ilustrasi depresi (pexels.com/cottonbro studio)
Kondisi yang ditangani oleh psikolog, psikiater, dan konselor sangat perlu kamu perhatikan sebelum memutuskan pada siapa kamu akan meminta bantuan. Dengan uraian perbedaan di atas, tentunya kondisi pasien yang mereka tangani juga akan berbeda-beda. Bahkan, ada juga yang membutuhkan peran dua profesional sekaligus karena kasus tertentu.
Dilansir dari laman Stone Ridge Center, penyakit mental yang ditangani oleh seorang psikiater biasanya cenderung lebih kronis daripada yang ditangani oleh psikolog dan konselor. Psikiater akan dibutuhkan jika pasien memerlukan penanganan medis lebih lanjut seperti kondisi skizofernia, bipolar disorder, atau depresi akut. Namun, jika masih dalam tahap masalah pada pola perilaku, kemampuan belajar, kecemasan, atau depresi ringan biasanya akan membutuhkan pertolongan psikolog yang tidak memerlukan penanganan medis.
Lalu bagaimanakah dengan konselor? Menurut lama Glints, kondisi pasien yang membutuhkan bantuan mereka hampir sama dengan yang ditangani oleh psikolog. Biasanya mereka akan membantu kasus yang lebih ringan seperti permasalahan tekanan dalam kehidupan sehari-hari, permasalahan multikultural dan keberagaman, serta permasalahan perkembangan manusia dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Jika kasusnya membutuhkan assessment klinis, penanganan pasien akan dilanjutkan pada psikolog yang memiliki kewenangan dalam tes atau mendiagnosis gangguan mental seseorang.
Meski psikolog, psikiater, dan konselor memiliki perbedaan secara signifikan, terkadang ada kondisi khusus yang membuat seorang pasien harus ditangani oleh dua atau tiga profesional di atas sekaligus. Bahkan, karena ketidaktahuan pasien itu sendiri, mereka terkadang meminta bantuan pada profesional yang kurang tepat. Jadi, jangan sampai tertukar, ya!