Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tren Hey-Hanging di Tempat Kerja, Mengapa Memicu Kecemasan?

Ilustrasi karyawan membalas pesan (pexels.com/Ono Kosuki)

Isu kesehatan mental dan kesejahteraan karyawan di tempat kerja semakin banyak diperbincangkan. Ini terjadi karena banyak hal, salah satunya masalah komunikasi yang tidak tuntas. Tidak hanya secara langsung, melainkan juga melalui email.

Hal ini mengidentifikasi tren yang disebut "hey-hanging" yang membahayakan kesehatan mental para pekerja. So, cari tahu di sini apa yang dimaksud dengan hey-hanging di tempat kerja. Keep scrolling!

1. Apa itu hey-hanging?

Ilustrasi karyawan membalas pesan hey-hanging (pexels.com/Mikhail Nilov)

"Hey-hanging" merupakan sebuah praktik ini mengacu pada saat seorang rekan kerja, maupun para atasa menjangkau para karyawan, atau rekan kerja dengan menggunakan frasa "Hai" yang sederhana. Ini tidak memberikan konteks tentang mengapa atau apa yang mereka coba kirimi pesan atau tanyakan. 

"Ketika seorang rekan kerja atau pemberi kerja meninggalkan rekan satu tim atau individu lain 'menggantung' dengan cara ini, rekan satu tim itu mungkin tidak menjawab selama beberapa jam, atau bahkan menunggu berhari-hari untuk merespons," kata Jared Pope, pendiri dan CEO Work Shield, mengutip Forbes. 

Di tempat kerja, begitu banyak hari kita dihabiskan melalui platform perpesanan seperti Slack, Microsoft Teams, Google Chat, atau lewat teks, bahkan WhatsApp. Terutama bagi yang tetap jauh atau dalam tim hybrid yang tidak saling bertemu langsung. 

2. Mengapa hey-hanging memicu kecemasan?

Ilustrasi karyawan mengalami stres (pexels.com/Edward Jenner)

Hey-hanging menjadi bentuk perubahan cara kita berkomunikasi di tempat kerja pada era modern yang lebih virtual. Courtney Napoles, seorang direktur teknik di Grammarly, telah melihat tren ini banyak terjadi akhir-akhir ini.

Kemungkinan besar karena berkomunikasi secara "asinkron" itu sulit. Dengan rentetan pesan dan notifikasi yang diterima di berbagai platform di tempat kerja, terkadang terasa mustahil untuk mendapatkan perhatian rekan kerja, maupun karyawan jika ini dilakukan oleh atasan. 

"Tanpa konteks tambahan, pesan sederhana ini dapat menimbulkan kebingungan, pemikiran berlebihan, dan stres yang tidak perlu, sehingga menghambat komunikasi yang efektif dan bahkan merusak hubungan," ungkapnya mengutip laman Work Life. 

Dan ada beberapa faktor yang mendorong hal ini. Yang pertama adalah bahwa empat generasi berbeda saat ini aktif bekerja. Lalu, ada pandemi dan kerja remote, yang tentu saja berdampak besar pada cara kita bersosialisasi dan berkomunikasi. 

"Sikap terhadap hey-hanging agak berbeda-beda, dan apakah ini menjengkelkan atau tidak mungkin bergantung pada usia. Namun secara umum, jika kamu adalah pengirimnya, sebaiknya kamu mengungkapkan semuanya di pesan pertama," jelas Nick Leighton, seorang pakar etika, mengutip HuffPost. 

3. Apa yang harus dilakukan ketika mengalami hey-hanging?

Ilustrasi karyawan mengatasi hey-hanging (pexels.com/fauxels)

Kegelisahan seputar "hey" dan "OK" ini membawa kita pada konsep penting. Dalam hal obrolan daring, lebih sedikit tidak selalu lebih baik, menurut Mary Crane, pemilik konsultan bisnis Mary Crane & Associates. Hal itu terutama berlaku ketika banyak dari kita adalah pekerja jarak jauh atau pekerja hybrid dan mungkin tidak saling mengenal dengan baik.

"Platform berkirim pesan di tempat kerja seperti Slack dan Gchat bisa sangat efektif jika para peserta sudah saling mengenal dengan baik dan dapat berkomunikasi dengan cepat. Rekan kerja yang telah menjalin hubungan dengan baik, jarang mengalami kecemasan," ungkap Crane melansir HuffPost. 

Tambah Crane, namun, ketika rekan kerja tidak memiliki keakraban tersebut, akan ada ruang untuk kecemasan dan banyak peluang untuk salah paham atau disalahpahami, yang meningkatkan stres dan mengganggu produktivitas. Crane juga punya saran untuk menghadapi orang yang suka melakukan hey-hanging:

'Daripada merasa cemas, penerima dapat mengambil kendali dengan menanggapi: 'Senang mendengar kabarmu! Saya sedang mengerjakan sebuah proyek. Beri tahu saya jika kamu membutuhkan sesuatu'

4. Cara mengatasi budaya hey-hanging di tempat kerja bagi para atasan

Ilustrasi para atasan mengatasi hey-hanging (pexels.com/Mikhail Nilov)

Pentingnya memperhatikan gaya komunikasi yang disukai yang membantu menumbuhkan keamanan psikologis dan menjaga karyawan tetap terlibat dan produktif dalam pekerjaannya. Komunikasi yang kuat sangat penting untuk budaya kerja yang positif.  

Annie Rosencrans, direktur SDM & budaya di HiBob, seperti melansir dari laman Forbes, menawarkan empat cara agar organisasi dapat mengatasi tren hey-hanging secara langsung:

  • Menetapkan pedoman praktik terbaik untuk pesan yang dikirim melalui Slack, MS Teams, maupun Gchat, dapat sangat berharga untuk mengatasi masalah ini sejak awal.
  • Diskusikan bahwa konteks menjadi kunci menghadapi pesan seperti ini. Jadi, tidak perlu ada masalah jika memahami maksud dan tujuan pesan.
  • Ingatkan atasan bahwa meskipun ada sesuatu yang benar-benar perlu didiskusikan secara langsung, pesan tindak lanjut dan jelas, lebih dapat meredakan kekhawatiran.
  • Jadilah perusahaan yang benar-benar mengutamakan orang. Untuk menjadi organisasi yang mengutamakan orang, para pemimpin harus memiliki kecerdasan emosional yang kuat, sehingga seluruh organisasi memiliki contoh yang baik untuk ditiru.

So, jika mendapatkan pesan hey-hanging, tidak perlu cemas. Beranikan diri untuk bertanya maksud dan tujuan kepada si pengirim, baik itu rekan kerja maupun atasan. Kelancaran komunikasi meningkatkan budaya positif di tempat kerja, sehingga lingkungan menjadi lebih sehat. Semoga bermanfaat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aliya F. Izetti
EditorAliya F. Izetti
Follow Us