Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi workaholic (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi workaholic (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Intinya sih...

  • Kesibukan padat dianggap sebagai simbol kebanggaan bagi workaholic
  • Standar kebahagiaan workaholic berbeda dengan orang pada umumnya
  • Produktivitas dan pencapaian profesional menjadi kunci kebahagiaan bagi workaholic
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Seseorang yang menerapkan workaholic memiliki dorongan yang sangat kuat untuk terus bekerja, bahkan sampai mengorbankan waktu istirahat, keluarga, atau kehidupan pribadi. Jika kita membicarakan tentang sosok workaholic, mereka juga memiliki standar kebahagiaan yang dianut.

Bahkan, standar kebahagiaan ini tidak dapat disamakan dengan orang-orang pada umumnya. Merasa menjadi generasi muda yang menerapkan workaholic, barangkali kamu juga menganut standar kebahagiaan di bawah ini.

1. Produktivitas dan kerja keras dianggap kunci kebahagiaan

ilustrasi totalitas bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Setiap orang memiliki standar kebahagiaan masing-masing yang dijadikan sebagai patokan. Tidak terkecuali dengan sosok workaholic, yang dikenal dengan kesibukan padat. Mereka memiliki patokan tersendiri tentang suatu hari yang dianggap sebagai titik kebahagiaan hidup.

Salah satu dari standar tersebut adalah produktivitas dan kerja keras yang dianggap sebagai kunci utama. Workaholic sering merasa puas dan bahagia jika mereka bisa menyelesaikan banyak hal dalam sehari. Semakin sibuk dan padat jadwalnya, semakin mereka merasa hidupnya bernilai.

2. Memprioritaskan pengakuan dan pencapaian

ilustrasi memperoleh pengakuan (pexels.com/RDNE Stock Project)

Jika mendengar kata workaholic, mungkin kamu teringat dengan seseorang yang gila kerja. Mereka mengerahkan seluruh waktu, energi, untuk menyelesaikan banyak hal. Tapi yang menarik untuk diketahui, adakah standar kebahagiaan tertentu yang dianut oleh orang-orang dengan karakter workaholic?

Perlu diketahui, mereka adalah tipe orang yang memprioritaskan pengakuan dan pencapaian. Kebahagiaan datang dari pencapaian profesional, seperti promosi, bonus, penghargaan, atau bahkan hanya pujian dari atasan. Mereka rela bekerja keras sampai mengorbankan waktu istirahat hanya untuk memperoleh pengakuan dan pencapaian tersebut.

3. Nilai diri terletak pada kesibukan tanpa henti

ilustrasi bekerja (pexels.com/Mikhail Nilov)

Di lingkungan sekitar, orang-orang yang memiliki sikap workaholic dilabeli sebagai sosok gila kerja. Mereka menomor duakan waktu istirahat sekaligus orang-orang terdekat. Cara orang-orang workaholic menjalani hidup sedemikian rupa tidak terlepas dari standar kebahagiaan yang dijadikan sebagai patokan.

Mereka mematok nilai diri berdasarkan kesibukan tanpa henti. Jadwal yang penuh sering dianggap sebagai simbol kesuksesan dan produktivitas. Semakin padat rutinitas yang dimiliki, orang-orang dengan karakter workoholic semakin merasa percaya diri di lingkungan sosial maupun profesional.

4. Bekerja dianggap sebagai identitas kebanggaan diri

ilustrasi bekerja di era digital (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Standar kebahagiaan berperan penting dalam membentuk kualitas hidup. Inilah yang membantu seseorang memahami makna hidup secara utuh. Tapi jika kita membicarakan orang-orang yang memiliki karakter workaholic, terdapat sisi unik dari standar kebahagiaan yang dianut. Ini cukup berbeda dengan standar yang dimiliki mayoritas orang di lingkungan sekitar.

Dalam sudut pandang orang-orang workaholic, bekerja dianggap sebagai identitas kebanggaan diri. Menurutnya, kebahagiaan hadir saat mereka merasa dibutuhkan oleh pekerjaan atau ketika mereka bisa mendefinisikan diri sesuai dengan latar belakang profesinya.

5. Minimnya waktu senggang justru membahagiakan

ilustrasi workaholic (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Kebanyakan orang tentu bahagia jika memiliki banyak waktu untuk bersantai. Mereka bisa menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekat atau sekadar memanjakan diri dengan aktivitas yang disukai. Tapi, apakah ini berlaku bagi orang-orang yang memiliki sikap workaholic?

Sudah pasti jawabannya tidak. Karena orang-orang yang memiliki sikap workaholic juga memiliki standar mengenai kebahagiaannya sendiri. Minimnya waktu luang justru dianggap sebagai titik kebahagiaan. Mereka merasa lebih berharga jika disibukkan dengan rutinitas padat dan melelahkan.

Membahas tentang orang yang memiliki gaya hidup workaholic memang menarik, terutama dari standar kebahagiaan yang dijadikan patokan. Mereka selalu menempatkan pekerjaan di atas kepentingan lainnya, bahkan memiliki rutinitas yang padat dan melelahkan dianggap sebagai kebanggaan diri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team