Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

10 Tindakan Preventif untuk Menghindari Fenomena Quiet Quitting

ilustrasi leader dan anggota tim (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Beberapa waktu lalu istilah quiet quitting banyak menjadi topik utama di konten-konten TikTok. Dilansir Personio, quiet quitting adalah karyawan atau anggota tim yang melakukan pekerjaan sesuai jobdesc namun tidak melakukan inisiatif, kerja lembur, atau mengambil tanggung jawab tambahan.

Quiet quitting dapat menciptakan tantangan tersendiri bagi keberhasilan perusahaan, karena dampaknya yang perlahan-lahan dapat merusak budaya kerja, kinerja tim, dan keberlanjutan organisasi. Dalam upaya untuk mencegah dan mengatasi fenomena ini, sebagai leader tim, kamu perlu melakukan tindakan preventif seperti berikut ini.

1. Segera akhiri peningkatan beban kerja dalam waktu singkat

ilustrasi memberikan beban kerja yang wajar (pexels.com/Alena Darmel)

Peningkatan beban kerja yang tiba-tiba dan berlebihan dapat menjadi pemicu utama fenomena quiet quitting di tempat kerja. Ketika anggota tim merasa terlalu diberi beban tanpa adanya keseimbangan, mereka dapat merasa tertekan dan kelelahan. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental dan fisik mereka, yang pada gilirannya dapat menyebabkan ketidakpuasan dan keinginan untuk mengakhiri hubungan kerja.

Langkah preventif yang perlu kamu lakukan adalah segera mengidentifikasi peningkatan beban kerja dan bertindak cepat untuk mengatasinya. Ini dapat dilakukan dengan redistribusi tugas, penggunaan sumber daya yang lebih efisien, atau bahkan menambah tenaga kerja untuk sementara. Dengan cara ini, kamu dapat memastikan bahwa anggota tim tidak merasa terbebani secara berlebihan dan tetap dapat menjaga keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.

2. Berikan kompensasi yang layak untuk tim

ilustrasi liburan bersama sebagai bentuk kompensasi (pexels.com/Min An)

Perusahaan perlu memberikan kompensasi yang adil dan memadai kepada timnya. Kompensasi yang layak tidak hanya mencakup gaji pokok, tetapi juga bonus, tunjangan, dan insentif lainnya. Ketika anggota tim merasa bahwa mereka dihargai dan diberikan imbalan yang setara dengan kontribusi mereka, mereka cenderung merasa lebih termotivasi dan puas.

Dalam konteks quiet quitting, kurangnya kompensasi yang memadai dapat menjadi penyebab ketidakpuasan dan kekecewaan di antara anggota tim. Oleh karena itu, perusahaan harus secara teratur meninjau struktur kompensasi mereka dan memastikan bahwa mereka memenuhi standar industri dan harapan anggota tim.

3. Berikan kesempatan karier yang berjenjang

ilustrasi memberikan kesempatan karier yang berjenjang (pexels.com/fauxels)

Salah satu faktor yang dapat mendorong fenomena quiet quitting adalah kurangnya kesempatan pengembangan karier di dalam organisasi. Anggota tim yang merasa bahwa mereka terjebak dalam pekerjaan yang tidak menawarkan ruang untuk perkembangan atau kemajuan karier mungkin cenderung kehilangan semangat dan motivasi.

Oleh karena itu, kamu perlu menetapkan jalan karier yang jelas dan memberikan peluang bagi anggota tim untuk mengembangkan keterampilan dan kompetensi mereka. Ini dapat dilakukan dengan pelatihan, sertifikasi, atau bahkan promosi internal. Dengan memberikan kesempatan untuk perkembangan karier, kamu dapat mencegah anggota tim merasa terhambat dan mengurangi risiko quiet quitting.

4. Beri perhatian pada pendapat tim

ilustrasi mendengarkan pendapat tim (pexels.com/ANTONI SHKRABA Production)

Salah satu aspek kunci dari kepemimpinan yang efektif adalah mendengarkan dan memberikan perhatian pada pendapat dan ide anggota tim. Ketika anggota tim merasa bahwa pandangan mereka diabaikan atau tidak dihargai, mereka akan merasa tidak nyaman dengan organisasi dan rekan-rekan kerja mereka.

Untuk mencegah quiet quitting, kamu dan manajemen perlu menciptakan budaya di mana setiap pendapat didengarkan. Ini dapat dilakukan dengan pertemuan reguler, forum diskusi, atau bahkan survei anonim untuk mendapatkan masukan dari anggota tim. Dengan memberikan platform bagi anggota tim untuk menyampaikan pendapat mereka, kamu dapat membangun lingkungan di mana komunikasi terbuka dan transparan didengarkan.

5. Menjaga batasan

ilustrasi menetapkan batasan dengan tegas (pexels.com/Vlada Karpovich)

Kamu perlu memastikan bahwa anggota tim memiliki batasan yang jelas antara kehidupan kerja dan pribadi. Pekerjaan yang terlalu invasif dan tidak menghormati waktu pribadi dapat menyebabkan kelelahan dan kejenuhan, yang pada gilirannya dapat menjadi pemicu quiet quitting.

Kamu perlu memastikan bahwa kebijakan dan praktik kerja sejalan dengan prinsip ini. Misalnya, menghormati jam kerja yang telah ditetapkan, membatasi penggunaan surel di luar jam kerja, dan memberikan waktu cuti yang cukup dapat membantu menjaga keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.

6. Sampaikan umpan balik dengan jelas mengenai perkembangan peran

ilustrasi menyampaikan umpan balik (pexels.com/Thirdman)

Kamu perlu memberikan umpan balik yang jelas dan konstruktif mengenai kinerja dan perkembangan peran anggota tim. Anggota tim yang tidak tahu sejauh mana mereka memenuhi harapan atau tidak mendapatkan arahan yang jelas dapat merasa frustrasi dan kehilangan semangat.

Perusahaan harus memiliki sistem umpan balik yang terstruktur dan konsisten. Ini dapat mencakup evaluasi kinerja berkala, pertemuan tatap muka, atau bahkan mentoring. Dengan memberikan umpan balik yang konstruktif, kamu dapat membantu karyawan untuk terus berkembang dan merasa dihargai.

7. Bangun ikatan dan hubungan yang baik

ilustrasi membangun hubungan yang baik dengan anggota tim (pexels.com/Ivan Samkov)

Hubungan interpersonal yang kuat di tempat kerja dapat menjadi faktor kunci dalam mencegah quiet quitting. Anggota tim yang merasa terhubung dengan rekan-rekan kerja dan manajemen cenderung lebih termotivasi dan puas.

Kamu harus mengambil langkah-langkah untuk membangun ikatan di antara anggota tim. Ini dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan tim, pertemuan sosial, atau bahkan program mentoring. Dengan memperkuat hubungan antarindividu, kamu dapat menciptakan lingkungan yang mendukung dan memotivasi.

8. Cari tahu apa yang mendorong semangat tim

ilustrasi mencari tahu motivasi anggota tim (pexels.com/Anna Shvets)

Kamu perlu memahami apa yang mendorong semangat anggota tim kamu. Hal ini dapat dilakukan dengan memahami nilai-nilai individu, tujuan karier, dan motivasi intrinsik masing-masing anggota tim.

Dengan mengetahui faktor-faktor motivasi ini, kamu dapat mengadaptasi strategi manajemen untuk memenuhi kebutuhan anggota tim. Misalnya, memberikan proyek-proyek menarik, memberikan pengakuan, atau memberikan tanggung jawab tambahan sesuai dengan minat dan tujuan anggota tim supaya semangat dan keterlibatan mereka tetap terjaga.

9. Dukung kesejahteraan tim secara aktif

ilustrasi mendukung kesejahteraan tim (pexels.com/Kampus Production)

Kesejahteraan anggota tim adalah faktor kunci dalam mencegah quiet quitting. Kesejahteraan tidak hanya terkait dengan aspek fisik, tetapi juga kesejahteraan mental dan emosional.

Kamu perlu menyediakan sumber daya dan dukungan untuk kesejahteraan anggota tim. Ini dapat mencakup program kesehatan dan kebugaran, akses ke konseling atau dukungan psikologis, dan kebijakan kerja yang fleksibel. Dengan memprioritaskan kesejahteraan anggota tim, kamu dapat menciptakan lingkungan yang mendukung produktivitas dan kepuasan.

10. Anjurkan istirahat dan dukung perkembangan dalam berkarier

ilustrasi mengutamakan work life balance (pexels.com/fauxels)

Istirahat yang cukup sangat penting untuk menjaga kesehatan dan produktivitas anggota tim. Kamu harus mendorong budaya kerja yang menghormati hak anggota tim untuk beristirahat dan mendukung kebutuhan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.

Selain itu, dukungan terhadap perkembangan dalam berkarier juga harus ditekankan. Ini dapat mencakup peningkatan keterampilan melalui pelatihan atau pendidikan tambahan, promosi, atau dukungan untuk pencapaian tujuan karier individu.

Sebagai leader, kamu memiliki peran untuk mengurangi risiko quiet quitting dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung, memotivasi, dan mempertahankan anggota tim yang berkinerja tinggi. Selain memberikan manfaat bagi anggota tim, kamu juga bisa belajar lebih banyak untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agustin Fatimah
EditorAgustin Fatimah
Follow Us