Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Batasan Curhat dengan Rekan Kerja biar Gak Jadi Sandungan

ilustrasi sedang ngobrol (pexels.com/Sam Lion)
Intinya sih...
  • Hindari menggosipkan atau menjelekkan atasan
  • Pisahkan urusan pekerjaan dan personal
  • Gak semua orang bisa dipercaya jadi tempat cerita

Rasanya pasti menyenangkan ketika punya rekan kerja yang bisa diajak cerita tentang kehidupan profesional maupun personal. Kamu rasanya seperti punya circle tersendiri yang memberi motivasi dan kekuatan saat sedang sulit-sulitnya.

Sama sekali gak salah berteman dengan rekan kerja. Tapi, kamu tetap perlu waspada dan hati-hati dalam menetapkan batasan. Ada hal yang bisa dan tidak bisa kamu ceritakan, apalagi pada orang-orang yang berada di lingkungan kerja. Biar terhindar dari oversharing, kamu perlu perhatikan lima batasan ini.

1. Hindari menggosipkan atau menjelekkan atasan

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Ivan Samkov)

Sesekali curhat atau mengeluh tentang pekerjaan itu boleh. Toh gak dimungkiri, punya teman seperjuangan yang bisa diajak bertukar pikiran bersama. Tapi, kamu tetap perlu perhatikan etika dan kesopanan, terutama dalam berkata-kata.

Jangan sampai apa yang kamu ucapkan sekarang jadi senjata makan tuan yang bisa merugikanmu sendiri. Saat curhat pada rekan kerja, hindari penggunaan kata kasar, negatif, atau yang bersifat menjelekkan sesama rekan kerja bahkan atasan sendiri. Dengan menjaga perkataan, kamu belajar untuk menguasai dan membatasi diri dari hal buruk yang tidak seharusnya dilakukan.

2. Pisahkan urusan pekerjaan dan personal

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Ivan Samkov)

Dalam kasus tertentu, rekan kerja bisa menjadi teman bahkan sahabat dekat. Kamu bisa menceritakan apa pun, termasuk masalah pribadi yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Namun, jangan sampai kedekatan ini malah menjadi alasan untukmu kompromi dengan tugas profesional.

Rekan kerja bisa jadi teman, sahabat, saudara di luar pekerjaan. Tapi dalam kantor, kamu dan doi tetap harus bekerja secara profesional. Jangan sampai urusan personal malah berpengaruh pada performamu, nanti orang jadi skeptis dan menilaimu sebagai pribadi yang tidak kompeten.

3. Gak semua orang bisa dipercaya jadi tempat cerita

ilustrasi ngobrol (pexels.com/George Milton)

Kalau selektif dalam berteman itu tidak boleh, tapi selektif dalam memilih tempat curhat itu wajib. Jangan terlalu sering umbar masalah ke orang lain, apalagi kalau kamu tahu doi tipe yang ember dan tidak bisa jaga mulut.

Ujung-ujungnya, masalah dan curhatanmu malah jadi bumerang yang melukai diri sendiri. Kamu perlu bijak dan selektif dalam memilih pada siapa harus bercerita. Karena kenyataannya, tidak semua orang bisa dipercaya.

4. Hindari beberkan informasi soal gaji

ilustrasi teman ngobrol (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Membicarakan kondisi keuangan pada rekan kerja adalah batasan yang harus kamu bangun kuat-kuat. Terutama tentang gaji, karena hal ini adalah hal sensitif. Bila kamu tidak berhati-hati, maka bisa jadi bahan iri hati yang memimpin pada konflik.

Apa yang kamu dapat biar menjadi rahasia antara kamu dan atasan atau departemen HR. Jangan takut untuk menetapkan batas ketika rekan kerjamu memancing pembicaraan ke arah ini.

5. Ambisi untuk pekerjaan baru

ilustrasi wanita menggunakan laptop (pexels.com/Artem Podrez)

Pada dasarnya, terlalu banyak bercerita tentang visi atau ambisi tidaklah bijak. Apalagi, kalau kamu menceritakannya dengan menggebu sembari merendahkan pekerjaanmu sekarang. Hal tersebut terkesan tidak sopan, dan bisa membuat rekan kerja atau atasanmu memandang buruk komitmenmu.

Punya ambisi perlu, tapi sama dengan informasi personal lain, kamu perlu berhati-hati dalam membagikan informasi itu. Bagikan hanya pada orang yang kamu percaya, tidak semua orang perlu tahu tentang rencanamu.

Gak ada yang salah dengan bercerita atau curhat dengan rekan kerja. Relasi kalian jadi terbentuk, kedekatan kalian makin dalam. Tapi, curhat yang gak difilter bisa berakibat fatal. Bangun batasan pada lima hal di atas, agar kamu gak menyesal di kemudian hari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us