Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hal yang Perlu Diwaspadai Anak Muda Berpenghasilan Tinggi

ilustrasi berangkat tugas luar
ilustrasi berangkat tugas luar (pexels.com/Gustavo Fring)
Intinya sih...
  • Nikah muda dan kematangan emosional
  • Gaya hidup high cost dan pengeluaran berlebih
  • Tanggung jawab keluarga dan tekanan sosial
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Karyawan baru sering kali belum memperoleh penghasilan secara maksimal. Namun, bukan berarti semua anak muda pasti berpendapatan rendah. Ada beberapa pekerjaan yang menjanjikan gaji lebih besar. Contohnya, sektor pertambangan.

Karyawan yang baru lulus serta bekerja pun dapat memperoleh penghasilan di atas rata-rata. Ini bukan tanpa alasan. Risiko pekerjaan yang lebih besar, membutuhkan keahlian, dan penempatannya yang jauh membuat mereka pantas memperoleh pendapatan lebih tinggi.

Penghasilan tinggi di usia muda juga dapat diraih melalui pekerjaan lain seperti menjalankan usaha sendiri. Apa pun pekerjaanmu, kalau pemasukanmu per bulan terbilang besar jangan cuma fokus di rasa senang. Tetap ada hal yang perlu diwaspadai anak muda berpenghasilan tinggi dan sebaiknya kamu jadikan bahan renungan atau pertimbangan.

1. Keinginan nikah muda

ilustrasi bertelepon di kantor
ilustrasi bertelepon di kantor (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sebutan nikah muda diberikan pada pasangan yang berumah tangga sebelum usia 25 tahun. Nikah muda berbeda dengan pernikahan usia dini atau di bawah umur yang pengantinnya masih belasan tahun. Selama usiamu dan pasangan sudah memenuhi syarat minimal umur untuk menikah tentu boleh saja melakukannya.

Apalagi dari segi penghasilan telah aman. Akan tetapi, masalah dalam rumah tangga bukan hanya tentang uang. Sekalipun problem ekonomi kerap menjadi penyebab perceraian, waspadai kurangnya kematangan emosionalmu serta pasangan.

Meski dari segi penghasilan tak ada masalah, kalian bisa sering berantem. Kalian belum cukup stabil secara psikis. Hal-hal sepele direspons dengan kemarahan. Bila sudah marah lalu kalian saling bersikap masa bodoh.

2. Gaya hidup high cost

ilustrasi perempuan di kantor
ilustrasi perempuan di kantor (pexels.com/Alena Darmel)

Gaya hidup berbiaya tinggi menjadi godaan berikutnya. Boleh jadi banyak orang berpenghasilan pas-pasan juga ingin merasakan gaya hidup demikian. Namun, keterbatasan dana membuat mereka lebih mampu menahan keinginan tersebut.

Walaupun ada juga orang yang sampai menumpuk utang demi gaya hidup yang melebihi kemampuan. Akan tetapi, kamu tidak terkendala oleh keterbatasan ekonomi. Justru secara keuangan, gaya hidup elite mudah untukmu.

Malah di circle sesama anak muda berpendapatan tinggi, gaya hidup high cost dianggap wajar. Dirimu bakal dipandang aneh kalau penghasilanmu gede, tapi gaya hidupmu sederhana. Artinya, kamu akan lebih terdorong untuk mengikuti gaya hidup tersebut.

Awalnya mungkin tidak ada masalah. Gajimu masih cukup untuk membiayai gaya hidup itu. Namun, sekali dirimu mengikuti gaya hidup elite biasanya akan makin menjadi-jadi. Sampai pendapatan tak lagi sebanding dengan pengeluaran dan muncul berbagai persoalan.

3. Terlalu diandalkan dalam keluarga

ilustrasi perempuan di kantor
ilustrasi perempuan di kantor (pexels.com/MART PRODUCTION)

Dalam keadaan kamu berpendapatan tinggi, barangkali dirimu merasa gak keberatan menjadi penopang orangtua dan saudara. Lain dengan seandainya penghasilanmu kecil. Namun, sebesar-besarnya gajimu juga dapat menjadi gak berarti apabila mereka terlalu mengandalkanmu.

Seperti orangtua yang belum pensiun pun telah mewanti-wanti dirimu agar melanjutkan perjuangan mereka menyekolahkan adik-adik. Realitasnya bukan hanya biaya pendidikan per bulan yang menjadi tanggung jawabmu. Uang jajan sampai gadget dan dana study tour juga dibebankan ke kamu.

Saudara-saudaramu yang lebih tua pun tak mau ketinggalan. Statusmu yang belum menikah dan berpenghasilan paling besar di keluarga dianggap sebagai keharusan buat membantu mereka. Jika dirimu menolak, mereka sulit menerima penjelasanmu.

4. Bersikap sok pada teman sepantar

ilustrasi bertelepon di kantor
ilustrasi bertelepon di kantor (pexels.com/Yan Krukau)

Jangankan di antara kawan sepantar. Sikapmu terhadap orang yang lebih tua, tetapi penghasilannya kecil pun dapat kurang baik. Dirimu selalu menghubungkan kecilnya pemasukan dengan keengganan mereka mengembangkan diri.

Kamu juga yakin mereka tidak mau mengambil kesempatan yang lebih baik. Mereka tak seberani dirimu dalam mengambil risiko pekerjaan. Apabila besarnya pendapatanmu membuatmu sesombong ini, pasti kamu tidak disukai dalam pergaulan.

Barangkali dirimu merasa gak disenangi mereka juga tak masalah. Mereka tidak berpengaruh apa-apa terhadap kesuksesanmu hari ini dan nanti. Akan tetapi, cepat atau lambat kamu akan merasakan kekosongan hidup lantaran tak punya teman. Tetaplah seasyik dulu ketika kalian sama-sama hanya mengandalkan uang saku yang pas-pasan.

5. Terlalu percaya diri tentang masa depan

ilustrasi di kamar
ilustrasi di kamar (pexels.com/Mikhail Nilov)

Tidak semua kepercayaan diri bagus. Percaya diri yang berlebihan malah berbahaya. Apalagi terkait masa depan yang tidak seorang pun dapat memastikannya. Sekalipun sekarang penghasilanmu besar dan masa depan tampak cerah sekali, faktanya kelak belum tentu seperti itu.

Begitu banyak hal tak terduga bisa terjadi. Mulai dari penghentian kontrak kerja, kecelakaan kerja yang berakibat fatal, sampai sakit keras. Bayang-bayang suram ini tidak untuk mencuri seluruh optimismemu akan masa depan. Hanya saja jangan pula dilupakan.

Dengan kamu tetap memperhitungkan hal-hal di atas, persiapannya dapat dimulai sejak sekarang. Seperti dengan dirimu gak menghamburkan gaji yang besar. Uang disimpan dan diinvestasikan sebaik mungkin. Agar bila hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, dirimu sudah lebih siap.

Masih muda, tapi pendapatan sudah besar harus sangat disyukuri. Kamu punya kesempatan menata hidup dengan lebih baik. Fondasi finansialmu telah kuat sejak awal. Meski demikian, ada hal yang perlu diwaspadai anak muda berpenghasilan tinggi supaya dirimu tak menyia-nyiakan nasib baik tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Skill Wajib yang Jadi Bagian dari Jobdesk Software Engineer

25 Sep 2025, 13:07 WIBLife