ilustrasi nelayan pergi berlayar (pexels.com/Quang Bach)
Visa Ikusei Shuro mempunyai sejumlah perbedaan jika dibandingkan dengan program Ginou Jisshu. Perbedaan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari tujuan hingga perlindungan hukum, mencerminkan upaya pemerintah Jepang untuk memperbaiki sistem pelatihan tenaga kerja asing secara menyeluruh.
Pertama, tujuan kedua program ini berbeda secara signifikan. Ginou Jisshu berorientasi pada transfer teknologi ke negara berkembang, sedangkan Ikusei Shuro lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di Jepang. Dengan demikian, Ikusei Shuro dirancang untuk melatih tenaga kerja asing agar dapat berkontribusi langsung pada perekonomian Jepang.
Di sisi lain, terdapat perbedaan dalam hal durasi dan fleksibilitas kerja. Ginou Jisshu memiliki durasi hingga tiga tahun tanpa opsi berpindah tempat kerja selama pemagangan berlangsung. Sebaliknya, Ikusei Shuro memberikan kesempatan kepada peserta untuk berpindah tempat kerja setelah satu tahun bekerja, sehingga mereka dapat mencari lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan minat dan keterampilan mereka.
Terakhir, persyaratan bahasa menjadi aspek penting yang membedakan keduanya. Program Ikusei Shuro mensyaratkan kemampuan bahasa Jepang minimal setara JLPT N5 sebagai syarat partisipasi atau mewajibkan kursus bahasa bagi peserta baru setelah kedatangan mereka di Jepang. Hal ini tidak hanya membantu integrasi sosial, tetapi juga meningkatkan efisiensi komunikasi di tempat kerja.
Program ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja lokal, tetapi juga memberikan kesempatan bagi pekerja asing untuk berkembang secara profesional dalam lingkungan yang lebih aman dan adil.
Dengan pengawasan yang lebih ketat dan perlindungan hukum yang lebih baik, diharapkan visa Ikusei Shuro dapat menjadi solusi efektif untuk masalah-masalah yang muncul dalam program magang sebelumnya.