Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi seseorang freelancer (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi seseorang freelancer (pexels.com/Yan Krukau)

Intinya sih...

  • Pemasukan gak tetap, tapi pengeluaran tetap jalanGaji bulanan hilang, pemasukan freelancer tak menentu. Disiplin finansial penting agar tak stres.

  • Gak ada jam pulang yang pastiWaktu kerja gak jelas, bisa berdampak kesehatan. Fleksibilitas harus diimbangi manajemen waktu.

  • Rasa kesepian bisa datang tanpa peringatanKehilangan rutinitas sosial, support system di luar pekerjaan penting.

Hidup sebagai freelancer sering kali terlihat menyenangkan di media sosial. Bangun siang, kerja dari kafe, punya waktu fleksibel, dan bebas atur jadwal sendiri. Tapi kenyataannya gak selalu seindah itu, terutama saat kamu baru pindah dari kerja kantoran. Ada banyak realita yang jarang dibicarakan, padahal penting buat disiapin sejak awal.

Freelance memang menjanjikan kebebasan, tapi kebebasan itu datang dengan harga. Kamu bukan cuma bekerja untuk klien, tapi juga jadi atasan buat diri sendiri. Gak ada gaji tetap, tunjangan, atau teman sekantor yang bisa diajak curhat pas stres. Kalau kamu lagi mempertimbangkan jadi freelancer penuh waktu, yuk kenali dulu realita pahit yang mungkin kamu temui.

1. Pemasukan gak tetap, tapi pengeluaran tetap jalan

ilustrasi seseorang freelancer (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gaji bulanan adalah kenyamanan yang langsung hilang begitu kamu lepas dari dunia kantoran. Sebagai freelancer, pemasukan datang tidak menentu tergantung proyek, musim, dan klien. Kadang rejeki bisa deras, tapi kadang bisa sepi berbulan-bulan. Sementara cicilan, uang makan, dan kebutuhan pokok tetap harus dibayar.

Kamu dituntut pintar mengatur keuangan, menyisihkan dana darurat, dan berpikir jangka panjang. Gak bisa lagi impulsif beli barang hanya karena "gajian". Disiplin finansial jadi kunci utama supaya kamu gak stres di tengah jalan. Karena kalau gak siap, rasa bebas itu justru berubah jadi beban.

2. Gak ada jam pulang yang pasti

ilustrasi seseorang freelancer (pexels.com/cottonbro studio)

Salah satu hal yang paling terasa berubah saat jadi freelancer adalah waktu kerja yang gak jelas. Kamu mungkin gak harus absen jam 9 pagi, tapi sering kali juga masih kerja jam 11 malam. Apalagi kalau klien dari zona waktu berbeda atau kamu ambil terlalu banyak proyek. Akhirnya, waktu kerja justru jadi makin panjang dan gak sehat.

Kalau gak disiplin, batas antara waktu kerja dan waktu istirahat bisa kabur. Hidup jadi kayak 24/7 standby, karena kamu merasa harus selalu responsif biar klien senang. Padahal, itu bisa bikin kamu cepat burnout. Fleksibel memang enak, tapi harus diimbangi dengan manajemen waktu yang tegas.

3. Rasa kesepian bisa datang tanpa peringatan

ilustrasi seorang freelancer (pexels.com/Canva Studio)

Kerja kantoran biasanya bikin kamu punya rutinitas sosial, entah itu ngobrol di pantry atau makan siang bareng teman. Saat jadi freelancer, kamu akan lebih banyak bekerja sendirian. Lama-lama, rasa sepi bisa datang diam-diam dan bikin kamu merasa kosong. Apalagi kalau kamu tipe orang yang butuh interaksi sosial untuk recharge energi.

Tanpa rekan kerja, kamu juga bisa kehilangan tempat untuk diskusi ide atau curhat soal kerjaan. Semua beban dan keputusan harus kamu tanggung sendiri. Kalau gak pandai menjaga keseimbangan mental, rasa kesepian ini bisa berdampak ke produktivitas. Jadi penting banget punya support system di luar pekerjaan.

4. Harus siap ditolak dan direvisi berkali-kali

ilustrasi seseorang freelancer (freepik.com/wayhomestudio)

Sebagai freelancer, kamu akan sering menghadapi penolakan: dari klien yang gak jadi lanjut, proyek yang dibatalkan sepihak, sampai revisi berulang yang menguras tenaga. Di kantor, kamu mungkin punya atasan yang bantu pasang badan. Tapi di dunia freelance, kamu yang harus hadapi semuanya sendiri.

Penolakan demi penolakan bisa bikin kamu kehilangan rasa percaya diri kalau gak dibarengi mental yang kuat. Kamu harus belajar untuk gak baper, terus adaptasi, dan tetap profesional meski lelah. Gak ada sistem “HRD” yang melindungimu dari klien rese. Semuanya soal bagaimana kamu membangun batas dan mengelola ekspektasi.

5. Kamu harus jadi semua peran sekaligus

ilustrasi seorang freelancer (pexels.com/Canva Studio)

Sebagai freelancer, kamu bukan cuma pekerja, tapi juga manajer, admin, customer service, bahkan tukang tagih invoice. Gak ada lagi tim yang bantu urus kontrak, ngatur jadwal, atau urus pajak. Semua kamu kerjakan sendiri, mulai dari cari klien sampai mengatur harga jual jasamu.

Kalau gak hati-hati, kamu bisa habis energi untuk urusan teknis dan lupa sama kualitas kerja utamamu. Multitasking memang penting, tapi juga bisa bikin kewalahan kalau gak diatur. Jadi freelancer bukan cuma soal keahlian, tapi juga soal daya tahan dan kemampuan ngatur diri. Dan semua itu, gak pernah ditampilin di highlight Instagram.

Jadi freelancer memang bisa jadi pilihan hidup yang lebih sesuai buat sebagian orang. Tapi sebelum mengambil langkah besar ini, penting untuk kenal dulu realitanya. Kebebasan memang menyenangkan, tapi kamu juga harus siap menghadapi sisi pahit yang jarang terlihat. Karena pada akhirnya, kerja kantoran atau freelance sama-sama menuntut tanggung jawab tinggal kamu pilih, bentuk tanggung jawab seperti apa yang ingin kamu jalani.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team