5 Alasan Kamu Harus Baca The Life-Changing Magic of Tidying Up

Buku self-help berjudul The Life Changing Magic of Tidying Up: Seni Beres-Beres dan Metode Merapikan ala Jepang karya Marie Kondo telah menjadi sensasi bagi para kaum urban, terutama bagi mereka yang tertarik dengan gaya hidup minimalis. Saking tingginya antusias penggemar, sang penulis bahkan sering diundang ke berbagai interview sampai memiliki serial dokumenter sendiri di Netflix.
Selain kiat-kiat merapihkan rumah dan personal space kita, buku yang telah terjual sekitar lima juta kopi di seluruh dunia ini juga berisikan hal-hal lain yang dapat menginspirasi kita, lho. Berikut adalah sederet alasan mengapa kamu harus membaca buku The Life Changing Magic of Tidying Up karya Marie Kondo.
1. Seni berbenah yang realistis dan ampuh

Merapihkan rumah memang susah-susah gampang. Tidak perlu skill khusus dalam merapihan rumah itu sendiri, tapi dalam pratiknya sehari-hari, menjaga agar rumah tetap bersih dan rapi setiap saat merupakan hal yang sulit.
Di buku ini, Kondo memberikan tips bagaimana merapikan rumah yang ampuh dan efisien. Singkatnya, kamu harus mengeluarkan setiap barang yang kamu punya per kategori, misalnya pakaian, buku, perkakas, pernak-pernik, dan lain-lain.
Setelah itu, hal yang perlu kamu lakukan adalah membuang yang sudah tidak diperlukan yang sudah sangat lama tidak terpakai. Jika sudah mengeliminasi barang yang tidak dibutuhkan, kamu tinggal menaruh barang-barang yang tersisa di tempatnya masing-masing sambil membersihkannya.
2. Mengidentifikasi suatu barang berdasarkan nilai fungsional dan emosional

Barang-barang fungsional seperti pakaian, perkakas, dan buku mungkin akan mudah untuk dipisahkan yang mana yang masih dibutuhkan dan yang mana yang harus dibuang. Sebaliknya, barang-barang yang bernilai sentimentil akan lebih sulit untuk diputuskan. Banyak klien dari Kondo yang berujung tidak bisa membuang apapun karena mereka mengaku memiliki keterikatan dengan benda-benda yang mereka miliki.
Untuk itu, Kondo selalu berpesan agar menyisihkan barang-barang yang bernilai sentimentil paling terakhir. Meski terkesan sepele, benda yang menyimpan memori seperti foto, surat, souvenir, dan kenang-kenangan merupakan benda yang memiliki kendali emosional yang cukup besar bagi pemiliknya.
3. Memahami kembali bagaimana hubungan kita dengan uang

Kondo memiliki caranya sendiri bagaimana memutuskan apakah suatu barang akan disimpan atau dibuang. Salah satu dan yang paling penting adalah dengan merasakan ada tidaknya spark joy atau percikan kebahagiaan pada barang tersebut.
Setelah kita selesai berbenah, tentunya timbul rasa keinginan untuk mempertahankan kerapihan tersebut. Hal ini juga akan tercermin saat kamu berbelanja dan hendak membeli suatu barang. Jika sudah terlatih, kamu akan berpikir ulang sebelum membeli suatu barang. Apakah barang ini akan memberikan kebahagiaan? Di manakah saya akan menyimpan benda ini? Berapa lama benda ini dapat bertahan?
Kamu tentunya tidak ingin membeli suatu barang yang justru akan bertahan sebentar, apalagi tidak berguna dan berakhir di tempat sampah. Jika berhasil menerapkannya, tentunya kamu akan menyelamatkan cukup banyak uang.
4. Mengintrospeksi hubungan kita dengan anggota keluarga

Benda-benda yang kita miliki tentunya memiliki cerita dibaliknya. Misalnya, tas favorit yang kamu miliki saat ini adalah hadiah dari ibumu saat kelulusan. Selain sebagai penghargaan atas kerja kerasmu, benda tersebut juga merupakan tanda sayang dan cinta dari orang yang kamu sayangi. Karena begitu berharga, kamu menyayanginya dan merawatnya dengan baik.
Sebaliknya, orangtua juga cukup merasa tersakiti dan menyayangkan jika barang-barang yang mereka berikan kepada anaknya akan berakhir di tempat sampah dalam kondisi yang masih bagus. Hal ini juga disebabkan karena mereka membelinya menggunakan uang yang mereka cari susah payah.
Untuk itu, Kondo merekomendasikan agar berbenah di saat sendirian dan jangan biarkan anggota keluarga yang lain melihat isi barang-barang yang sudah dibuang. Jika tidak, mereka akan kembali mengeluarkan barang-barang tersebut karena menilai barang tersebut masih bagus dan bisa digunakan.
5. Gambaran singkat mengenai gaya hidup dan budaya masyarakat Jepang

Selain tips-tips dalam berbenah, buku The Life Changing Magic of Tidying Up juga memberi beberapa gambaran mengenai gaya hidup dan budaya kaum urban di Jepang. Menurut Kondo, masyarakat Jepang yang mayoritas sangat suka membaca membeli terlalu banyak buku hingga memenuhi sebagian besar rumah.
Tidak sedikit masyarakat Jepang yang terjerat dalam perilaku tsundoku, yakni kebiasaan membeli buku yang akhirnya tidak terbaca. Kebanyakan buku-buku tersebut adalah buku pembelajaran Bahasa Inggris, buku minat dan bakat, serta buku pelajaran sewaktu sekolah yang masih tersimpan.
Di dalam bukunya, Kondo juga menerangkan berragam alasan dibalik rumah yang tidak kunjung rapi, bagaimana cara melipat pakaian yang benar-benar menghemat tempat, serta cara merapihkan meja kerja, file dokumen, dan memori penyimpanan komputer. Untuk kamu yang penasaran, langsung saja baca buku The Life Changing Magic of Tidying Up karya Marie Kondo. Selamat membaca!