6 Alasan Mengisi Rumah Bukan Perlombaan, Selera Orang Tidak Sama

- Isi rumah kembali ke selera pemiliknya
- Rumah kosong tidak selalu tanda kurang mampu
- Prioritas cicilan lancar daripada perabot penuh tapi nunggak
Jarak rumah yang berdekatan bahkan berimpitan dengan tetangga tidak berarti kalian harus saling intip setiap saat. Termasuk soal perabot di dalam rumah. Bila pun isi rumahmu dibandingkan dengan isi rumah orang lain, cuek saja.
Toh, kamu yang membeli dan menempati rumah itu. Dirimu yang paling tahu kebutuhan serta kenyamanannya. Kamu jangan mau dikompori siapa pun yang rentan membuatmu tidak bijak dalam berbelanja.
Mengisi rumah adalah selera pribadi. Bahkan rumah nyaris tidak diisi dengan perabot apa pun juga hak penuh pemiliknya. Gak ada keharusan untukmu cepat-cepat memenuhi setiap sudut rumah dengan perabot. Ini alasannya agar dirimu tak kepikiran.
1. Ada orang yang suka full perabot atau kosongan

Isian rumah kembali ke selera pemiliknya. Punya rumah sebesar apa pun tidak berarti harus dipenuhi perabot dari sudut ke sudut. Apalagi rumah yang luasnya lebih terbatas. Sebagian orang menganggap perabot lengkap di sebuah rumah adalah keharusan.
Kalau perabotnya belum komplet, rasanya rumah belum layak ditempati. Namun, ada juga orang yang memang lebih senang rumah kosongan. Maksudnya, rumah gak benar-benar kosong.
Tetap ada perabot, tetapi cuma sedikit. Lebih banyak ruang kosongnya sehingga leluasa buat berjalan, mudah dibersihkan, bisa menerima lebih banyak tamu, dan nyaman buat lesehan atau rebahan di lantai. Termasuk nyaman untuk anak-anak bermain.
2. Mungkin tabungan terkuras buat beli rumah secara cash

Rumah yang hampir kosong dari perabot tidak selalu tanda pemiliknya bukan kalangan mampu. Seseorang bisa membeli rumah telah tanda punya kemampuan finansial. Justru boleh jadi tabungannya sudah terkuras untuk membayar lunas rumah tersebut di awal.
Sekarang waktunya dia menahan berbagai keinginan akan perabot sampai keuangannya kembali stabil. Mungkin nanti akhirnya ia juga beli perabot. Namun, satu per satu seiring berjalannya waktu.
Gak seperti ketika dia membayar lunas rumahnya. Tentu ada orang yang mampu membeli rumah langsung lunas sekaligus memborong perabot. Namun, tidak seperti itu juga gak apa-apa. Masih bagus dia punya tempat berlindung dari panas dan hujan tanpa memikirkan angsuran.
3. Atau, prioritas cicilan lancar daripada perabot penuh tapi nunggak

Gak cuma pembeli rumah secara cash yang dapat memilih menunda mengisi perabot. Orang yang ambil kredit juga mungkin mencari aman dengan tak tergesa-gesa mengisi rumah. Pertimbangannya, masa mencicil masih sangat panjang.
Walaupun sekarang cukup ringan, kebutuhan lain ke depannya tidak ada yang tahu. Mereka merasa lebih aman kalau menabung sebanyak mungkin guna mengantisipasi masa cicilan terasa lebih berat. Misalnya, cicilan rumah 15 tahun.
Di tiap tahun ajaran baru, dia ada beban keuangan yang lebih besar terkait biaya pendidikan anak. Ketimbang cicilan macet dan berisiko terhadap status rumahnya, lebih baik menunda mengisi rumah. Nanti jika kredit dapat selesai lebih cepat baru ia memikirkan perabot.
4. Jumlah perabot dipengaruhi jumlah penghuni

Ada variasi pilihan di antara sesama orang yang punya banyak anggota keluarga atau justru hidup sendirian. Misalnya, sebagian orang yang tinggal bersama banyak anggota keluarga berpikir lebih banyak kursi lebih baik.
Setiap orang menjadi dapat duduk di atas. Akan tetapi, ada juga orang yang malah mengosongkan sebagian besar ruangannya. Supaya rumah gak terasa sempit buat anggota keluarga sebanyak itu.
Demikian pula ada orang yang tinggal sendirian di rumah dan merasa tak perlu banyak perabot. Daripada beli meja makan dengan empat kursi lalu tiga di antaranya selalu kosong, mending gak usah. Makan bisa di mana saja. Namun, tak salah pula seandainya ia hendak membeli banyak perabot biar rumah tidak terasa kosong.
5. Fungsi perabot memudahkan keperluan, bukan gaya-gayaan

Tidak hanya perabot. Kamu atau siapa pun dapat menjadikan apa saja sebagai modal bergaya. Seperti mobil yang mahal hingga aksesori. Namun, kalau orang kembali pada fungsi utama perabot tentu tak akan kepikiran buat ikut gaya-gayaan.
Kebutuhan setiap orang berbeda. Maka pilihan perabotnya juga menjadi tak sama. Bila dia merasa sedikit perabot telah menjawab kebutuhan-kebutuhannya, tak perlu lagi perabot lainnya.
Justru seandainya ia memaksakan diri untuk beli perabot lebih dari keperluannya pasti merepotkan. Sudah dia keluar banyak uang, keberadaan perabot yang berlebih dirasa cuma bikin ruangan tambah sesak. Membeli apa pun sesuai kebutuhan sendiri sudah paling tepat.
6. Bila masih ada kemungkinan pindah mending perabot seminimal mungkin

Rumah yang perlu diisi bukan hanya rumah pribadi. Kamu mengontrak pun butuh beberapa perabot. Namun, baik dirimu menempati rumah pribadi atau ngontrak, kalau ada kemungkinan pindah jangan belanja perabot terlalu banyak.
Banyaknya perabot menyusahkanmu bila hendak pindahan. Selain capek berkemas pasti juga butuh biaya besar untuk membawanya ke tempat baru. Perabot dijual kembali juga belum tentu laku atau harganya turun lumayan banyak.
Apabila kamu telah mantap tinggal di suatu tempat baru perabot dapat ditambah. Hindari terpengaruh beberapa orang di sekitarmu yang menjadikan isi rumah sebagai bahan kompetisi. Bila dirimu ribet pindahan, mereka juga gak bantu apa-apa.
Mengisi rumah tidak hanya perlu uang. Namun, juga pemahaman akan kebutuhan serta ruangan yang tersedia. Tidak usah bersaing cepat dalam hal memenuhi rumah dengan beragam perabot. Kalau dirimu ikut berlomba, nanti tahu-tahu rumah sesesak gudang dan kehilangan kenyamanannya ketika ditempati.


















