Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Konsultasi ke Mana, Ya? 

ilustrasi konseling dengan psikolog (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi konseling dengan psikolog (pexels.com/cottonbro)

Ketika kamu mengalami masalah kesehatan mental, jangan ragu untuk menemui profesional kalau dirasa perlu. Tapi, mungkin kamu bertanya-tanya harus konsultasi ke mana dulu? Psikolog atau psikiater?

Menemui orang yang tepat tentunya penting untuk proses kesembuhanmu. Yuk, simak lima perbedaan psikolog dan psikiater ini sebelum kamu melakukan konsultasi.

1. Psikiater adalah dokter, sedangkan psikolog bukan

ilustrasi konseling (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi konseling (pexels.com/Alex Green)

Berbeda dengan psikolog yang menempuh pendidikan di fakultasi psikologi, psikiater harus menyelesaikan pendidikan kedokteran terlebih dulu. Setelah itu, psikiater akan mengambil spesialisasi kejiwaan dan residensi untuk memperoleh gelar Sp.KJ (Spesialis Kesehatan Jiwa).

Perbedaan latar belakang pendidikan ini akan berpengaruh terhadap perbedaan jenis terapi yang bisa diberikan oleh psikolog dan psikiater.

2. Psikiater dapat meresepkan obat, psikolog memberikan terapi behaviour

ilustrasi psikolog (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi psikolog (pexels.com/Alex Green)

Sebab psikiater memiliki latar belakang pendidikan kedokteran, psikiater dapat meresepkan obat untuk gangguan kesehatan mentalmu. Psikiater juga dapat memberikan pandangan dari sudut pandang biologi dan neurologi.

Psikolog akan mencari pola-pola perilaku penyebab masalah kesehatan mentalmu dan membantu mencari cara untuk mengubah pola tersebut. Psikolog akan menggunakan berbagai metode terapi berbicara (talk teraphy) untuk mengendalikan perilaku, pikiran, dan emosimu.

3. Psikiater menangani masalah yang lebih serius dan kompleks daripada psikolog

ilustrasi konsultasi ke psikolog (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi konsultasi ke psikolog (pexels.com/cottonbro)

Psikiater dapat membantu menangani masalah kesehatan mental yang lebih serius seperti skizofrenia, bipolar disorder, Obsessive-Compulsive Disorser (OCD), Post -Traumatic Stress Disorder (PTSD), hingga depresi dan gangguan kecemasan berat.

Psikolog menangani kasus yang belum membutuhkan resep obat. Kasus ini biasanya merupakan kasus yang lebih ringan seperti hubungan interpersonal, karier, quarter-life crisis, stres, depresi dan kecemasan ringan

4. Psikiater menangani kasus yang lebih darurat daripada psikolog

ilustrasi percobaan bunuh diri (pexels.com/Guilman)
ilustrasi percobaan bunuh diri (pexels.com/Guilman)

Kasus darurat seperti depresi berat sampai muncul niat bunuh diri sebaiknya segera ditangani oleh psikiater. Psikiater dapat langsung meresepkan obat yang meredakan gejala, sehingga pasien tidak membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain.

Lalu, bagaimana dengan psikolog? Kalau permasalahanmu bukan permasalahan yang darurat dan nggak segera membutuhkan obat, kamu akan lebih cocok berkonsultasi dengan psikolog.

5. Jadi, kamu harus konsultasi ke mana?

ilustrasi mengobservasi pasien dengan gangguan mental (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi mengobservasi pasien dengan gangguan mental (pexels.com/cottonbro)

Jika permasalahan kesehatan mentalmu terasa sangat berat dan darurat hingga membutuhkan resep obat, konsultasilah dengan psikiater. Namun, jika permasalahanmu masih tergolong ringan dan tidak darurat, temui psikolog.

Jika kamu masih bingung, kamu dapat menemui psikolog terlebih dulu. Jika dirasa perlu, psikolog dapat merujuk kamu ke psikiater untuk mendapat bantuan lebih lanjut.

Masih bingung juga? Kamu dapat menemui dokter umum terlebih dulu yang akan membantu menentukan apakah kamu lebih perlu menemui psikolog atau psikiater.

Meskipun metode pengobatannya berbeda, keduanya sama-sama bergerak di bidang kesehatan mental. Keduanya juga memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kesehatan mentalmu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ines Sela Melia
EditorInes Sela Melia
Follow Us