Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi task masking (pexels.com/Cup of  Couple)
ilustrasi task masking (pexels.com/Cup of Couple)

Di kantor, kamu mungkin menjumpai kolega yang selalu terlihat sibuk, namun hasil kerjanya kurang maksimal. Ia mungkin terlihat mengetik dengan keras di keyboard, melakukan panggilan telepon, atau sering melakukan rapat. Sayangnya, hasil kerja kolegamu ini hanya bare minimum.

Mungkin kamu belum mengetahui istilah task masking. Fenomena ini sudah ada sejak lama, namun kembali naik daun usai pandemik, nih.

Lantas, apa sebenarnya fenomena task masking serta penyebabnya? Simak ulasan IDN Times berikut, yuk!

1. Apa itu task masking?

ilustrasi task masking (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Task masking mungkin menjadi istilah baru untukmu. Fenomena ini sebenarnya terjadi di sepanjang zaman. Namun pasca pandemik, pekerja, terutama kalangan Gen Z yang kembali masuk ke kantor setelah lama work from anywhere mengadaptasi pola kerja ini sebagai bentuk protes.

Nah, apa itu task making? Dilansir Forbes, task masking adalah kondisi di mana pekerja berpura-pura sibuk meskipun sebenarnya tidak melakukan sesuatu yang produktif. Jadi, walaupun pekerja yang melakukan task masking ini terlihat punya banyak kerjaan, sebenarnya pencapaian mereka hanya sedikit saja, nih.

"Karyawan melakukan task masking karena lingkungan kerja mendorongnya. Entah mereka tidak mengerti seperti apa kesuksesan itu, mereka tidak percaya dengan apa yang Anda bangun, atau mereka tahu terlihat sibuk lebih penting daripada hasil nyata," kata Jodie Cook, pendiri Coachvox dan Forbes 30 Under 30, dikutip Forbes.

2. Apa penyebab task masking?

ilustrasi task masking (pexels.com/Farhad Rahgozar)

Kamu mungkin gak asing dengan fenomena task masking. Namun, menurut studi Workhuman tahun 2025, 36 persen pekerja di Amerika Serikat mengaku melakukan task masking. Sebuah angka yang cukup besar, ya?

Task masking juga disebut sebagai sebuah fenomena karena banyak unggahan di media sosial, terutama TikTok terang-terangan mengangkat tema cara melakukan task masking. Hal ini tentu bukan pertanda baik, karena jika banyak orang yang menerapkannya, produktifitas pekerjaan akan menurun. Lantas, apa penyebab fenomena ini?

Cook mengungkapkan bahwa ada permasalahan yang lebih besar di balik kejadian task masking di tempat kerja. Menurutnya, orang tidak akan berpura-pura bekerja ketika mereka terinspirasi, tertantang, dan sangat paham tentang tujuan pekerjaan mereka.

Di sisi lain, Amanda Augustine, pelatih karier di career.io mengungkapkan dalam Fortune bahwa sejalan dengan kehidupan kantor pasca pandemik, perusahaan yang mengharuskan karyawannya kembali ke kantor mengirimkan pesan tak langsung bahwa kehadiran sama dengan produktivitas. Di sisi lain, golongan muda seperti Gen Z sebenarnya merasa lebih nyaman dengan ritme work from anywhere selama tugas-tugas mereka tetap selesai.

"Hal ini mencerminkan keyakinan para profesional muda bahwa waktu dan kehadiran di tempat kerja tidak sebanding dengan hasil dan dampak yang mereka dapatkan. Pada dasarnya, tujuan dari task masking adalah untuk membuktikan bahwa terlihat sibuk tidak sama dengan menjadi lebih produktif," kata Augustine, dikutip Fortune.

Jenni Field, pendiri dan CEO Redefining Communications menambahkan di laman yang sama bahwa task masking yang merupakan tanda ketidakpedulian dan inefisiensi bukan hal yang baru dan dapat terjadi di mana saja. Ia mengungkapkan, bahwa jika hal tersebut terjadi, karyawan dan pemimpinnya perlu mendefinisikan ulang arti pekerjaan bagi mereka.

3. Mencegah task masking di tempat kerja

ilustrasi task masking (pexels.com/cottonbro studio)

Sekarang kamu sudah mengetahui fenomena task masking. Apakah kamu juga merasa pernah melihat kolegamu melakukannya, atau kamu sendiri sedang terjebak di kebiasaan gak produktif ini, nih? Ada beberapa kiat untuk mencegah seseorang terjebak dalam kebiasaan task masking.

Cook menyarankan untuk menetapkan target yang jelas tentang pekerjaan yang diselesaikan dengan baik. Kemudian, pekerja dan pemimpin juga harus manyadari bahwa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat berarti efisiensi waktu. Hal ini harus dirayakan, nih.

Jika karyawan melakukan task masking karena bosan, maka karyawan dan pemimpin harus berdiskusi untuk membuat pekerjaan tersebut bermakna. Perubahan-perubahan kecil juga bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan ini.

Cook juga mengingatkan bahwa karyawan biasanya meniru pemimpin mereka. Sehingga, pemimpin harus bisa mencontohkan cara bekerja produktif bagi karyawannya.

"Berkonsultasi secara berkala dengan manajer atau mentor dapat membantu menyelaraskan pekerjaan dengan ekspektasi. Jika karyawan merasa tidak siap atau kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas secara efisien, bicarakan dengan atasan tentang peluang pelatihan," kata Jody Findley, pendiri Mindseta dan konsultan kerja, dikutip Harper's Bazaar.

Sekarang kamu sudah paham tentang task masking. Pada akhirnya, upaya mencegah karyawan terjebak dalam kebiasaan task masking adalah dengan komunikasi yang baik antara karyawan dan atasannya. Semoga ulasan di atas menambah pengetahuanmu, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team