10 Ciri Musuh dalam Selimut di Kantor, Mengaku Teman Dekat!

Saat ada kabar baik menghampirimu, kamu langsung cerita padanya. Sayangnya kabar baik tersebut menjadi kabar buruk untuknya. Seolah dia turut bahagia saat mendengarnya, namun sebenarnya dia merasa terancam saat mendengarnya. Misalnya saat kamu mendapatkan pujian dari atasan mengenai kinerjamu yang baik. Atau kamu menjadi salah satu karyawan yang akan di promosikan oleh atasan. 

Nah saat dia tahu itu, dia akan berpikir bahwa prestasimu saat ini mengancam posisinya di tempat kerja. Dia memang tersenyum, namun jika kamu perhatikan kembali dengan lebih rinci, raut wajah dan gestur tubuhnya menunjukkan ketidaksukaannya. Terlihat dia tidak nyaman saat mendengar kabar baikmu itu. Dia hanya berusaha untuk menutupinya, agar kamu tidak mengetahuinya. 

Teman yang baik pasti akan turut bahagia saat temannya merasa bahagia. Namun sayangnya itu tidak berlaku bagi teman yang sebenarnya menganggapmu sebagai musuhnya. Dia tidak akan terlihat bahagia saat kamu bahagia. Dia justru tidak suka saat kamu merasa bahagia. Saat kamu mengungkapkan kebahagiaanmu dengan bercerita padanya, dia terlihat enggan untuk mendengarkannya.

Dia bahkan berusaha mengalihkan topik pembicaraan ke arah yang lain. Atau dia akan mengajakmu melakukan kegiatan lain agar kamu berhenti menceritakan kebahagiaanmu tersebut. Dia selalu berusaha mengalihkannya karena dia tidak mau mendengarkan kebahagiaan yang sedang kamu rasakan. 

Saat kamu merasa lelah akan pekerjaan dan memilih mengeluh kepadanya, dia memanfaatkan kesempatan tersebut untuk terus memanas-manasimu. Dia bahkan tidak ragu untuk menambahkan bumbu-bumbu dari keluhanmu tersebut.

Bahkan dia mengatakan bahwa kamu terlalu baik untuk bekerja di tempat kerja yang sekarang, sehingga dia memotivasimu untuk segera resign dan mencari kerja di tempat yang lebih baik dari sekarang. 

Tahukah kamu yang lucu dari teman yang ternyata musuh dalam selimut ini? Dia menyarankanmu resign, tapi dia sendiri malah bertahan di tempat ini. Dia menjelekkan tempat kerjanya di hadapanmu, tapi dia bahkan masih ingin bekerja di sini dan tidak ada keinginan untuknya resign.

Itu berarti menunjukkan bahwa dia ingin kamu resign agar saingannya di tempat kerja menjadi berkurang. Dia hanya menjadikan keluhanmu sebagai alasan untukmu resign. 

Di belakangmu dia akan menjelekkanmu, dia bahkan bisa membocorkan curhatanmu. Rekan kerja lain mengatakannya kepadamu apa yang dilakukannya di belakangmu. Saat kamu mengonfirmasikan hal tersebut padanya, dia pandai berkelit dari gosip yang dia sebarkan tersebut. Dia akan menanggis dan pura-pura menjadi korban. 

Dia akan bilang bahwa rekan kerja lain salah dalam mengartikan kata-katanya. Dan bukan maksudnya untuk menyebarkan gosip miring tentangmu. Dia tidak akan mengakuinya, tapi dia akan melimpahkan kesalahannya tersebut kepada orang lain. Dia bahkan bisa mengatakan bahwa ada yang ingin menghancurkan persahabatanmu dengannya. 

Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan, termasuk dirimu. Kamu melakukan kesalahan di tempat kerja hingga mendapatkan teguran dari atasan. Sebagai seorang teman seharusnya ia menyemangatimu saat mengalami hal tersebut. Namun nyatanya saat kamu merasa sedih dan down, dia memang ada di sampingmu, tapi sayangnya kalimat yang dia sampaikan tidak menghiburmu.

Kalimat yang dikatakannya justru semakin membuatmu merasa terpuruk. Dia bercerita dengan menambahkan kasus serupa pernah dialami oleh teman-temannya yang lain, bahwa mereka biasanya akan dipecat saat melakukan kesalahan seperti itu. Musuh dalam selimut akan semakin senang saat kamu makin terpuruk. 

Dia selalu memujimu, namun sayangnya pujian yang dia sampaikan memiliki makna yang berbeda, yaitu dengan niat untuk menjatuhkanmu. Misalnya saat kamu datang ke tempat kerja dengan potongan rambut baru yang pendek.

Dia akan memuji kamu terlihat fresh, namun sayangnya ada kalimat tambahan di belakangnya yang mengatakan bahwa kamu lebih cantik saat berambut panjang. Secara tidak langsung dia mau mengatakan bahwa potongan rambutmu yang sekarang terlihat jelek untukmu. 

Atau saat berat badanmu naik dan diledek rekan kerja lain, dia akan mengatakan kamu lebih cantik saat gemuk. Dia bahkan akan mentraktirmu makan saat nafsu makanmu sedang tinggi atau tidak terkontrol. Dengan maksud agar berat badanmu semakin bertambah dan kamu semakin diledek oleh orang lain.

Pada dasarnya, musuh dalam selimut akan merasa senang saat kamu makin terlihat tidak percaya diri, sekalipun itu dalam hal penampilan. Jadi, bukannya memotivasimu untuk memperbaiki diri dengan berdiet, namun dia akan semakin membuat penampilanmu terlihat lebih buruk dibanding sebelumnya. 

Dia tidak ingin kamu terlihat bekerja lebih baik darinya. Sehingga dia akan berusaha membuat kinerjamu menurun dengan segala cara. Misalnya dia akan mengajakmu bersantai dan tidak perlu terburu-buru mengerjakan pekerjaan yang sedang kamu kerjakan. Padahal dia tahu bahwa kerjaanmu saat ini sudah mau deadline. Dia ingin menghambat kemajuan karirmu di tempat kerja dengan membuatmu melakukan kesalahan, yaitu menyelesaikan tugas melewati deadline. 

Dia mengatakan bahwa dia juga belum mengerjakan pekerjaannya padahal sudah deadline. Jangan langsung percaya begitu saja, lebih baik kamu mengecek kebenarannya terlebih dahulu.

Karena musuh dalam selimut akan menganggumu saat pekerjaannya sudah selesai, bahkan sebelum deadline. Hal itu dia lakukan agar tidak ada masalah dalam hal kinerjanya di mata atasan. Dia bahkan bisa menjanjikan akan membantumu mengerjakannya saat tengat waktu kerjaanmu datang. Walau nantinya dia akan mencari alasan untuk tidak dapat membantumu dan senang kamu keteteran. 

Dia tahu kekuranganmu dan saat kamu melakukan kesalahan akibat kekuranganmu tersebut, dia akan memanfaatkannya. Bahkan dia sengaja memanfaatkannya di momen yang penting untukmu. Dia berharap semua orang, baik atasan maupun rekan kerja lainnya tahu bahwa kamu memiliki kekurangan sehingga membuat kesalahan. 

Misalnya seperti saat kamu akan presentasi di meeting, ada beberapa berkas yang tertinggal di meja kerjamu. Bukannya membantumu untuk mengambilkan berkas tersebut, dia malah mengatakan bahwa kamu sering sekali melakukan kesalahan seperti itu dan itu bukan pertama kalinya. Membuatmu terlihat kurang dan lemah di mata atasan dan rekan kerja lainnya adalah tujuannya. 

Saat kamu bekerja sama dengannya di satu tim dan ada masalah yang terjadi. Dia akan melimpahkan kesalahan tersebut kepadamu. Bukannya mencari solusi, dia justru akan membuat keadaan semakin runyam dan memposisikan kamulah penyebab masalah tersebut.

Apalagi jika kamu sebagai ketua timnya. Baginya adalah hal yang wajar saat ketua tim menanggung kesalahan dari anggota timnya. Kamu dianggap tidak bisa mengawasi kesalahan anggota timmu sendiri jadi dia akan menjadikanmu kambing hitam agar bertanggung jawab di dalam tim. Intinya dia akan mencari celah agar bisa melimpahkan kesalahan padamu. 

Saat kamu membicarakan impianmu kepadanya, dia justru tidak memberikanmu semangat untuk dapat mewujudkannya. Dia memberikan alasan-alasan yang seolah mengatakan bahwa sangat sulit bagimu untuk bisa menggapainya. Alasan yang dikemukakannya terdengar realistis sehingga membuatmu goyah dan ragu. 

Dia akan berusaha mematahkan semangatmu agar berhenti untuk mewujudkannya. Itulah yang diharapkan musuh dalam selimut. Dia tidak ingin kamu mengejar impianmu. Tapi dia ingin kamu menyerah untuk meraihnya. Dia tidak ingin kamu sukses, apalagi jika harus lebih darinya. Dia ingin kamu berada di bawahnya. 

Tidak ada kehangatan dan ketulusan dalam menjalin perteman dengan seseorang yang diam-diam tidak menyukaimu. Bagai musuh dalam selimut, dia akan berusaha menjatuhkan mentalmu dan menghentikan langkahmu agar tidak maju. Oleh karena itu, hati-hatilah dengan musuh yang berbalutkan kata teman saat di kantor. Kamu harus bisa menilai dan melihat apakah dia benar-benar teman atau justru musuhmu. Lihatlah dari sepuluh ciri perilaku di atas.