Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Kesalahan yang Bikin Profil LinkedIn Jarang Dilirik Rekruter

Ilustrasi LinkedIn di laptop. (Dok. Pexels/Tobias Dziuba)
Intinya sih...
  • Profil LinkedIn harus menarik perhatian rekruter atau profesional lain
  • Jangan isi segmen About dengan informasi yang sudah ada di headline
  • Jangan menggunakan bahasa klise tanpa bukti dalam segmen About

Sekarang, LinkedIn sudah bukan cuma website pencari lowongan kerja, tetapi media sosial profesional untuk menjalin relasi. Berbagai koneksi, pengetahuan, dan kesempatan kerja bisa didapatkan lewat LinkedIn.

Oleh karena itu, profil LinkedIn harus menarik perhatian para rekruter atau profesional lain di industri. Sayangnya, masih banyak yang membuat kesalahan-kesalahan umum namun fatal sehingga profil mereka tidak menarik perhatian, atau bahkan tidak muncul di search bar! Yuk, pastikan profil kamu tidak punya tujuh kesalahan di bawah ini!

1. Segmen about kosong

Ilustrasi membuka LinkedIn di tablet. (Dok. Pexels/LinkedIn Sales Navigator)

Di LinkedIn, ada segmen About atau Tentang yang letaknya tepat di bawah headline. Jika bagian ini kosong, ibarat kamu menghadiri acara networking tetapi tidak mau memperkenalkan diri. Orang yang mengunjungi profil LinkedIn akan melihat riwayat kerjamu, tetapi tidak mengenalmu sebagai individu.

Namun, jangan sampai kamu mengisi segmen About dengan informasi yang sudah ada di headline. Headline berisi rangkuman pekerjaan yang sudah kamu perbuat, sementara About adalah tempat di mana kamu bisa menjelaskan pekerjaanmu dengan lebih dalam.

Misalnya, jelaskan mengapa kamu bekerja di posisi sekarang, bagaimana perjalanan kariermu hingga sampai di titik ini, serta dampak apa yang sudah kamu lakukan dan ingin kamu capai di masa depan.

2. Istilah korporat terlalu banyak

Ilustrasi bekerja di laptop. (Dok. Unsplash/Vitaly Gariev)

Ada frasa-frasa yang sering dilontarkan dalam lingkup profesional, seperti “profesional yang berfokus pada hasil” atau “pemimpin yang inovatif dan bersinergi”. Kedengarannya keren, tetapi sebenarnya tidak jelas karena tidak disertai bukti.

Kalau segmen About kamu penuh dengan bahasa klise seperti ini, kamu terdengar seperti robot korporat, bukan individu yang unik. Ditambah lagi, profilmu jadi gampang dilupakan karena istilah-istilah korporat ini sudah sering ditemukan di mana-mana.

3. Deskripsi diri terlalu umum

Ilustrasi pusing melihat laptop. (Dok. Freepik/freepik)

Ini dikenal juga dengan julukan “the me-too problem”. Maksudnya, deskripsi diri kamu juga bisa digunakan untuk mendeskripsikan orang-orang lain di industrimu. Misalnya:

  • “Saya seorang yang kreatif dan mampu memecahkan masalah dengan baik.”
  • “Saya seorang yang senang bekerja bersama tim.”
  • “Saya punya etos kerja yang kuat.”

Mungkin memang benar, deskripsi-deskripsi di atas sesuai dengan dirimu. Tetapi, begitu juga dengan kebanyakan orang lain yang sebidang denganmu. Kamu harus menonjolkan personal branding yang unik di LinkedIn, alih-alih membaur dengan ribuan profil lainnya.

4. Tidak personal sama sekali

Ilustrasi berjabat tangan di kantor. (Dok. Freepik/diana.grytsku)

Orang sering menganggap LinkedIn adalah media sosial yang kaku dan formal, sehingga tidak mau membagikan pengalaman personal sama sekali. Padahal, LinkedIn adalah tempat membangun koneksi yang nyata. Koneksi sendiri hanya terbentuk ketika kita mengenal seseorang secara personal.

Kamu tidak perlu sampai oversharing. Namun, cobalah beri sentuhan personal di segmen About. Misalnya apa motivasimu, pengalaman yang menginspirasi kariermu, atau hal-hal yang jadi passion kamu.

5. Mengabaikan rekomendasi

Ilustrasi bersalaman tanda kerja sama. (Freepik.com/jcomp)

LinkedIn punya fitur rekomendasi dan endorsement yang bisa kamu berikan atau terima. Tujuannya sebagai bukti sosial untuk meningkatkan kredibilitas. Semakin banyak orang yang meng-endorse keterampilanmu, kamu akan semakin menarik di mata rekruter.

Saat bekerja dengan seseorang, cobalah meminta rekomendasi atau endorsement dari mereka. Rekomendasi yang diberikan rekan kerja atau atasan juga bisa jadi cara rekruter mengetahui kepribadian dan etos kerjamu lebih dalam. Mereka juga akan lebih mudah percaya testimoni orang lain daripada klaim dirimu sendiri.

6. Tidak punya kata kunci yang tepat di headline

Ilustrasi kata kunci di mesin pencari. (Dok. Freepik/freepik)

Sama seperti mesin pencari Google, fitur pencarian di LinkedIn juga didasarkan pada penggunaan kata kunci atau keyword yang tepat. Sayangnya, banyak pengguna LinkedIn yang tidak menyadari betapa pentingnya kata kunci di headline LinkedIn.

Padahal, banyak rekruter dan pekerja profesional di industri menggunakan kata kunci umum untuk mencari kandidat potensial. Jadi, ingat untuk memasukkan kata kunci yang sesuai dengan industrimu di headline serta segmen About dan keterampilan. Kata kunci ini bisa berupa jabatanmu sekarang, posisi yang ingin kamu duduki di masa depan, sampai tools yang kamu kuasai.

7. Tidak ada konten yang menarik

Ilustrasi berinteraksi di media sosial. (Dok. Freepik/freepik)

Kalau kamu punya profil LinkedIn tetapi tidak pernah mengunggah konten atau berinteraksi dengan pengguna lain, profilmu tidak ada bedanya dengan CV versi digital. Profil LinkedIn yang stagnan akan jarang direkomendasikan oleh algoritma.

Untuk mengatasinya, rutinlah mengunggah insight baru yang kamu dapatkan selama bekerja. Sekadar berinteraksi dengan unggahan pengguna lain melalui fitur komentar atau membagikan postingan bisa membuat profilmu relevan bagi mesin pencari.

Kalau sampai saat ini profil LinkedIn kamu masih jarang dilirik orang, mungkin penyebabnya adalah tujuh kesalahan di atas ini! Yuk, perbaiki sekarang dan kembangkan relasi di LinkedIn!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us