Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Kesalahan Merancang Karier Sejak Kuliah yang Sering Terjadi

ilustrasi mahasiswa
ilustrasi mahasiswa (pexels.com/George Pak)
Intinya sih...
  • Menyusun rencana karier jangka panjang sejak dini membantu memahami bidang yang diminati dan menyiapkan langkah-langkah menuju karier impian.
  • Pengalaman di luar kelas seperti organisasi, lomba, atau magang sangat berharga untuk mengasah kemampuan profesional dan interpersonal.
  • Fokus pada IPK tanpa mengasah skill praktis bisa membuat kalah bersaing di dunia kerja yang lebih menghargai keterampilan terapan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Masa kuliah bukan sekadar waktu untuk mengejar nilai dan lulus tepat waktu, tetapi juga saat terbaik untuk mulai memetakan arah kariermu. Sayangnya, banyak mahasiswa yang belum menyadari pentingnya membangun fondasi karier sejak dini. Akibatnya, setelah wisuda mereka sering kebingungan harus melangkah ke mana.

Dengan memahami berbagai kesalahan yang umum dilakukan, kamu bisa mempersiapkan masa depan dengan lebih matang. Perencanaan karier sejak kuliah akan membuatmu selangkah lebih siap dibanding yang lain. Yuk, kita bahas beberapa kesalahan yang sebaiknya kamu hindari.

1. Tidak punya rencana jangka panjang

Menyusun rencana karier jangka panjang
ilustrasi menyusun rencana karier jangka panjang (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Banyak mahasiswa hanya berfokus pada target jangka pendek seperti menyelesaikan tugas, mendapatkan nilai bagus, atau lulus tepat waktu. Padahal, tanpa rencana jangka panjang, kamu bisa kehilangan arah setelah lulus. Akibatnya, banyak yang akhirnya menerima pekerjaan secara asal tanpa pertimbangan yang matang.

Menyusun rencana jangka panjang sejak dini akan membantumu memahami bidang apa yang benar-benar ingin kamu tekuni. Dari sana, kamu bisa mulai mengembangkan keterampilan yang relevan dan menyiapkan langkah-langkah realistis menuju karier impian. Dengan begitu, masa depanmu tidak lagi bergantung pada keberuntungan semata.

2. Mengabaikan pengalaman di luar kelas

Mahasiswa yang mengikuti magang
ilustrasi mahasiswa yang mengikuti magang (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Kuliah memang penting, tetapi dunia kerja menilai lebih dari sekadar teori dan nilai akademik. Banyak mahasiswa terlalu sibuk dengan kegiatan akademik hingga lupa ikut organisasi, lomba, atau magang. Padahal, pengalaman di luar kelas sangat berharga untuk mengasah kemampuan profesional dan interpersonal.

Melalui kegiatan tersebut, kamu akan belajar tentang kepemimpinan, komunikasi, dan kerja sama tim. Semua hal ini sangat berguna ketika kamu mulai memasuki dunia kerja yang sesungguhnya. Ijazah memang penting, tetapi pengalaman nyata sering kali menjadi pembeda utama di antara para pencari kerja.

3. Hanya mengejar IPK tinggi tanpa skill praktis

Mahasiswa yang fokus belajar untuk mengejar IPK
ilustrasi mahasiswa yang fokus belajar untuk mengejar IPK (pexels.com/Mikhail Nilov)

IPK tinggi memang bisa menjadi kebanggaan tersendiri, tetapi itu bukan satu-satunya tolak ukur keberhasilan. Dunia kerja kini lebih menghargai keterampilan nyata yang bisa langsung diterapkan, seperti berpikir kritis, kemampuan beradaptasi, dan problem solving.

Jika kamu hanya berfokus pada IPK tanpa mengasah skill praktis, kamu bisa kalah bersaing dengan orang lain yang memiliki pengalaman kerja langsung. Cobalah menyeimbangkan antara prestasi akademik dan kemampuan terapan dengan ikut proyek, magang, atau pelatihan singkat. Kombinasi keduanya akan membuat kamu lebih siap menghadapi tantangan karier.

4. Kurang networking

Membangun hubungan baik dengan dosen
ilustrasi membangun hubungan baik dengan dosen (pexels.com/Kampus Production)

Salah satu kesalahan besar yang sering dilakukan mahasiswa adalah tidak membangun jaringan sejak dini. Padahal, hubungan baik dengan dosen, alumni, atau profesional di bidang yang sama bisa membuka banyak peluang. Tidak jarang, kesempatan kerja justru datang dari rekomendasi atau pertemanan yang terjalin selama kuliah.

Kamu bisa mulai dengan mengikuti seminar, acara kampus, atau komunitas profesi yang sesuai dengan minatmu. Setiap pertemuan adalah kesempatan untuk memperluas relasi dan membangun reputasi. Networking bukan hanya tentang mengenal banyak orang, tetapi juga tentang membangun hubungan yang saling menguntungkan dalam jangka panjang.

5. Tidak update dengan perkembangan industri

ilustrasi mahasiswa
ilustrasi mahasiswa (pexels.com/Yan Krukau)

Banyak mahasiswa merasa cukup dengan teori yang diajarkan di kelas tanpa memperhatikan perkembangan dunia kerja. Padahal, industri terus berubah seiring kemajuan teknologi dan tren global. Jika tidak mengikuti perubahan, kemampuan yang kamu miliki bisa cepat tertinggal dan tidak lagi relevan.

Luangkan waktu untuk membaca berita industri, mengikuti kursus daring, atau belajar menggunakan perangkat dan software terbaru. Langkah kecil ini akan membuatmu lebih siap menghadapi kebutuhan pasar kerja yang dinamis. Dengan pengetahuan yang terus diperbarui, kamu akan tampil lebih kompeten dan percaya diri.

6. Takut mencoba hal baru

ilustrasi kerja sama yang baik antar mahasiswa (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi kerja sama yang baik antar mahasiswa (pexels.com/Antoni Shkraba)

Rasa takut gagal sering kali membuat mahasiswa ragu untuk melangkah keluar dari zona nyaman. Banyak yang enggan mencoba magang di bidang berbeda atau menolak kesempatan karena merasa belum cukup mampu. Padahal, setiap pengalaman baru bisa memberikan pelajaran berharga dan membuka peluang tak terduga.

Dengan berani mencoba hal baru, kamu bisa menemukan potensi dan minat yang mungkin belum kamu sadari. Setiap tantangan yang kamu hadapi akan memperluas wawasan dan memperkuat mental dalam menghadapi dunia kerja. Ingatlah bahwa keberanian untuk mencoba adalah langkah awal menuju pertumbuhan diri.

Kesalahan kecil saat kuliah bisa berdampak besar pada perjalanan karier setelah lulus. Dengan membuat rencana, aktif menambah pengalaman, serta berani mencoba hal baru, kamu bisa lebih siap menghadapi dunia kerja. Ayo perbaiki rencana karier kamu mulai dari sekarang!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Ciri Toxic Positivity yang Diam-diam Merusak Kesehatan Mentalmu

10 Nov 2025, 23:12 WIBLife