Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Orang Masih Beli Barang KW Meski Tahu Itu Palsu

Ilustrasi memilih baju di toko
Ilustrasi memilih baju di toko (pexels.com/RDNE Stock project)
Intinya sih...
  • Harga lebih terjangkau dengan fungsi yang sama
  • Tampilannya sangat mirip sehingga sulit dibedakan
  • Tekanan sosial dan gaya hidup lingkungan sekitar
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di tengah kampanye anti barang palsu dan maraknya edukasi soal produk original, nyatanya barang KW masih punya pasar yang cukup besar. Banyak konsumen yang sadar betul bahwa produk yang mereka beli bukan ori, tapi tetap memasukkannya ke keranjang tanpa ragu. Fenomena ini bukan sekadar soal harga murah, tapi berkaitan dengan kebutuhan, kondisi ekonomi, dan cara orang memandang fungsi sebuah barang.

Menariknya, keputusan membeli barang KW sering kali rasional dari sudut pandang konsumen. Nah, kira-kira apa alasan konsumen masih melirik barang KW? Scroll dibawah ini!

1. Harga lebih terjangkau dengan fungsi yang sama

Ilustrasi toko barang branded
Ilustrasi toko barang branded (pexels.com/shattha pilabut)

Bagi banyak konsumen, fungsi dasar sebuah barang dianggap sudah cukup. Selama tas bisa dipakai, sepatu nyaman digunakan, atau jam tangan terlihat rapi di tangan, status ori atau tidak sering kali dikesampingkan. Barang KW menawarkan solusi instan untuk kebutuhan tersebut dengan harga yang jauh lebih ramah di kantong.

Di kondisi ekonomi yang serba naik, konsumen cenderung lebih realistis. Mereka memilih menyesuaikan pengeluaran dengan kemampuan, bukan gengsi. Selama barang tersebut bisa memenuhi kebutuhan harian, harga murah justru dianggap sebagai pilihan cerdas, bukan sekadar kompromi.

2. Tampilannya sangat mirip sehingga sulit dibedakan

Ilustrasi memilih baju di toko
Ilustrasi memilih baju di toko (pexels.com/RDNE Stock project)

Kualitas barang KW sekarang sudah jauh berkembang dibanding beberapa tahun lalu. Banyak produk KW yang secara visual hampir identik dengan versi original, terutama jika hanya dilihat sekilas. Ini membuat konsumen merasa tetap bisa tampil percaya diri tanpa harus mengeluarkan biaya besar.

Bagi sebagian orang, tampilan luar lebih penting daripada detail material atau keaslian. Selama tidak mudah dikenali sebagai barang KW di lingkungan sosial mereka, konsumen merasa aman dan nyaman menggunakannya. Persepsi ini membuat daya tarik barang KW tetap kuat.

3. Tekanan sosial dan gaya hidup lingkungan sekitar

Ilustrasi gaya hidup glamour
Ilustrasi gaya hidup glamour (pexels.com/cottonbro studio)

Lingkungan pergaulan punya pengaruh besar terhadap keputusan belanja. Di beberapa komunitas, tampil mengikuti tren dianggap penting, meski kemampuan finansial tidak selalu sejalan. Barang KW menjadi jalan tengah agar tetap bisa mengikuti arus tanpa harus memaksakan kondisi keuangan.

Dalam situasi ini, konsumen tidak selalu mengejar kualitas tertinggi, tapi ingin merasa masuk dalam lingkungan sosialnya. Selama barang terlihat sesuai tren, status KW sering kali dianggap tidak terlalu penting.

4. Sebagai sarana untuk eksplorasi

Ilustrasi Belanja (freepik.com/freepik)
Ilustrasi Belanja (freepik.com/freepik)

Ada juga konsumen yang menggunakan barang KW sebagai tahap percobaan. Mereka ingin tahu apakah suatu model, ukuran, atau jenis barang cocok sebelum membeli versi original yang jauh lebih mahal. Dalam konteks ini, barang KW dianggap sebagai sarana eksplorasi.

Strategi ini membuat konsumen merasa lebih aman secara finansial. Jika ternyata barang tersebut tidak sesuai ekspektasi, mereka tidak merasa terlalu rugi. Pola pikir ini cukup umum, terutama pada produk fashion dan aksesoris.

5. Minimnya resiko yang ada

Ilustrasi tas dan sepatu
Ilustrasi tas dan sepatu (pexels.com/Alexandra Maria)

Banyak konsumen belum pernah merasakan dampak negatif langsung dari penggunaan barang KW. Selama barang tidak cepat rusak atau menimbulkan masalah, mereka merasa aman-aman saja.

Ketiadaan konsekuensi nyata dalam jangka pendek membuat keputusan membeli barang KW terasa rendah risiko. Hal ini memperkuat kebiasaan dan membuat konsumen sulit berpindah ke produk original.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Life

See More

Apa Itu Tren Makeup Soft Goth? Misterius nan Elegan!

31 Des 2025, 10:03 WIBLife