Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Drone Shot - Nuanu.jpeg
Drone Shot - Nuanu (dok. Nuanu Creative City)

Intinya sih...

  • Terra Nexus menghadirkan perpaduan tradisi dan teknologi dalam karya seni yang menyatukan lanskap spiritual, teknologi mutakhir, dan narasi budaya.

  • Pameran ini menggabungkan seniman lintas generasi dan negara, menjadikannya platform kolaboratif dan inklusif yang membuka jalur dialog lintas budaya dan media.

  • Nuanu Creative City bukan sekadar tempat berlangsungnya acara, tetapi bagian dari narasi pameran itu sendiri, sebagai manifestasi visi di mana seni, pendidikan, dan keberlanjutan hidup berdampingan secara alami.

Bali akan menjadi saksi penyelenggaraan Art & Bali, art fair internasional pertama yang diselenggarakan di Nuanu Creative City, kawasan kreatif regeneratif di pesisir barat daya pulau, pada 12–14 September 2025. Salah satu sorotan utama dari acara ini adalah pameran seni media baru bertajuk Terra Nexus, yang menyatukan 23 seniman dari berbagai penjuru dunia, termasuk nama-nama besar Indonesia, seperti Nasirun, Ubrux, dan Yessiow.

Lebih dari sekadar art fair konvensional, Terra Nexus menjadi ruang konfrontatif dan reflektif antara seni tradisional dan teknologi masa depan. Kurator Mona Liem, mengajak publik untuk membayangkan dunia di mana algoritma bisa bernapas, mitos diterjemahkan oleh mesin, dan Minecraft digunakan untuk membangun kuil spiritual. Di sinilah Bali tidak hanya menjadi tuan rumah, tetapi juga sumber inspirasi artistik global.

1. Perpaduan tradisi dan teknologi dalam bingkai imajinatif

Mona Liem, Kurator Art & Bali 2025 (instagram.com/nuanucreativecity)

Terra Nexus menghadirkan karya-karya seni yang menyatukan lanskap spiritual, teknologi mutakhir, dan narasi budaya. Dari augmented reality, interface spekulatif, hingga instalasi cahaya yang interaktif, pameran ini menawarkan eksplorasi visual dan emosional tentang bagaimana kita terhubung dengan alam dan sesama.

Mona Liem, sang kurator, menggambarkan Terra Nexus sebagai “ruang imajinatif tempat sains dan teknologi menjadi kekuatan kreatif.” Melalui pendekatan ini, karya-karya yang ditampilkan tidak hanya estetis, tetapi juga menjadi percakapan terbuka mengenai cara baru membaca masa depan dengan tetap berpijak pada akar lokal dan memori kolektif.

“Bayangkan sebuah ruang imajinatif dan hidup di mana sains dan teknologi menjadi kekuatan kreatif yang membentuk kembali cara kita terhubung dengan alam dan budaya,” kata Mona, dalam rilis yang diterima IDN Times.

“Pameran ini adalah bentuk ekspresi holistik—sebuah panggung di mana teknologi dan ilmu memfasilitasi lahirnya kebaruan yang berpijak pada kearifan lokal,” lanjutnya.

2. Deretan seniman lintas generasi dan negara

Notanbox by Nontanlab (dok. Nuanu Creative City)

Terra Nexus menggabungkan seniman lintas generasi, mulai dari maestro Indonesia seperti Nasirun yang terkenal akan sentuhan spiritual dan sosial politiknya, hingga muralis muda Yessiow yang dikenal lewat warna cerah dan gaya dekoratifnya. Ada pula Ubrux, pelukis koran yang telah meraih banyak penghargaan.

Selain seniman Indonesia, nama-nama dari Prancis, Polandia, Jepang, Qatar, dan Korea Selatan turut hadir. Keterlibatan global ini menjadikan Terra Nexus bukan hanya sebagai pameran seni, tetapi sebagai platform kolaboratif dan inklusif yang membuka jalur dialog lintas budaya dan media.

3. Nuanu Creative City: Lebih dari lokasi, karena sudah menjadi sebuah manifesto

Nuanu Creative City (instagram.com/nuanucreativecity)

Nuanu Creative City bukan sekadar tempat berlangsungnya acara. Ia adalah bagian dari narasi pameran itu sendiri. Sebagai kawasan seluas 44 hektar yang dirancang dengan filosofi regeneratif dan prinsip hidup harmonis, Nuanu menjadi manifestasi dari visi di mana seni, pendidikan, dan keberlanjutan hidup berdampingan secara alami.

CEO Nuanu, Lev Kroll, menegaskan bahwa seni bukan ornamen tambahan, melainkan infrastruktur spiritual. Terra Nexus, menurutnya, adalah pengejawantahan nilai-nilai Nuanu: seni yang tidak hanya memperindah, tetapi berbicara, bertumbuh, dan membentuk lanskap kehidupan.

"Seni bagi kami bukan hanya sebuah pemanis. Apalagi sebuah ornamen belaka. Di Nuanu, seni adalah cara kami bertumbuh. Sebuah rencana tata kota. Sebuah infrastruktur spiritual. Terra Nexus adalah wujud nyata dari nilai ini. Kamu tidak hanya mengunjungi sebuah art fair, tetapi juga memasuki sebuah kawasan yang meyakini bahwa seni seharusnya secara berani bersuara, bukan hanya untuk memperindah suatu tempat,” tegasnya.

4. Karya-karya eksperimental yang memicu dialog baru

Nuanu Creative City (instagram.com/nuanucreativecity)

Terra Nexus bukan hanya tempat menikmati karya, tapi juga zona eksperimentasi. Pengunjung dapat merasakan dunia bawah laut distopia karya Dhanny Sanjaya, mengunjungi Minecraft skala penuh dari MIVUBI, atau berinteraksi dengan organisme kinetik ciptaan Muhammad Aji Prasetyo. Ada pula lightbox buatan tangan dari Notanlab dan dunia imajinatif Alodia Yap dan Popomangun.

Ragam karya ini menciptakan ekosistem seni yang dinamis dan mendobrak batas genre. Mereka menghadirkan dunia-dunia baru yang tidak sekadar menghibur, tetapi juga mengajak berpikir ulang tentang relasi antara manusia, teknologi, dan alam dalam era yang makin digital namun tetap haus akan makna.

"Ini bukanlah sebuah struktur yang dipinjam, melainkan sesuatu yang lahir dari Bumi sendiri: mistis, sedikit berantakan, indah. Terra Nexus adalah cara kami bertanya, apa jadinya jika seni tumbuh dari ritual, lanskap, dan ingatan kolektif, bukan semata lahir dari teori atau dinamika pasar. Di sini, unsur-unsur alam bukan sekadar tema, mereka adalah leluhur kita semua," ujar Kelsang Dolma, Fair Director of Art & Bali.

5. Merayakan Bali sebagai pusat dialog artistik global

Notanbox by Nontanlab (dok. Nuanu Creative City)

Pemilihan Bali sebagai lokasi bukanlah kebetulan. Dengan filosofi yang menjadikan alam sebagai leluhur, dan bukan sekadar objek inspirasi, Art & Bali 2025 memperkuat posisi Bali sebagai tempat di mana seni kontemporer bisa berkembang dengan karakter yang kuat, otentik, dan relevan di kancah internasional.

“Di Bali, tidak ada formula pasti tentang seperti bagaiman seharusnya sebuah art fair diadakan,” pungkas Kelsang.

Terra Nexus di Art & Bali 2025 adalah lebih dari sekadar pameran. Ia adalah undangan untuk merenung, menjelajah, dan merasakan seni sebagai pengalaman utuh. Di tengah dunia yang semakin digital dan cepat berubah, pameran ini menawarkan jeda yang penuh makna, di mana kita diajak menyambungkan diri kembali dengan alam, memori, dan kemungkinan baru. Bali bukan hanya panggungnya, tapi juga jantung yang berdetak bersama setiap karya yang ditampilkan.

Editorial Team