Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi toxic employee (pexels.com/Felicity Tai)

Ketika kamu berada di lingkungan kerja, adanya karyawan yang produktif dan harmonis sangat penting untuk menciptakan suasana yang kondusif. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa ada beberapa individu yang justru membawa dampak negatif bagi tim, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Mereka disebut toxic employee, yaitu karyawan yang sikap atau perilakunya dapat menurunkan produktivitas, hingga menciptakan konflik di tempat kerja. Mengenali tipe-tipe toxic employee sangat penting agar kamu dapat menyikapnya dengan lebih bijaksana. Yuk, disimak!

1. Si Pasif-Agresif

Ilustrasi toxic employee (pexels.com/Edmond Dantès)

Tipe toxic employee pertama yaitu "Si Pasif-Agresif" (The passive-aggressive employee). Tipe ini tidak akan mengungkapkan ketidakpuasannya secara langsung. Sebaliknya, mereka menunjukkan ketidakpuasan dengan cara yang tidak langsung.

Berikut beberapa ciri khas karyawan pasif-agresif:

  • Menghindari konflik langsung
  • Sering menunjukkan sikap sinis atau sarkastik jika keingannya tidak terpenuhi
  • Memberikan komentar yang bermakna ganda
  • Menunda pekerjaan yang tidak mereka sukai
  • Memendam perasaannya dan menghindari tindakan langsung

Melansir Forbes, Bram Jansen, Pemimpin Redaksi di vpnAlert, menjelaskan, tipe ini percaya bahwa mereka tidak mampu berkomunikasi secara langsung, sehingga mereka menjatuhkan petunjuk, membuat komentar, dan memberikan saran yang samar dengan harapan seseorang akan menangkap maksudnya dan mengambil tindakan.

Jika kamu melawannya, "Si Pasif-Agresif" akan mencari cara untuk menjatuhkanmu sebagai bentuk balas dendam halus. Saat dikonfrontasi, mereka akan bertindak seolah-olah semuanya baik-baik saja. Ini membuatmu merasa berlebihan, salah paham, atau mengada-ada.

"Perilaku pasif-agresif adalah bentuk manipulasi dan kontrol yang dapat muncul dalam berbagai cara, tetapi tujuannya tetap sama," tambah Elizabeth Sandler, SHRM-SCP, Workplace Investigator di Juliette Works, mengutip laman Forbes. 

2. Si Tukang Mengeluh

Ilustrasi toxic employee (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Semua orang pasti mengenal "Si Tukang Mengeluh" (The Complainer). Tipe ini selalu merasa ada yang salah. Alih-alih mengelola emosinya, mereka terus menyebarkan energi negatif yang akhirnya memengaruhi seluruh tim dan budaya perusahaan.

Ciri-ciri toxic employee "Si Tukang Mengeluh":

  • Selalu berpikiran negatif
  • Sering merasa kasihan pada diri sendiri
  • Tidak pernah puas dengan apa pun
  • Merasa bahwa segala sesuatu selalu salah

Jika terlalu sering berada di sekitar "Si Tukang Mengeluh", kamu akan mulai fokus hanya pada hal-hal negatif. Mereka tidak terbuka terhadap solusi karena hanya ingin didengar atau mencari teman untuk berbagi keluhan. Apapun yang terjadi, mereka tidak akan pernah merasa puas atau bahagia.

"The Complainer akan terus-menerus mengeluh tentang tempat kerja, rekan kerja, dan segala hal lainnya. Usahakan untuk menghindari orang seperti ini sebisa mungkin, karena mereka hanya akan menurunkan suasana hati di tempat kerja," jelas Linda Chavez, pendiri dan CEO Seniors Life Insurance Finder, mengutip Forbes. 

3. Si Narsistik

Ilustrasi toxic employee (pexels.com/Theo Decker)

Toxic employee seperti "Si Narsistik" (The Narcissist) tidak hanya kurang memiliki empati dan kesadaran diri, tetapi juga cenderung mengabaikan, memanipulasi, bahkan menekan orang lain demi mencapai tujuan mereka sendiri.

"Si Narsistik merupakan orang yang merasa dirinya lebih unggul dari semua orang dalam hal pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan kemampuan. Mereka ingin mendapatkan pujian atas semua yang mereka lakukan dan menganggap usahanya sebagai yang paling penting dalam organisasi," ungkap Rahul Vij, CEO WebSpero Solutions, melansir Forbes.

Beberapa ciri perilaku "Si Narsistik":

  • Menolak pendapat, masukan, atau ide orang lain
  • Merasa bahwa kebijakan, aturan, batasan, dan prosedur tidak berlaku untuk mereka
  • Tidak pernah mau bertanggung jawab
  • Selalu menyalahkan orang lain
  • Memecah belah orang agar saling bertentangan

"Si Narsistik" sering mengklaim dirinya rendah hati, tetapi sebenarnya mereka adalah egomania yang percaya bahwa mereka lebih baik dari semua orang dan tidak pernah salah. Meski memiliki ego yang besar, mereka justru menjadi penghalang terbesar dalam tim untuk mencapai potensi terbaiknya.

4. Si Penyebar Gosip

Ilustrasi toxic employee (pexels.com/Antoni Shkraba)

Mengobrol maupun berbagi cerita tentang kehidupan pribadi sesama rekan kerja merupakan hal wajar. Namun, batas harus ditetapkan ketika obrolan antar karyawan berubah menjadi gosip tentang kolega, pemimpin bisnis, atau perusahaan.

Berikut beberapa tanda seseorang adalah "Si Penyebar Gosip" (The Gossiper):

  • Mereka selalu berbisik saat berbicara
  • Mereka tampak tidak nyaman di sekitar orang tertentu
  • Mereka sering membicarakan orang lain kepada kamu
  • Mereka bermuka dua

Gosip adalah bagian yang tidak menyenangkan tetapi tak terhindarkan dalam lingkungan kerja. Orang suka berbicara, dan percakapan itu seringkali menjadi personal serta memperkuat rumor yang beredar. Gosip dapat menimbulkan rasa kesal, membuka urusan pribadi seseorang, dan menyebabkan frustrasi.

Toxic employee adalah mereka yang suka bergosip, mengkritik perusahaan dan/atau rekan kerja, atau secara tidak sadar merusak kinerja dan/atau produktivitas dengan tidak terlibat secara aktif,” ujar Carolina Caro, CEO dan pendiri Conscious Leadership Partners, mengutip laman Business. 

5. Si Pencuri Ide

Ilustrasi toxic employee (pexels.com/Kampus Production)

Tipe toxic employee berikutnya yaitu "Si Pencuri Ide" (The Credit Stealer). Mereka dapat dikatakan sebagai serigala berbulu domba. Mereka mungkin tampak seperti teman, tetapi akan mengkhianati kepercayaan jika ide kamu cukup bagus untuk dicuri.

"The Credit Stealer tidak hanya terjadi dalam bentuk pengulangan ide secara spontan. Mereka juga bisa mengklaim keberhasilanmu sebagai milik mereka saat berbicara dengan atasan atau pimpinan senior, baik secara terang-terangan maupun diam-diam," ungkap Robert H. Johnson Jr., konsultan kepemimpian dan kepala International Diversity, Equity & Inclusion Enablement di DoorDash, mengutip laman The Muse. 

"Si Pencuri Ide" juga menyiratkan bahwa merekalah yang memimpin sebuah proyek padahal itu adalah hasil kolaborasi. Atau, mereka bisa meminta pendapatmu secara pribadi, lalu menyampaikannya di forum lain seolah itu ide mereka sendiri.

Berikut ciri-ciri perilaku "Si Pencuri Ide":

  • Menunggu momen ketidakjelasan untuk mengambil kredit. Contohnya: rapat grup, makan siang perusahaan, sesi umpan balik informal, semua tempat dimana tidak ada yang mencatat siapa yang melakukan apa
  • Berpura-pura menjadi orang yang bisa kamu percayai. Mereka bisa saja menjadi sekutu maupun teman. 
  • Tidak selalu bersikap sengaja. "Si Pencuri Ide" juga bisa orang biasa, yang memiliki bias yang membuat mereka melebih-lebihkan peran mereka dalam pengambilan keputusan. 

6. Si Pengganggu

Ilustrasi toxic employee (pexels.com/Yan Krukau)

Pengganggu atau "Si Tukang Bully" adalah "racun" dimanapun mereka berada, tidak terkecuali di lingkungan kerja. Mereka memanfaatkan rasa tidak amanmu dan membuat kamu merasa buruk tentang dirimu sendiri, melalui penghinaan, pengecualian, dan penghinaan.

Perilaku perundungan biasanya berakar dari rasa cemburu dan ketidakamanan mereka sendiri. Karena alasan ini, tujuan mereka adalah untuk memutarbalikkan rekan kerja terhadap orang yang membuat mereka merasa tidak aman.

Beberapa cara "Si Tukang Bully" melakukan ini adalah dengan:

  • Meremehkan atau menghina
  • Intimidasi
  • Mengecualikan kamu dari rapat, acara, dan kegiatan sosial
  • Menyebarkan gosip dan informasi yang salah
  • Berteriak dan menjerit
  • Menyabotase pekerjaan atau kemampuan kamu untuk berkontribusi pada proyek, dengan menahan atau memberikan informasi yang salah dengan sengaja
  • Menjebak untuk gagal dengan tenggat waktu yang tidak mungkin atau beban kerja yang tidak realistis
  • Memberikan perlakuan diam (silent treatment)
  • Mengeluarkan komentar jahat kepada atau tentang kamu

Untuk mengatasi toxic employee, membutuhkan peran aktif dari elemen perusahaan mulai dari para pemimpin, senior, maupun divisi HR. Bentuk budaya positif melalui tindakan. 

Bagaimanapun juga toxic employee dapat mengurangi 'aksinya', jika lingkungan kerja memiliki ketegasan, bersikap adil dan tidak 'memanjakan' beberapa orang saja. Jadi, fokusnya bukan hanya menghindari toxic employee saja, namun kantor perlu berperan aktif dalam menyikapi individu ini, demi kenyamanan bersama. Apakah di lingkungan kerjamu ada karyawan toxic?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAliya