Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Amanda Mitsuri, Merawat Diri Lewat Imajinasi dan Goresan Ilustrasi

Amanda Mitsuri (dok. Istimewa)
Amanda Mitsuri (dok. Istimewa)

Jakarta, IDN Times - Imajinasi kerap menjadi ruang paling aman untuk kembali pulang, terutama ketika dunia bergerak dengan penuh tuntutan. Setidaknya itulah yang membuat Amanda Mitsuri, seorang ilustrator dan pemilik brand Massicot, terus bertumbuh dan berproses. Bagi Amanda, imajinasi bukan sekadar pelarian, melainkan cara untuk merawat diri, mampu menyentuh sisi terdalam yang sering terabaikan. Lewat goresan ilustrasi yang lembut namun penuh makna, Amanda menghadirkan karya-karya yang terasa reflektif dan emosional, seolah mengajak siapa pun untuk ikut berhenti sejenak dan mendengarkan diri sendiri.

Perjalanan kreatif Amanda tidak lahir dalam ruang hampa. Berangkat dari latar belakang product design, ia membangun relasi yang erat antara visual, cerita, dan pengalaman hidup. Karya-karyanya, baik dalam ilustrasi maupun melalui brand yang ia bangun, selalu berangkat dari satu benang merah yang sama, yakni imajinasi sebagai fondasi. Imajinasi yang bebas, genderless, dan berakar pada memori masa kecil, menjadi medium Amanda untuk bercerita tentang proses bertumbuh sekaligus menjadi manusia yang terus belajar memahami batas dirinya.

Berkesempatan untuk berbincang secara daring pada Rabu (24/12/2025), Amanda Mitsuri menceritakan kepada IDN Times bagaimana ilustrasi dan seni menjelma menjadi semacam diary visual yang hidup. Setiap warna dan karakter bukan hanya elemen estetika, tetapi bagian dari proses healing yang ia jalani dengan jujur. Lewat karya-karyanya, Amanda tidak hanya mengekspresikan diri, tetapi juga membuka ruang dialog tentang keberanian untuk lebih menemukan diri secara utuh.

1. Memori masa kecil dan buku bergambar menjadi titik berangkat Amanda bercerita lewat karyanya

Amanda Mitsuri (dok. Istimewa)
Amanda Mitsuri (dok. Istimewa)

Perjalanan kreatif Amanda Mitsuri ternyata berakar dari hal yang sederhana dan personal, yakni memori masa kecil serta buku-buku bergambar yang dulu menemaninya untuk tumbuh. Ia menceritakan, sang ayah kerap membawakannya buku-buku Prancis bergambar yang memang kental dengan imajinasi dan bernuansa folklore. Bisa dikatakan, visual yang kaya dan hal-hal imajinatif itu lah yang menjadi bahasa awal seorang Amanda untuk memahami serta membentuk sebuah cerita.

Sejak saat itu, ketertarikannya pada ilustrasi semakin berkembang. Bukan hanya sebagai bentuk estetika, namun juga menjadi sebuah medium bercerita. Kenangan dan ceritanya di masa kecil tak pernah Amanda tinggalkan, justru terus hadir dan bahkan bertransformasi dalam karya-karyanya hingga hari ini. Amanda menggarisbawahi bahwa semuanya berakar pada 'imajinasi' dan childhood.

"Imajinasi itu penting untuk mengaktifkan diri. Strong roots aku berkarya memang dari imajinasi itu, yang menurutku sangat genderless. Lalu, semua orang, apa pun gender-nya, pasti punya memori maa kecil. Dan memori masa kecil itu harapannya sama, yakni sesuatu yang indah dan menggugah," katanya.

2. Imajinasi itu Amanda rawat untuk melahirkan banyak karya

Karya-karya Amanda Mitsuri (dok. Istimewa)
Karya-karya Amanda Mitsuri (dok. Istimewa)

Bagi Amanda, imajinasi merupakan sesuatu yang perlu dirawat, bukan dipaksa. Ia percaya, kreativitas bisa lahir dari ruang-ruang sunyi tempat pikiran bisa bernapas. Ia juga menjelaskan, caranya bercerita lewat karya-karyanya selalu lahir dari pikiran, perasaan, dan segala hal yang ia alami. Amanda ingin karya-karyanya bukan hanya sekadar cantik, namun juga memiliki nyawa dan memori. Seperti yang sebelumnya ia sebutkan, ia sangat suka dengan konsep childhood memories.

"Di umur segini, kita tuh sering lupa, peranan kita apa. Jadi menurutku penting banget untuk kembali ke diri kita sewaktu kecil," ujarnya, sekaligus menegaskan cerita apa yang selama ini berusaha ia sampaikan lewat karya-karyanya.

Proses Amanda merawat imajinasinya ini dengan selalu memberi waktu kepada diri sendiri untuk mengamati dan kembali terhubung dengan dunia batinnya. Itu lah mengapa, ketika melihat karya-karyanya, akan selalu terasa nuansa yang dreamy dan whimsical. Itu juga mencerminkan perjalanan personal yang ia jalankan.

3. Membangun brand Massicot sebagai 'playground imajinasi'

Beberapa produk Massicot (dok. Istimewa)
Beberapa produk Massicot (dok. Istimewa)

Brand Massicot kemudian hadir sebagai perpanjangan dari dunia imajinasi seorang Amanda Mitsuri. Brand ini lahir pada 2012 dan berawal sebagai jewelry brand. Sebelumnya, Amanda memang memiliki background product design sehingga ia mengatakan bahwa proses risetnya tidak terlalu lama. Saat itu, Massicot hadir sebagai jewelry brand yang mengeksplorasi resin, yang pada saat itu masih jarang dipakai.

Kini, brand Massicot yang dibangun Amanda sudah memasuki banyak lini baru. Mulai dari home product, menswear, women fashion, hingga aksesori lainnya. Lebih dari sekadar brand, Massicot juga diposisikan sebagai playground, yakni ruang eksplorasi yang memungkinkan cerita, ilustrasi, dan material bertemu dalam berbagai bentuk.

"Jadi konsep Massicot itu bukan soal harus pakai visual brand tertentu. Kita gak pernah mau mengurung diri dalam suatu karakter yang kaku. Konsep kita justru datang dari imajinasi. Karena lewat imajinasi, kita bisa bereksplorasi, dan itu modal yang semua orang punya," lanjut Amanda.

Melalui Massicot, Amanda bukan hanya menawarkan produk, namun juga pengalaman visual dan emosional. Setiap karyanya mengajak audiens untuk masuk ke dunia yang ia bangun dengan penuh kejujuran serta kesadaran. Itulah mengapa, Amanda juga mengatakan bahwa Massicot bak playground, ia tidak ingin ada rasa takut terhadap hal-hal di luar dirinya dan tim. Karena pada akhirnya, imajinasi juga tak mungkin hidup jika kita dilingkupi rasa takut.

4. Amanda Mitsuri: my work is like a diary

Amanda Mitsuri (dok. Istimewa)
Amanda Mitsuri (dok. Istimewa)

Karya bukan hanya hasil akhir, melainkan jejak perjalanan, kurang lebih itulah yang selalu Amanda yakini. Ia memandang setiap ilustrasi dan desainnya itu bak halaman-halaman diary yang merekam fase hidup hingga proses pendewasaan dirinya. Ada banyak momen dan segmen yang secara tak langsung terekam dalam setiap karyanya.

"Buat aku, my work is like a diary. Diary itu kan ada fasenya. Jadi sebenarnya, kekuatan (karya-karyanya) bukan hanya di visual obyek, tapi ada di narasi. Aku selalu pengin karya-karyaku itu seperti diary of me," tambahnya.

Pendekatan ini juga yang membuat karya-karya yang dihasilkannya terasa lebih intim dan personal. Seolah audiens diajak untuk membaca fragmen kehidupannya yang mungkin tak selalu sempurna, namun utuh dan jujur. Amanda juga menjelaskan, ia ingin menciptakan karya yang lifetime. Jadi caranya mengomunikasikan hal tersebut kembali ke narasi. Bukan hanya sekadar produk atau karya, namun juga entitas yang bersenyawa.

5. Dari semua hiruk pikuk dunia, berjeda adalah sebuah hal yang penting

Ilustrasi Beristirahat Sejenak
ilustrasi beristirahat sejenak (pexels.com/cottonbro studio)

Di tengah ritme industri kreatif yang serba cepat dan menuntut, Amanda justru menempatkan jeda sebagai bagian penting dari prosesnya berkarya. Baginya, berhenti sejenak bukan menjadi tanda kehilangan arab, melainkan cara untuk kembali 'mendengar diri sendiri'. Jeda juga menjadi ruang refleksi, untuk menata ulang beberapa hal yang agar kembali 'sadar'.

"Semuanya sekarang super fast. Menurutku, kita juga harus belajar personal growth. Salah satu yang paling aku latih itu adalah berjeda. Itu penting banget untuk mental health. Penting banget untuk nge-hijack diri kita sendiri," ujarnya.

Dari jeda atau istirahat sejenak itu, hal-hal yang kita hasilkan mungkin akan tetap lahir dari 'kesadaran'. Proses berjeda juga sebenarnya bukan hanya untuk beristirahat, namun keseimbangan dan produktivitas.

6. Cara Amanda bertumbuh dan berproses sebagai perempuan di industri kreatif

Amanda Mitsuri (dok. Istimewa)
Amanda Mitsuri (dok. Istimewa)

Sebagai perempuan di industri kreatif, Amanda memaknai pertumbuhan sebagai proses yang tak selalu terlihat. Bertahan, menurutnya, bukan tentang menjadi keras, melainkan tentang memahami batas diri dan berani bersuara. Ia juga selalu percaya bahwa perempuan itu punya kompetensi diri yang sangat besar, namun sering diabaikanoleh berbagai tuntutan mengalah. Itulah mengapa, menurut Amanda, kita (sebagai perempuan) perlu untuk mengenali batas dan kebutuhan diri. Amanda juga melihat proses bertumbuh merupakan sesuatu yang lebih sehat.

"Pada akhirnya, ketika kita menguasai tentang bertahan dan bertumbuh, kita akan mengenal batas diri. Karena mengenal batas diri itu adalah ujung dari profesionalisme kita sebagai pemegang peran di industri kreatif. Membatasi diri itu sesuatu yang sehat," pungkasnya.

Bukan hanya brand Massicot, Amanda juga kini melahirkan brand Amanda Mitsuri yang telah bekerja sama dengan banyak klien. Mulai dari et cetera, Magnum, Dove, Make Over, hingga Laneige. Pada akhirnya, karya dan perjalanan Amanda menjadi pengingat bahwa imajinasi perlu dirawat dengan jujur dan penuh kesadaran. Karena itu akan menjelma menjadi cara paling lembut untuk mengenali serta memulihkan diri.


Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Alasan Kamu Lega setelah Berbuat Baik, Kata Hati Tak Diingkari

31 Des 2025, 23:18 WIBLife