5 Keunikan Hugekultur, Teknik Pertanian Tradisional ala Jerman

Cara perkebunan dan pengomposan ramah lingkungan

Hügelkultur dalam bahasa Inggris dikenal sebagai hugekultur merupakan sistem permakultur dalam berkebun dan pertanian yang sudah dipakai selama berabad-abad di Jerman dan Eropa Timur.

Teknik hugekultur ini merupakan cara tradisional yang terbilang unik. Sebab kamu akan dengan sengaja membuat gundukan besar yang terbuat dari batang kayu busuk serta puing-puing tanaman untuk dijadikan kompos. 

Bentuk gundukan ini ditandai dengan menandai area untuk bedengan, membersihkan lahan, dan menumpuk material kayu yang membusuk untuk menjadi kompos serta tanah. Selain tanah kosong, kamu juga bisa menerapkan pada kontainer atau ember dan tempat lainnya. Untuk lebih jelasnya, inilah lima keunikan hugekultur yang perlu kamu tahu. 

1. Hugekultur jadi teknik berkebun yang mulai populer di dunia

5 Keunikan Hugekultur, Teknik Pertanian Tradisional ala Jermanilustrasi hugekultur (permies.com/Tim Burrows)

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, hugekultur merupakan sistem perma kultur tradisonal yang berasal dari Jerman dan berkembang di Eropa Timur. Kini, sistem ini juga banyak dipakai di Amerika Utara. 

Berkebun dengan cara meninggi memang dinilai lebih hemat ruang sehingga hugekultur menarik minat pecinta tanaman. Seperti gunung, kamu bisa menanam lebih banyak tanaman. Posisinya yang miring juga membuat penanaman, pemangkasan, penyiangan, dan pemanenan lebih mudah dilakukan.

2. Cara membuat hugekultur

5 Keunikan Hugekultur, Teknik Pertanian Tradisional ala Jermanilustrasi struktur hugekultur (newlifeonahomestead.com)

Pertama-tama, kamu memerlukan ukuran tanah kosong sekitar 2,5x1,25 meter untuk membuat hugekultur bed. Setelah itu, bersihkan rumput atau tanaman yang ada di atas tanah untuk hugekultur. Kemudian, tutupi area dengan serpihan kayu atau karton untuk menekan tumbuhnya gulma. 

Gali lubang sedalam 30-45 cm dengan panjang dan lebar 2,5x1,25 meter. Letakkan material kayu besar di lubang. Sebaiknya, campurkan kayu keras dan kayu lunak. Jangan gunakan kayu yang membusuk lama seperti cedar, redwood, atau yang mengeluarkan racun seperti black walnut.

Semakin ke atas, taruh ukuran kayu yang paling kecil. Lapisi dengan rumput serta potongan rumput atau tanaman lain. Jika sudah tertutup semua, lapisi kembali dengan kayu atau ranting. Lalu rumput lagi dan buat tumpukan setinggi yang diinginkan (sebaiknya 70-90 cm dari tinggi tanah sekitarnya). 

Sirami lapisan dengan rutin. Tambahkan rumput, daun, dan pupuk kandang untuk mempercepat pengomposan. Setelah itu, tutup bedengan dengan tanah sekitar 2-3 lapisan dan lapisan mulsa bergantian, lapisan paling atas adalah tanah.

FYI, mulsa adalah lapisan penutup untuk menjaga kelembapan tanah yang bisa didapatkan di toko pertanian atau kebun. Setelah dirasa lumayan keras, kamu bisa menanam tanaman sayur di atas bedeng atau tutupi dengan jerami kering agar kelembapan tetap terjaga. 

dm-player

Meski cara ini dilakukan pada lahan atau area kosong. Sebenarnya kamu bisa menerapkan hugekultur ini pada kontainer, ember, tong, atau wadah lain yang disesuaikan dengan keadaan dan luas area kosong di sekitar rumahmu. 

Baca Juga: 5 Kesalahan Menanam Melati yang Dilakukan Pemula, Sulit Berbunga!

3. Terinspirasi dari siklus nutrisi alami

5 Keunikan Hugekultur, Teknik Pertanian Tradisional ala Jermanilustrasi hugekultur (blazetrends.com)

Apakah kamu masih ingat dengan pelajaran siklus nutrisi di kelas biologi? Ya, siklus nutrisi mengacu pada perpindahan bahan organik dan anorganik antara organisme yang masih hidup dan organisme tidak hidup.

Secara efisien, ekosistem hugekultur mendaur ulang nitrogen, karbon, belerang, fosfor, dan komponen lainnya. Sebab hal ini, hugekultur juga sering dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas tanah yang kurang baik. 

Sebab prosesnya yang masih alami, pengomposan memerlukan waktu beberapa bulan untuk hasil yang lebih baik. Sementara menunggu, kamu bisa membuat pembatas di bawah bedengan dengan batu besar, batu batas, bal jerami, dan pembatas lainnya. 

4. Memerlukan waktu lama untuk menanam di atas hugekultur

5 Keunikan Hugekultur, Teknik Pertanian Tradisional ala Jermanilustrasi hugekultur bed (fiveinthenest.com)

Kamu tidak bisa langsung menanam tanaman begitu hugekultur bed setelah ditumpuk. Sebab ini merupakan sistem pertanian alami, sehingga dibutuhkan proses untuk membuatnya siap tanam. 

Pada tahun pertama, tumpukan harus terus disiram hingga kayunya rusak. Kayu yang membusuk akan memakai nitrogen yang juga dibutuhkan tanaman di atas lapisan hugekultur. Namun, jika ingin menanam tanaman di atas hugekultur, kamu bisa menanam legum yang bisa menghasilkan nitrogennya sendiri. 

Semakin besar massa, maka makin besar kebutuhan air. Oleh karena itu, tak sedikit yang membuat bedengan secara vertikal sehingga kelembapan di dalamnya bisa bertahan lama. 

Bertambahnya waktu, kayu yang ada pada tumpukan akan membusuk dan menahan air seperti spons yang membuatnya selalu membutuhkan air. Jadi, wajar jika kamu merasa lapisan atas terasa lebih kering secara alami dibandingkan lapisan yang ada di bawah. Di tahun kedua, kamu bisa menanam tanaman yang tidak memerlukan banyak air di lapisan atas seperti kacang tanah. 

5. Hugekultur jadi solusi pertanian di daerah perkotaan

5 Keunikan Hugekultur, Teknik Pertanian Tradisional ala Jermanilustrasi hugekultur kontainer (greentumble.com)

Permasalahan masyarakat perkotaan adalah keterbatasan lahan. Sedangkan hugekultur ini bisa diterapkan di lahan kosong atau kontainer yang tidak memerlukan lahan yang besar. 

Terlebih lagi, berkebun kontainer menjadi pilihan populer untuk tanah berkualitas buruk, pekarangan kecil, atau iklim yang tidak menunjang. Ya, hugekultur yang bentuknya vertikal memang lebih ramah terhadap berbagai situasi dan kondisi. 

Ternyata hugekultur memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh sistem berkebun yang lain. Selain lebih ramah lingkungan, sistem ini juga bisa diterapkan pada lahan terbatas. Apakah kamu tertarik untuk membuatnya sendiri?

Baca Juga: 8 Langkah Memulai Kebun Vertikal di Rumah, Solusi Berkebun Hemat Lahan

IamLathiva Photo Verified Writer IamLathiva

Love To See, Love To Read, and Love To Share.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ines Sela Melia

Berita Terkini Lainnya