10 Kata Berimbuhan dalam Bahasa Indonesia yang Sering Salah Sebut

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang cukup mudah untuk dipelajari. Aturan tata bahasanya lebih sederhana dan tak serumit bahasa lain, misalnya bahasa Inggris. Tapi ada satu aspek aturan bahasa Indonesia yang kerap membuat kita sebagai orang Indonesia pun kesulitan, yaitu imbuhan.
Beberapa kata yang diberi imbuhan ternyata menghasilkan bentuk yang tak sesuai dugaan kita. Maka tak jarang kita menggunakan kata berimbuhan yang sebenarnya kurang tepat, namun karena sudah terbiasa jadi terdengar normal. Berikut contoh kata berimbuhan dalam bahasa Indonesia yang sering digunakan dengan kurang tepat.
1. Memedulikan

Apakah kamu biasa menggunakan kata 'mempedulikan'? Sebenarnya, kata berimbuhan yang tepat adalah memedulikan. Huruf 'P' di awal kata tersebut hilang karena diberi imbuhan 'me-' di depannya. Contoh-contoh lain kata berimbuhan yang tepat adalah memopulerkan, memesona, memidana, memerkosa, dan sebagainya.
Akan tetapi, ada pengecualian pada kata 'punya', yang berubah jadi mempunyai, bukan memunyai. Selain itu, imbuhan 'me-' juga tidak menghilangkan huruf 'P' jika setelah huruf tersebut ada huruf 'R'. Contohnya adalah mempraktikkan, memprotes, dan memproduksi.
2. Mempelajari

Bagaimana dengan kata mempelajari? Apakah huruf 'P' harus dihilangkan sehingga menjadi 'memelajari'? Jawabannya adalah tidak. Huruf 'P' pada kata tersebut adalah bagian dari imbuhan 'memper-', sehingga tidak perlu dihilangkan. Begitu pula dengan kata-kata lain seperti memperdaya, memperalat, dan mempermudah.
3. Mengalkulasi

Huruf 'K' pada awal kata juga perlu dihilangkan jika diberi awalan 'me-'. Maka meskipun kata 'mengkalkulasi' kerap digunakan, sebenarnya yang lebih tepat adalah 'mengalkulasi'. Hal yang sama juga berlaku pada kata 'mengalibrasi' dan 'mengudeta'.
4. Mencicil

Kamu suka menyicil barang? Eits, yang benar ternyata bukan menyicil, tapi mencicil. Begitu pula dengan kata mencampur, mencapit, dan mencakar. Akan tetapi, jangan sebut mencontek, ya. Karena kata yang baku bukan contek, melainkan sontek, sehingga kata berimbuhan yang tepat adalah menyontek.
5. Mentraktir

Kata-kata yang berawalan huruf 'T' umumnya akan kehilangan huruf tersebut jika diberi awalan 'me-'. Contohnya adalah 'tutup' yang berubah menjadi 'menutup'. Pengecualian adalah jika setelah huruf 'T' ada huruf 'R'. Maka kata-kata berimbuhan yang tepat adalah mentraktir, mentransfer, mentradisi, dan sebagainya.
6. Mensyaratkan

Begitu pula dengan kata-kata berawalan huruf 'S'. Jika diikuti huruf konsonan, maka huruf 'S' tidak akan hilang ketika diberi awalan 'me-'. Dengan demikian, kata 'syarat' berubah menjadi 'mensyaratkan'. Itu juga berlaku pada kata-kata lain seperti menstimulasi, menstandarkan, mensyukuri, dan menstabilkan.
7. Beternak

Sementara imbuhan 'ber-' akan berubah menjadi 'be-' jika diikuti kata-kata yang suku kata awalnya diakhiri 'er'. Contohnya adalah ternak, yang berubah menjadi beternak. Contoh lain adalah beterbangan, bederma, bekerja, beperkara, beserta, bepergian, dan sebagainya.
8. Tepercaya

Demikian pula, imbuhan 'ter-' bisa berubah menjadi 'te-' jika kata dasarnya mengandung 'er' pada suku kata awalnya. Misalnya 'percaya', yang berubah menjadi 'tepercaya', bukan 'terpercaya'. Begitu pula dengan teperdaya, tepercik, tepergok, tecerna, dan lain-lain.
Akan tetapi, ada pengecualian. Sesuai KBBI, kata 'cermin' yang diberi imbuhan 'ter-' akan menjadi 'tercermin', bukan 'tecermin'. Imbuhan 'ter-' juga tidak akan berubah jika maknanya adalah 'paling', misalnya pada kata 'tercerdas' yang berarti paling cerdas.
9. Aktivitas

Pada kata-kata yang berakhiran 'if', huruf 'F' berubah menjadi 'V' jika diberi akhiran '-itas'. Contohnya adalah 'aktif' yang berubah menjadi 'aktivitas'. Contoh lain mencakup kreativitas, agresivitas, kolektivitas, objektivitas, dan sebagainya.
10. Standardisasi

Terakhir, ada akhiran '-isasi' yang sering kita temui dalam kata-kata seperti normalisasi, legalisasi, sosialisasi, dan sebagainya. Umumnya, akhiran tersebut tinggal ditambahkan saja ke kata dasarnya tanpa perubahan, tapi ada pengecualian. Kata 'standar' yang ditambah akhiran '-isasi' akan berubah menjadi standardisasi, bukan standarisasi.
Kita bisa salah menyebut kosakata berimbuhan kalau belum mengetahui aturan pembentukannya. Sekarang, kamu sudah dapat gambaran umumnya, jadi tentu kamu bisa menghindari kesalahan umum dalam menyebut kata-kata di atas.