- Mengecek spesifikasi sistem dan produk
Jobdesk QA Tester di Dunia Teknologi, Prospek Gaji Gede!

- Tugas dan tanggung jawab QA tester:
- Mengecek spesifikasi sistem dan produk
- Membuat dan mengeksekusi skenario pengujian (manual maupun otomatis)
- Melaporkan bug dan mendokumentasikan hasil pengujian
- Skill dan kemampuan yang harus dimiliki:
- Kemampuan analitis dan perhatian terhadap detail
- Kemampuan komunikasi yang baik
- Penguasaan pengujian manual dan otomatisasi
- Kualifikasi dan syarat menjadi QA tester:
- Pendidikan atau latar belakang teknis minimal
- Pengalaman dan keahlian pengujian
- Sertifikasi QA sebagai nilai
Jika kamu sedang mempertimbangkan untuk bekerja di dunia teknologi, pekerjaan sebagai jobdesk QA tester dapat menjadi pilihan yang menarik. QA tester mempunyai peran penting di balik layar yang memastikan bahwa perangkat lunak bebas dari bug dan siap digunakan oleh pengguna, lho. Jadi, apa saja, ya, jobdesk QA?
Artikel ini akan membahas semua pekerjaan, kemampuan, kualifikasi, peluang karir, dan prospek gaji seorang tester pemeriksaan kualitas. Terus membaca sampai akhir, ya!
1. Tugas dan tanggung jawab QA tester

Sebelum mulai bekerja di bidang ini, kamu harus tahu apa yang sebenarnya dilakukan oleh seorang tester kualitas. Gak hanya "mengetes aplikasi", tugas ini juga memastikan bahwa seluruh fitur memenuhi kebutuhan pengguna dan standar kualitas perusahaan.
Berikut tugas dan tanggung jawab QA tester:
Tugas utama seorang QA tester adalah meninjau dan menganalisis dokumen spesifikasi untuk memastikan bahwa fitur yang akan diuji sudah sesuai kebutuhan. QA tester harus memahami setiap spesifikasi aplikasi yang diuji agar bisa membuat skenario pengujian yang tepat dan menghindari perbedaan antara pengembangan produk dan hasil akhir.
- Membuat dan mengeksekusi skenario pengujian (manual maupun otomatis)
QA tester menjalankan test case di berbagai kondisi untuk menemukan bug sebelum produk diluncurkan. Biasanya, pengujian manual dan otomatis, karena keduanya sama-sama penting supaya produk benar-benar berfungsi seperti yang diharapkan pemakai.
- Melaporkan bug dan mendokumentasikan hasil pengujian
Setelah menemukan masalah, kamu harus mencatat dan melaporkan bug agar tim pengembang dapat memperbaikinya segera. Membuat dokumentasi yang rapi membantu mencegah kesalahan terulang dan menjaga kualitas produk tetap stabil.
- Melakukan pengujian regresi dan pasca-rilis
Setelah ada perbaikan atau update, lakukan pengujian regresi untuk memastikan bahwa bug baru ak muncul. Nanti, penguji kualitas juga memantau kinerja produk setelah rilis untuk memastikan stabilitas dan kepuasan pengguna.
2. Skill dan kemampuan yang harus dimiliki

Menjadi QA tester memerlukan kombinasi antara kemampuan teknis dan soft skill. Pekerjaan ini menuntut kamu untuk berpikir logis, teliti, dan komunikatif. Selain memahami alat dan proses pengujian, kamu juga perlu bisa bekerja sama dengan berbagai tim agar hasil akhir produk sesuai ekspektasi pengguna. Berikut kemampuan yang sebaiknya kamu miliki untuk menjalankan jobdesk QA tester dengan baik:
- Kemampuan analitis dan perhatian terhadap detail
Kamu perlu mampu meneliti spesifikasi, mencari potensi bug, dan memperhatikan hal kecil yang bisa berdampak besar. Contoh, mengetes skenario yang gak biasa agar menemukan bug tersembunyi.
- Kemampuan komunikasi yang baik
QA tester bekerja sama dengan pengembang, manajer produk, dan tim lain, sehingga komunikasi yang jelas sangat penting. Dengan laporan yang komunikatif, proses perbaikan bug akan lebih cepat dan efisien.
- Penguasaan pengujian manual dan otomatisasi
Kamu perlu mengenal metode pengujian seperti black box, white box, atau grey box serta alat otomatisasi testing. Kemampuan scripting atau penggunaan tools seperti Selenium menjadi nilai tambah besar.
- Pemahaman tentang siklus pengembangan perangkat lunak dan metodologi QA
QA tester perlu tahu alur pembuatan dan peluncuran produk (SDLC) untuk menentukan kapan dan bagaimana pengujian dilakukan. Memahami berbagai jenis pengujian seperti fungsional, performa, atau keamanan akan memperluas kemampuanmu.
3. Kualifikasi dan syarat menjadi QA tester

Sebelum melamar posisi QA tester, kamu perlu memastikan bahwa kamu memenuhi beberapa syarat umum yang sering dicari perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan memberikan pelatihan internal, memiliki latar belakang yang relevan akan mempercepat kariermu, lho.
Kualifikasi ini mencakup aspek pendidikan, pengalaman teknis, hingga sertifikasi profesional yang bisa menambah nilai di mata perekrut. Berikut kriteria utama untuk menjadi QA tester:
- Pendidikan atau latar belakang teknis minimal
Biasanya perusahaan mencari lulusan S1 dari jurusan Teknologi Informasi, Ilmu Komputer, atau bidang terkait. Namun, jika kamu punya pengalaman atau sertifikasi relevan, gelar bukan hal mutlak.
- Pengalaman dan keahlian pengujian
Pengalaman dalam pengujian manual maupun otomatis sering kali menjadi nilai plus. Kemampuan scripting dengan Java atau Python juga bisa menjadi syarat tambahan.
- Sertifikasi QA sebagai nilai tambah
Sertifikasi seperti ISTQB atau CAT bisa membuktikan kompetensimu di bidang QA, lho. Dengan sertifikasi, kamu akan lebih mudah bersaing di pasar kerja global.
- Keterampilan interpersonal dan karakter pribadi
Sifat teliti, rasa ingin tahu tinggi, dan kemampuan berpikir kritis adalah modal penting bagi QA tester. Kemampuan beradaptasi dengan perubahan dan bekerja di bawah tekanan juga diperlukan.
4. Prospek gaji QA tester

Gaji seorang QA tester sangat bergantung pada lokasi, pengalaman, dan level keahliannya. Untuk posisi entry level, kisaran gajinya biasanya masih moderat tetapi cukup kompetitif dibandingkan profesi IT lainnya. Di Amerika Serikat, QA tester pemula bisa mendapatkan USD 40 ribu–60 ribu per tahun, tergantung skala perusahaan dan kompleksitas proyek.
Sementara itu, QA tester berpengalaman yang menguasai otomatisasi testing atau memegang posisi QA engineer bisa memperoleh USD 90 ribu–120 ribu per tahun. Di Indonesia, kisarannya bisa berkisar antara Rp7 juta hingga Rp20 juta per bulan, tergantung pengalaman dan lokasi kerja. Semakin banyak pengalaman dan sertifikasi yang kamu miliki, semakin besar peluangmu mendapatkan gaji yang lebih tinggi, lho.
Menjadi QA tester bukan sekadar mengetes software, tapi memastikan produk berkualitas dan siap digunakan publik. Nah, dengan memahami jobdesk QA tester, kamu jadi bisa menyiapkan diri untuk karier yang menjanjikan ini. Ingat, dunia teknologi terus berkembang, dan profesi QA tester akan selalu dibutuhkan untuk menjaga kualitas produk digital masa depan, jadi terus belajar agar semakin andal!



















