Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

11 Nasihat Sarat Makna dalam Bahasa Jawa, Terapkan di Kehidupan

ilustrasi termangu (pexels.com/Phạm Chung)
ilustrasi termangu (pexels.com/Phạm Chung)

Nasihat sangat berharga sebagai pengingat dalam kamu menjalani hidup dengan segala likunya. Saking pentingnya nasihat, dirimu dianjurkan mau menerimanya dari siapa saja. Jangan melihat siapa yang menasihati, tetapi perhatikan isi nasihatnya.

Selama berisi kebaikan, sekalipun orang yang menyampaikan nasihat tersebut belum mampu mengaplikasikannya, kamu tetap perlu menjadikannya pegangan. Mengabaikan nasihat malah dapat mendatangkan celaka. Dirimu pun mungkin cukup sering dinasihati oleh orangtua atau kakek dan nenek.

Akan tetapi, kamu kurang memahaminya sebab mereka menggunakan bahasa Jawa. Pun nasihat kerap disampaikan dengan kalimat yang bersayap sehingga maknanya perlu digali lebih dalam. Seperti 11 nasihat sarat makna dalam bahasa Jawa berikut yang artinya amat menarik dan berguna buat diterapkan di hidupmu.

1. Wong Jowo ojo ilang Jowone

ilustrasi penabuh gamelan (pexels.com/Maxime LEVREL)
ilustrasi penabuh gamelan (pexels.com/Maxime LEVREL)

Dalam bahasa Indonesia, kalimat di atas berarti orang Jawa jangan sampai kehilangan ciri Jawanya. Ciri ini bukan terkait penampilan fisik karena penampilan orang dari berbagai daerah sangat sulit dibedakan. Maknanya adalah sebagai orang yang memiliki darah Jawa, kamu gak boleh melupakan ajaran dan tradisi Jawa.

Masyarakat Jawa sangat terkenal dengan unggah-ungguh atau tata kramanya. Sebagai contoh, untuk berbicara saja ada bahasa ngoko kasar, ngoko halus, krama, dan krama inggil tergantung siapa lawan bicaranya. Tradisinya juga tak sedikit dan semuanya memiliki makna seperti sedekah bumi, puasa weton, tirakat, dan sebagainya. Di mana pun kamu berada harus selalu mempertahankan ajaran Jawa yang baik dan tidak melupakan tradisinya.

2. Migunani tumraping liyan

ilustrasi bersama teman-teman (pexels.com/Jepret Je)
ilustrasi bersama teman-teman (pexels.com/Jepret Je)

Migunani tumraping liyan berarti berguna bagi sesama. Nasihat ini mengingatkanmu agar jangan pernah puas hidup hanya mementingkan diri sendiri. Sebagai khalifah di muka bumi, kamu harus memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi lingkunganmu. Jauhi sikap-sikap egois apalagi dengan mengorbankan orang lain serta alam.

Hiduplah dengan semangat untuk memberikan kontribusi terbaikmu pada dunia. Dirimu mesti banyak belajar dan mau lelah untuk kepentingan bersama yang lebih besar. Berikan perhatianmu ke dalam serta luar diri secara seimbang. Percuma kamu berpendidikan tinggi atau kaya raya apabila keduanya tidak memberikan manfaat untuk lingkungan yang lebih luas.

3. Semeleh

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Jay-r Alvarez)
ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Jay-r Alvarez)

Semeleh bermakna pasrah atau berserah pada Tuhan yang Maha Esa. Tentu kepasrahan ini bukan lantas kamu gak perlu melakukan apa-apa dalam hidup. Namun setelah usaha yang maksimal, serahkan apa pun hasilnya pada kehendak-Nya.

Syukuri hasil yang sesuai dengan harapan serta terima dengan lapang dada hasil yang sebaliknya. Kalau kamu bisa semeleh, hidupmu terhindar dari depresi. Dirimu mampu bersahabat dengan kenyataan terpahit sekalipun. Kesehatan mentalmu menjadi lebih terjaga.

4. Andhap asor

ilustrasi teman-teman (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi teman-teman (pexels.com/Gustavo Fring)

Kamu juga perlu menjaga sifat rendah hati dalam diri. Sehebat apa pun pencapaian hidupmu, jangan biarkan itu mengubah kepribadianmu menjadi sombong dan haus akan validasi dari orang lain. Teruslah andhap asor  seperti langit yang tidak pernah mengatakan dirinya tinggi.

Dengan tetap rendah hati, kamu mampu mempertahankan hubungan dengan kawan-kawan lama sebelum dirimu menjadi apa-apa. Kamu pun lebih mudah diterima di berbagai lingkungan baru serta tambah dikagumi. Kamu memiliki modal untuk menyombongkan diri, tetapi dengan penuh kesadaran memilih tak melakukannya.

5. Ngunduh wohing pakarti

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Musa Tuğrul Karataş)
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Musa Tuğrul Karataş)

Kamu mungkin lebih mengenalnya sebagai hukum karma atau tabur tuai. Ya, ngunduh wohing pakarti berarti setiap orang akan memetik hasil dari perbuatannya. Baik itu dalam waktu singkat maupun lama, hukum ini merupakan keniscayaan. Oleh sebab itu, jangan bertindak sembarangan cuma untuk menuruti hawa nafsu.

Demikian pula ketika ada orang yang berbuat jahat padamu, hindari membalas dendam. Tanpa dirimu melakukan pembalasan dendam pun, suatu saat nanti ia akan ngunduh wohing pakarti. Justru bila kamu melampiaskan dendam, dirimu harus siap dengan karma buruk yang menanti. Berbuatlah yang baik-baik saja agar karmamu juga baik.

6. Urip iku sawang sinawang

ilustrasi pria muda (pexels.com/竟傲 汤)
ilustrasi pria muda (pexels.com/竟傲 汤)

Hidup ini tentang cara pandang. Kamu bisa saja iri dengan kehidupan orang lain yang tampaknya lebih menyenangkan daripada kehidupanmu. Mereka punya hal-hal yang tidak dimiliki olehmu. Seperti harta yang tak habis untuk tujuh turunan, pekerjaan yang bergengsi, dan keluarga yang terlihat bahagia.

Namun, orang itu boleh jadi juga iri pada hidupmu. Kamu memang gak punya harta yang banyak, tetapi hidupmu malah lebih tenang dan simpel. Pekerjaanmu tak bergengsi seperti pekerjaannya, tetapi bergerak di bidang sosial dan menurutnya itu sangat keren. Sementara gambaran kebahagiaan keluarganya bisa jadi hanya karena kamu gak tahu kondisi asli di dalam rumahnya.

7. Ojo dumeh, ojo gumunan, ojo getunan, ojo kagetan, ojo aleman

ilustrasi perempuan di pantai (pexels.com/Vladimir Fukalov)
ilustrasi perempuan di pantai (pexels.com/Vladimir Fukalov)

Ojo dumeh artinya jangan mentang-mentang. Contohnya, jangan mentang-mentang kamu pintar lantas suka membodoh-bodohkan orang lain. Jangan mentang-mentang dirimu kaya lalu menghina orang yang hidupnya pas-pasan. Sementara ojo gumunan  bermakna jangan gampang terheran-heran dan mengagumi.

Sikapi segala hal di dunia ini dengan biasa-biasa saja, termasuk tentang idola. Sedang ojo getunan berarti jangan suka menyesali apa-apa yang sudah terjadi. Masa lalu gak bisa diubah. Ambil pelajaran dari kesalahan kemudian fokuslah pada hari ini serta masa depan. Kamu juga disarankan untuk ojo kagetan alias jangan mudah terkejut.

Siapkan diri untuk berbagai kemungkinan dalam hidup. Terlalu mudah kaget hanya membuatmu panik dan menjauhkanmu dari tindakan yang tepat. Terakhir, ojo aleman yang artinya jangan manja. Tempa dirimu agar mandiri dan tak terlalu bergantung pada orang lain. Dengan kemandirian, kamu tidak menyusahkan orang lain dan justru dapat melakukan lebih banyak hal.

8. Ojo adigang, adigung, adiguna

ilustrasi pria berbaring (pexels.com/Dana Sredojevic)
ilustrasi pria berbaring (pexels.com/Dana Sredojevic)

Kesombongan adalah awal kehancuran. Maka dari itu, hindari sikap adigang, adigung, adiguna yang artinya menyombongkan kekuasaan, latar belakang keluarga, dan kepandaian. Bersikaplah biasa-biasa saja. Jangan terlalu khawatir orang-orang gak akan tahu siapa kamu tanpa dirimu memberitahunya.

Tanpa kamu menyombongkan diri pun, mereka bakal berusaha mengenalmu perlahan-lahan. Orang yang cukup lama bertemanmu denganmu pasti akhirnya mengetahuinya. Sementara orang yang tidak tahu karena interaksi kalian hanya berlangsung singkat atau jarang sekali berarti memang tak perlu tahu. Ini malah memberimu privasi yang lebih tinggi.

9. Setiti, gemi, lan ngati-ati

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Oleksandr P)
ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Oleksandr P)

Setiti artinya cermat atau teliti. Sebagai contoh, kamu menyimpan barang dengan tertib dan rapi sehingga gak mudah lupa. Dirimu juga mengerjakan tugas tidak asal selesai, melainkan penuh ketelitian biar gak salah. Sedang gemi bermakna pandai mengatur keuangan.

Kamu hemat, tetapi tidak pelit bahkan memiliki sisi dermawan. Tak ada alasan untuk gak berbagi pada orang lain berapa pun pendapatanmu. Sementara ngati-ati maksudnya hati-hati. Jangan sembrono dalam menyikapi apa pun. Sedikit lebih lambat tak apa-apa, terpenting dirimu gak lengah.

10. Tansah eling lan waspodo

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Aleksandar Andreev)
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Aleksandar Andreev)

Kamu dihimbau untuk selalu eling alias ingat dan waspodo atau waspada. Secara keseluruhan, dirimu harus senantiasa menjaga kesadaran penuh sebagai manusia di tengah berbagai godaan dan ujian. Misalnya, ketika kamu menduduki jabatan di kantor.

Bila kamu tidak eling lan waspodo, dirimu akan dengan mudah menyalahgunakan kekuasaanmu. Kamu menerima suap dari berbagai pihak, mengkhianati kepercayaan yang diberikan atasan, dan tidak memikirkan konsekuensinya di kemudian hari. Tanpa sikap tansah eling lan waspodo, dirimu akan sering terperosok ke jurang kesalahan.

11. Mikul dhuwur mendhem jero

ilustrasi merawat ayah (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi merawat ayah (pexels.com/Kampus Production)

Jika nasihat di atas diterjemahkan sesuai kata-katanya, artinya mengangkat tinggi-tinggi dan mengubur dalam-dalam. Namun, nasihat ini mengandung makna kiasan yaitu seorang anak harus menjunjung tinggi nama baik orangtua serta menutupi aib mereka. Inilah tanda bakti anak terhadap orangtua.

Akan tetapi, mikul dhuwur mendhem jero jangan diterapkan di semua situasi. Ada kalanya aib orangtua perlu dibongkar seperti pada kasus orangtua suka menyiksa anak atau melecehkannya secara seksual. Sebaliknya, agar anak bisa mikul dhuwur mendhem jero orangtua juga mesti memantaskan dirinya. Jadilah orangtua yang baik dan bertanggung jawab.

Dalam sekali, kan, arti dari 11 nasihat sarat makna dalam bahasa Jawa? Meski kalimatnya singkat, jika kamu menerapkan semua nasihat tersebut niscaya kehidupanmu bakal terhindar dari banyak keburukan. Besok-besok kalau dirimu dinasihati kembali oleh orangtua atau kakek nenek menjadi gak bingung lagi dan bisa berdiskusi. Kelak kamu pun mesti menyampaikannya pada anak-anakmu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us