Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesalahan Umum di Interview Kerja, Bukan Soal CV Aja 

ilustrasi interview kerja (freepik.com/yanalya)

Interview kerja itu momen krusial yang sering bikin deg-degan, walau udah persiapan dari jauh-jauh hari. Namun, nyatanya, banyak orang tetap terpeleset di titik ini, bukan karena CV-nya jelek, tapi karena kesalahan kecil yang dampaknya besar. Bisa aja CV-nya udah meyakinkan, pengalaman kerja juga lumayan, tapi begitu duduk di depan interviewer, semuanya berantakan. Makanya, interview itu bukan cuma soal apa yang tertulis di atas kertas, tapi lebih ke gimana cara menyampaikan dan bersikap.

Banyak pelamar kerja terlalu fokus ngejar “kata-kata ajaib” buat jawab pertanyaan HRD, sampai lupa kalau interview itu soal kejujuran, sikap, dan chemistry. Bahkan kadang, kesalahan yang kelihatan sepele bisa jadi boomerang yang bikin gagal total. Supaya gak jatuh ke lubang yang sama, yuk kupas lima kesalahan umum yang sering kejadian saat interview kerja. Siapa tahu, ini bisa jadi alarm biar lebih siap dan gak mengulang blunder yang sama.`

1.Datang terlambat, walau cuma 5 menit tetap fatal

ilustrasi interview kerja (freepik.com/yanalya)

Terlambat datang ke interview kerja itu bukan cuma soal waktu, tapi juga soal sikap dan tanggung jawab. Interviewer bisa langsung ambil kesimpulan bahwa pelamar gak disiplin atau gak bisa ngatur waktu, padahal baru pertama ketemu. Datang terlambat lima menit bisa merusak kesan pertama yang penting banget buat bikin koneksi awal. Bahkan kalau tempat interview-nya jauh atau macet, itu bukan alasan yang bisa diterima mentah-mentah.

Lebih baik datang lebih awal 15-20 menit, biar bisa tenang, atur napas, dan adaptasi dengan suasana. Dengan datang lebih awal, tubuh juga punya waktu buat dingin setelah perjalanan yang mungkin bikin stres. Selain itu, interviewer pasti lebih menghargai kandidat yang respect terhadap waktu. Ini soal profesionalitas, bukan sekadar ketepatan waktu.

2.Jawaban terlalu umum dan terlalu dipoles

ilustrasi interview kerja (free`pik.com/freepik)

Banyak pelamar ngerasa harus kasih jawaban sempurna yang seolah-olah udah dihafal dari Google atau skrip motivator. Tapi sayangnya, interviewer bisa ngebaca mana jawaban yang jujur dan mana yang terlalu "template". Jawaban yang terlalu rapi tanpa emosi biasanya justru bikin kesan kaku dan gak otentik. Misalnya waktu ditanya kelemahan, terus jawabnya terlalu perfeksionis, itu udah terlalu klise dan gak menggambarkan realita.

Interview itu ajang buat ngobrol dan saling mengenal, bukan kompetisi siapa paling pintar ngerangkai kata. Lebih baik jawab dengan jujur, kasih contoh nyata, dan tetap percaya diri meski jawabannya gak selalu sempurna. Ketulusan dan sikap terbuka sering kali jadi nilai lebih yang dicari perusahaan. Jadi, jangan takut kasih jawaban yang manusiawi, asal tetap sopan dan logis.

3.Gak tahu apa-apa tentang perusahaan

ilustrasi interview kerja (freepik.com/katemangostar)

Salah satu kesalahan paling mencolok tapi masih sering kejadian adalah gak punya informasi dasar tentang perusahaan yang dilamar. Ketika interviewer tanya “Kenapa mau kerja di sini?” dan jawabannya ngambang atau umum banget, itu udah jadi red flag. Perusahaan bakal mikir, “Ini orang beneran minat kerja di sini atau asal lamar aja?” Padahal riset soal perusahaan bisa dilakukan dalam waktu singkat lewat website atau media sosial resmi mereka.

Menunjukkan bahwa udah mengenal visi, budaya kerja, dan sedikit latar belakang perusahaan bakal bikin interviewer ngerasa dihargai. Ini juga menunjukkan inisiatif dan rasa ingin tahu, dua hal penting di dunia kerja. Gak usah tahu semuanya, cukup tahu poin-poin penting dan bisa dikaitkan dengan tujuan pribadi. Jadi, sebelum berangkat interview, sempatkan waktu buat ngintip profil perusahaan.

4.Terlalu fokus ke gaji di awal interview

ilustrasi interview kerja (freepik.com/shurkin_son)

Gak salah kalau pengin tahu soal gaji, tapi waktu dan cara nanya juga harus tepat. Kalau baru lima menit duduk udah langsung nanyain “Gajinya berapa ya?”, itu bikin kesan pelamar cuma cari uang, bukan peluang berkembang. Interviewer bisa menganggap pelamar kurang sabar dan terlalu materialistis. Bahkan ada yang langsung coret kandidat gara-gara terlalu agresif soal nominal di awal.

Waktu terbaik buat bahas gaji adalah saat interviewer mulai masuk ke topik itu duluan. Kalau memang perlu nanya, tunggu sampai sesi tanya-jawab terakhir, dan pastikan cara nanyanya sopan dan profesional. Misalnya dengan nanya range gaji berdasarkan posisi dan tanggung jawab. Itu akan lebih bijak dan tetap menunjukkan ketertarikan tanpa kelihatan serakah.

5.Gestur dan bahasa tubuh yang gak sadar bikin ilfeel

ilustrasi interview kerja (freepik.com/Drazen Zigic)

Bahasa tubuh kadang lebih keras suaranya daripada kata-kata. Duduk nyender terlalu santai, menghindari kontak mata, atau mainin pulpen terus-menerus bisa nunjukin rasa gak percaya diri atau kurang fokus. Interviewer sangat peka terhadap sinyal non-verbal ini, dan itu bisa ngasih nilai minus tanpa disadari. Bahkan kalau isi jawaban bagus, tapi sikap kelihatan ogah-ogahan, hasilnya tetap bisa gagal.

Belajar duduk tegak, tenangin tangan, dan tatap mata interviewer dengan percaya diri bisa bikin komunikasi terasa lebih hidup. Jangan lupa senyum kecil dan tunjukkan antusiasme lewat intonasi yang jelas. Gestur yang terbuka bikin suasana lebih nyaman dan memperlihatkan kesiapan buat kerja di tim. Ini penting banget, apalagi kalau posisi yang dilamar menuntut kerja sama antar orang.

Interview kerja itu bukan cuma ajang jualan CV, tapi juga soal gimana membawakan diri di depan orang lain. Setiap gestur, kata, dan ekspresi bisa jadi penentu apakah cocok atau gak dengan budaya perusahaan. Kalau bisa menghindari lima kesalahan di atas, peluang buat lolos jadi lebih besar. Jadi, bukan cuma pintar di atas kertas, tapi juga siap secara mental dan emosional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us