakukan pekerjaan yang bukan menjadi tanggung jawabmu. Tentu kamu berhak mempertanyakan itu, sebelum bersedia melakukan pekerjaan lebih.

Bukan malah ketika kamu semakin kompeten melakukan banyak hal, maka tugasmu akan semakin bertambah tanpa ada kompensasi. Tentu hal ini akan merugikan dirimu, tak hanya fisik yang terkuras tetapi mental juga akan terganggu.

3. Ini adalah bentuk dari kegagalan manajemen perusahaan 

ilsutrasi dua orang berjabat tangan (unsplash.com/officestock)

Bisa jadi ini adalah bentuk dari kegagalan manajemen perusahaan di tempatmu bekerja. Jika memang semua sudah diatur sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing, maka kamu tak perlu melakukan sesuatu yang bukan tugasmu.

Kamu bisa bebas masuk dan pulang kantor sesuai dengan jadwal yang berlaku, tanpa ada embel-embel karyawan malas dari orang di sekitar. Kalau memang manajemennya tak baik, maka perlu dipertimbangkan lebih lanjut, ya!

4. Kamu perlu waktu untuk mengembangkan diri di luar jam kerja 

ilustrasi menciptakan sebuah peluang (unsplash.com/goian)

Jangan lupa bahwa kamu butuh untuk mengembangkan diri di luar jam kerja. Ini digunakan sebagai cara untuk mengasah kemampuanmu agar selalu bisa berkembang dan berinovasi. Sekalipun kamu melakukan quiet quitting di kantor, kamu tetap perlu mengasah skill.

Jadi, ketika waktunya diperlukan, kamu sudah memiliki kemampuan tersebut. Atau ketika kamu menemukan kesempatan di luar sana yang membutuhkan skill-mu, maka kamu bisa mendapatkannya.

Baca Juga: Perbedaan Fenomena Quiet Quitting dan Quiet Firing, Apa Saja?

Verified Writer

It's Me, Sire

A dusk chaser who loves to shout in the silence..

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya