9 Ciri Quiet Quitting, anti Kerja di Luar Jam Operasional
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Akhir-akhir ini istilah quiet quitting cukup ramai diperbincangkan di media sosial. Bermakna melakukan pekerjaan sesuai tanggung jawabnya, perilaku ini sering menjadi tameng untuk menolak beban tugas melebihi porsinya.
Menurut laman Very Well Mind, pelaku budaya kerja quiet quitting mempunyai tingkat kesehatan mental yang lebih sehat. Mereka menilai pekerjaan bukanlah segala-galanya sehingga wajar untuk menetapkan batasan.
Nah, dari batasan inilah mereka jadi memiliki waktu untuk berkumpul bersama keluarga, melakukan hobi disukai, atau setidaknya me-time. Nah, apakah kamu juga seorang pelaku quiet quitting? Yuk, lihat ciri-cirinya berikut ini.
1. Seorang quite quitting akan sulit ditemui di kantor seusai jam kerja
2. Di kantor paling cepat 30 menit sebelum waktu kerja. Kantor, kan, gak bayar waktumu sebelum jam kerja, jadi santai kerja lagi
3. Terlihat bersemangat untuk kerja karena cukup membagi waktu antara kerja, keluarga, dan dirimu sendiri
4. Mematikan gawai saat hari libur. Ini karena kamu menghargai momen istirahat untuk pikiran dan fisik
5. Jarang memakai meja kerja untuk makan siang. Batasan ini menghargai waktu kapan profesional, kapan tidak
Editor’s picks
Baca Juga: Budaya Gila Kerja, 5 Alasan Hustle Culture itu Toksik
6. Quite quitter punya banyak keahlian karena memiliki cukup waktu untuk mempelajari hal lain selain perkerjaan
7. Kamu memiliki banyak ide cemerlang. Ini karena pikiranmu selalu dalam keadaan fresh. Setuju?
8. Jika tugas yang diberikan melebihi tanggung jawabmu, kamu berani berkata tidak
9. Wajahmu terlihat lebih segar karena kamu punya waktu tidur yang cukup
Meski terlihat sangat menyenangkan, bukan berarti quite quitting tidak memiliki efek negatif, lho. Di tengah kompetisi dunia kerja yang sangat sengit, tentu para pelaku tren ini menjadi opsi terakhir para atasan ketika membutuhkan bantuan. Ini berarti kesempatan untuk naik level bisa tersendat.
Eits, tapi selama mempunyai keahlian di atas cukup, mereka tetap dicari. Baik pilihanmu sebagai pelaku quit quitting atau bukan, selama bisa kamu memahami tingkat kelelahan mentalmu sendiri dan prioritas yang kamu tetapkan, semua keputusan itu baik, kok.
Baca Juga: Sedang Tren, Apakah Quiet Quitting Baik untuk Kesehatan?
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.