Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

11 Kata dalam Bahasa Banyumas dan Artinya, Ora Ngapak Ora Kepenak

ilustrasi membaca (pexels.com/Mary Fotinaki)

Banyumas merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Tengah. Daerah Banyumas sangat terkenal dengan makanan khasnya yaitu mendoan, keripik tempe, getuk goreng, dan soto Sokaraja. Meski masih bagian dari Jawa Tengah, kamu yang berasal dari Solo atau Jogja mungkin akan terkaget-kaget dengan bahasa di sana.

Masyarakat Banyumas dan sekitarnya memakai bahasa Banyumasan yang kata maupun logatnya sangat berbeda dengan bahasa Jawa. Banyumas terkenal ngapak-ngapak, ora ngapak ora kepenak. Logat ngapak juga masih kerap terdengar ketika masyarakat Banyumas berbicara dalam bahasa Indonesia.

Kalau kamu tertarik untuk lebih mengenal daerah Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, Purbalingga, dan Kebumen mari mulai mempelajari kata-kata dalam bahasanya. Biar kamu gak kebingungan saat berinteraksi dengan masyarakat setempat. Pahami dulu makna dan pemakaian sebelas kata berikut.

1. Inyong dan rika

ilustrasi menunjuk diri sendiri (pexels.com/MART PRODUCTION)

Dua kata ini akan sangat sering mewarnai percakapan sehari-hari sehingga kamu wajib tahu. Inyong adalah kata yang merujuk pada aku atau saya. Sementara itu, rika artinya kamu atau kowe dalam bahasa Jawa Tengah dan sampeyan dalam bahasa Jawa Timuran.

Jika digunakan dalam kalimat bisa menjadi seperti berikut, "Inyong wis adoh-adoh teka, rika malah lunga". Artinya dalam bahasa Indonesia, "Aku sudah jauh-jauh datang, kamu malah pergi". Namun, inyong dan rika tidak digunakan dalam percakapan dengan orang yang lebih tua atau dihormati.

Sama seperti bahasa Jawa, ada ada perbedaan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih dihormati. Inyong menjadi kula, sedang rika menjadi njenengan. Perhatikan, bahwa dalam bahasa Banyumas, kata dibaca sesuai penulisannya. Alhasil, kula tidak dibaca sebagai kulo seperti dalam bahasa Jawa Tengah pada umumnya.

2. Nyelang

ilustrasi meminjam uang (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Nyelang bukan berarti memakai slang air untuk suatu keperluan. Kata ini dalam bahasa Banyumas berarti meminjam atau nyilih dalam bahasa Jawa. Contoh kalimatnya, "Inyong arep nyelang duit 500 ewu, olih apa ora?". Kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi, "Aku mau pinjam uang 500 ribu, boleh atau tidak?".

Namun, sama seperti bahasa Jawa, kata ngampil lebih sopan daripada nyelang. Masih dengan contoh kalimat di atas, apabila disampaikan pada orang yang lebih dihormati maka menjadi, "Kula badhe ngampil arta 500 ewu, angsal napa mboten?". Jangan sampai salah memilih kata, ya.

3. Keton

ilustrasi melihat (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Saat kamu mempelajari kimia, pasti bertemu senyawa yang disebut keton. Akan tetapi, keton dalam bahasa Banyumas bermakna terlihat atau dalam bahasa Jawa disebut sebagai ketok. Contoh pemakaiannya dalam kalimat, "Suwe ora keton, rika maring ngendi bae?".

Kalau kalimat di atas diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi, "Lama tidak terlihat, kamu ke mana saja?". Bila keton berarti terlihat, ketone artinya kayaknya atau sepertinya. Juga sama dengan kayane dalam bahasa Jawa. Bentuk kalimatnya, misalnya, "Ketone ngesuk inyong ora bisa teka". Artinya, "Kayaknya aku besok gak bisa datang".

4. Lombo

ilustrasi ekspresi kaget (pexels.com/Mario Amé)

Cuma beda satu huruf dengan lombok dan Lombok. Lombok dengan huruf "l" kecil berarti cabai, sedangkan Lombok merupakan nama pulau. Akan tetapi, arti lombo dalam bahasa Banyumas amat berbeda, yaitu berbohong. Kalau kamu pergi ke pasar di daerah Banyumas misalnya, jangan bilang, "Bu, lombo ya?".

Meski maksudmu lombok alias cabai, nanti penjualnya marah karena merasa dituduh telah membohongimu. Kalau kamu mau bilang lombok, huruf "k" mesti terdengar jelas. Contoh kalimat yang tepat dengan kata lombo, "Ora usah dipercaya, genah kae senenge lombo".

Maknanya, "Tidak usah dipercaya, memang dia senang berbohong". Bila lombo berarti bohong atau berbohong, nglomboni artinya membohongi. Sementara itu, dilomboni bermakna dibohongi.

5. Ganu

ilustrasi menengok (pexels.com/Zan Rodriguez)

Awas, jangan sampai salah menyebut ganu dengan panu. Beda satu huruf, nanti kamu ditertawakan orang. Ganu artinya dahulu. Pemakaiannya dalam kalimat, misalnya, "Inyong kenal wong ganu tau sekelas". Artinya dalam bahasa Indonesia, "Aku kenal karena dahulu pernah sekelas".

Berbeda sekali bukan dengan bahasa Jawa Tengah pada umumnya? Dalam bahasa Jawa, ganu sama dengan mbiyen. Namun, meski ganu menggambarkan waktu yang telah berlalu, masa lalu tidak disebut zaman ganu melainkan zaman gemiyen.

6. Teyeng

ilustrasi memasak (pexels.com/Vlada Karpovich)

Dalam bahasa Banyumas, teyeng memiliki dua arti. Arti pertama sama dengan dalam bahasa Jawa, yaitu karat. Meski dalam bahasa Jawa teyengan atau berkarat disebut juga  niyeng. Arti kedua dari kata teyeng dalam bahasa Banyumas ialah bisa atau mampu. Bukan bisa ular, ya.

Contoh penggunaan kata teyeng yang berarti bisa, "Aja ngece, inyong be teyeng masak". Terjemahannya dalam bahasa Indonesia, "Jangan mengejek, aku juga bisa memasak". Sebab, kata teyeng mempunyai dua arti yang sangat berbeda dalam bahasa Banyumas, kamu harus melihat dulu konteks percakapan biar gak salah paham.

7. Gutul

ilustrasi menelepon (pexels.com/Antoni Shkraba)

Kata berikutnya yang sangat berbeda dengan kata dalam bahasa Jawa ialah gutul. Gutul maknanya sampai atau tiba di suatu tempat. Contohnya, seseorang yang ada janji temu dengan temannya menelepon dan bertanya, "Jere wis mangkat, deneng durung gutul-gutul?".

Artinya, "Katanya sudah berangkat, kok belum sampai juga?". Akan tetapi untuk sampai yang berarti rentang waktu, masyarakat Banyumas menggunakan kata ngasi. Misalnya, "Acarane mengko ngasi jam pira?". Terjemahannya, "Acaranya nanti sampai jam berapa?" Sementara dalam bahasa Jawa, baik gutul maupun ngasi sama-sama disebut tekan.

8. Langka

ilustrasi memeriksa kolong (pexels.com/Mikhail Nilov)

Dalam bahasa Indonesia, langka berarti sesuatu yang sudah sangat sedikit atau jarang ditemui. Misalnya, barang langka atau binatang langka yang harus dilindungi. Namun, di bahasa Banyumas, langka berarti tidak ada. Contoh kalimatnya, "Jajal digoleti maning, nang kene sih langka".

Kalimat di atas berarti, "Coba dicari lagi, di sini sih tidak ada". Tampak jelas bahwa langka dalam bahasa Banyumas bukan sekadar jumlah sesuatu makin sedikit, melainkan benar-benar gak ada. Dalam bahasa Jawa, langka yang berarti tidak ada disebut dengan ora ono.

9. Jiyot atau jimot

ilustrasi mengambil sepotong (pexels.com/Muffin Creatives)

Apakah kata ini terdengar aneh sekali di telingamu? Padahal, arti jiyot atau jimot pasti sangat sering ada dalam percakapanmu. Jiyot atau jimot berarti ambil atau mengambil. Dalam bahasa Jawa, sama artinya dengan jupuk atau jikuk.

Contoh kalimat dalam bahasa Jawa, "Tulung jupuke/jikuke seiris wae". Kalau kalimat di atas diubah dalam bahasa Banyumas menjadi, "Tulung jiyotna/jimotna seiiris bae". Maknanya dalam bahasa Indonesia, "Tolong ambilkan seiris saja". Kamu bisa memakai kata jiyot atau jimot secara berganti-ganti di situasi apa pun. Tidak ada perbedaan konteks yang tepat dalam menggunakannya.

10. Batir

ilustrasi pertemanan (pexels.com/William Fortunato)

Semua orang pasti punya batir karena batir berarti teman. Batir juga disebut kanca dalam bahasa Banyumas atau konco dalam bahasa Jawa. Sementara batiran bermakna berteman. Contoh kalimatnya, "Batiran wis suwe rasane kaya sedulur dewek".

Arti kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia, "Berteman sudah lama rasanya seperti saudara sendiri". Jika kamu ingin mengatakan temannya, gunakan kata batire. Jangan malah campur aduk dengan bahasa Indonesia dan menjadi batirnya. Nanti lawan bicaramu bingung.

11. Kesuh

ilustrasi marah (pexels.com/Anna Shvets)

Walaupun mirip dengan kata keluh, kesuh berarti marah. Contoh kalimatnya, "Aja kesuh-kesuh bae, inyong bebeh ngrungokna". Bila diubah dalam bahasa Jawa menjadi, "Ojo nesu-nesu wae, aku wegah ngrungoke". Sementara dalam bahasa Indonesia berarti, "Jangan marah-marah terus, aku malas mendengarkan".

Kalau kesuh bermakna marah, makan kesuhan artinya sedang tidak akur dengan seseorang atau mudah marah. Sementara itu, dikesuhi berarti dimarahi. Misalnya, "Bocah aja dikesuhi bae, melas". Artinya, "Anak jangan dimarahi terus, kasihan". Dalam bahasa Jawa, kesuh sama dengan nesu.

Masih banyak lagi kata yang berbeda antara bahasa Banyumas dengan Jawa Tengah meski artinya sama. Namun, ada pula kata-kata yang hanya beda di pelafalannya. Seperti kata napa dalam bahasa Banyumas dibaca nopo dalam bahasa Jawa.

Begitu pula sega vs sego serta lara vs loro dalam arti sakit dan bukan dua. Menarik, kan? Yuk, cintai bahasa daerah dengan mempelajari dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us