Ilustrasi sepasang tangan yang sedang memegang Al-Qur'an. (pexels.com/ali burhan)
Fokus ketika menghafalkan Al-Qur'an sejatinya tidak dapat dicapai apabila ayat Al-Qur'an dihafalkan dengan bacaan yang tidak tartil dan terburu-buru.
Kesalahan yang lagi-lagi sering ditemukan pada proses menghafal Al-Qur'an adalah membacanya dengan terburu-buru dan jauh dari predikat 'tartil'.
Menghafal dengan bacaan yang terburu-buru dan tidak tartil itu cenderung cepat lupa, dan biasanya, di saat mereka disuruh membaca hafalannya dengan bacaan yang tartil, lantas hafalannya buyar dan tidak lancar. Fokus si penghafal tidak bisa terbentuk apabila bacaan Al-Qur'an mereka terburu-buru.
Mengapa?
Sebab, bayangan terhadap posisi ayat Al-Qur'an dalam pikiran si penghafal itu dapat tercipta apabila ia menghafalnya dengan bacaan yang tartil.
Kalau si penghafal tidak menghafalkan dengan bacaan yang tartil, besar kemungkinan bahwa apa yang keluar dari mulutnya sebenarnya hanya ala kadarnya, tanpa tahu posisi letak ayat yang sedang dihafalkan, tanpa ada bayangan apapun di pikiran sama sekali.
Dampak dari hal ini adalah cepat lupa, dan kemudian jika si penghafal bertemu dengan ayat lain yang mirip dengan yang dihafal sebelumnya. Akhirnya si penghafal bingung membedakannya, berujung terkecoh dengan ayat di surah atau tempat yang lain.