Sepenting Apa Jejak Digital saat Melamar Pekerjaan? HRD Kasih Bocoran!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah ada dari antara kamu yang membuat media sosialmu serapi dan seindah mungkin karena ingin melamar kerja? Kamu takut media sosialmu dilihat oleh para HRD dan kamu mengunci aksesnya?
Jejak digital mungkin memang jadi perhatian untuk sebagian pelamar. Ada yang malu cuitannya dinilai oleh HRD, lalu memengaruhi proses lamaran kerjanya. Namun, sepenting apakah jejak digital saat melamar kerja?
Menjawab rasa ingin tahumu, Albert Mahendra selaku HR officer Jakmall.com dan Karoline A Sinaga, M.Psi, Psi. sebagai HR practitioner and psychologist berbagi pengalamannya di sini. Simak, ya!
1. Menurut Albert, mengetahui jejak digital pelamar itu bisa dibilang penting dan tidak penting
Bagi Albert, jejak digital pelamar bisa dianggap penting sekaligus tidak penting. Ia pun menjelaskannya dalam kasus singkat.
"Ini bisa dibilang penting dan gak penting, ya, karena tentunya HR tidak ingin mendapatkan seorang toxic employee. Selalu akan ada jalan untuk bisa menemukan jejak digital kamu melalui berbagai cara," bocornya.
2. Namun, jejak digital bukanlah faktor utama yang menentukan keberhasilanmu dalam melamar kerja
Meski contoh kasus yang disebutkan Albert tadi terasa krusial, rupanya jejak digital bukanlah prioritas atau tolok ukur utama keberhasilan dalam melamar kerja. Sebab, jejak digital hanyalah prediksi awal dari karakter pelamar.
"Itu bukan jadi faktor utama, ya. Bisa jadi hal itu akan dibawa di interview. Jika bisa dijelaskan pada saat interview, itu bagus. Selain itu, jejak digital hanya akan jadi prediksi awal saja. Setelah itu, semua akan tergantung dengan kemampuan adaptasimu di perusahaan," jelasnya.
Baca Juga: Lagi Bosan dengan Pekerjaan? Jangan Memperparahnya dengan 6 Sikap Ini
3. Senada dengan Albert, Karoline menyebut jika sekarang sudah tidak banyak lagi recruiter yang mencari tahu jejak digital pelamarnya
Editor’s picks
"Jujur gak banyak lagi, ya, recruiter yang kepoin jejak digital atau kepoin social media-nya," sebut Karoline.
Menurutnya, mengetahui jejak digital pelamar akan lebih disesuaikan dengan kebutuhan posisi yang dibutuhkan. Ada faktor lain seperti kemampuan komunikasi, keahlian, dan pengalaman yang dinilai lebih berharga.
4. Diakui Karoline bahwa mencari jejak digital pelamar memang jadi tren pada masanya
Karoline pun menjelaskan mengapa mengetahui jejak digital pelamar sempat ramai dilakukan para HRD. Terlebih, ini dilakukan di awal-awal kemunculan media sosial.
"Dulu, adanya social media Instagram, Facebook, Twitter itu, kan, orang jadi apa-apa ngomong gitu. Apa-apa berceloteh di media sosial. Dengan kita mengetahui social media-nya, dia ngomong apa aja. Itu, kan, kita bisa memprediksi 'oh, ini tipe kalau yang ada masalah di kantor, akan share keluar gak?' Gitu, jadi lebih ke arah situ, sih!" papar dia.
5. Jika kamu bekerja di bidang media sosial, kemungkinan jejak digitalmu dilihat oleh HRD bisa jadi lebih tinggi
Jika kamu ingin bekerja di ranah media sosial, kemungkinan jejak digitalmu dilihat HRD bisa jadi lebih besar. Ini karena mereka ingin melihat bagaimana keahlianmu dalam meramu media sosial yang menarik.
"Di sebuah perusahaan retail, kamu menjadi social media administrator. Ya, wajar, dong, kita sebagai recruiter lihat social media-nya. Apakah dia cukup skillfull sebagai social media administrator? Jangan sampai dia kerja di banyak social media, tapi media sosialnya zonk gitu. Kan, gak cocok," Karoline menjelaskan studi kasusnya.
Itu dia penjelasan Albert dan Karoline soal jejak digital. Kamu sekarang tak perlu takut lagi karena media sosialmu bukan prioritas utama selama kamu punya skill yang mumpuni. Selamat berjuang mendapatkan pekerjaan impianmu!
Baca Juga: 5 Kesalahan Saat Pekerjaan Menumpuk, Bikin Gak Kunjung Selesai
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.