Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Bentuk 'Sanepa', Gaya Ironi dalam Kesusastraan Jawa

ilustrasi budaya Jawa (unsplash.com/camerale)

Sanepa merupakan bentuk gaya bahasa dalam kesusatraan Jawa yang berfungsi untuk menyampaikan sindiran secara halus. Karena karakteristik masyarakat Jawa yang penuh etika dan tenggang rasa, sindiran tidak disampaikan secara frontal. Sanepa identik dengan majas ironi dalam bahasa Indonesia, yakni gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu yang maknanya bertentangan.

Sanepa mengandung makna mbangetake atau "sangat" dan bersifat kebalikan. Gaya bahasa ini diwujudkan dalam bentuk kiasan. Masih bingung? Yuk, simak uraian di bawah supaya bingung kamu terjawab!

1. 'Abot Kapuk' mengandung arti sangat ringan

ilustrasi kapas (unsplash.com/marianne_krohn)

Pernah dengan istilah pulau kapukTahukah kamu, bahwa kapuk berasal dari bahasa Jawa? Kata satu ini digunakan untuk menyebut buah pohon randu, juga berpadanan dengan kapas dalam bahasa Indonesia. Kapas mempunyai sifat sangat ringan, sehingga tak cocok disandingkan dengan kata abot yang bermakna berat. Oleh karena itu, sanepa ini bermakna seberat kapas.

Bentuk pertentangan digunakan untuk menunjukan "kesangatan". Oleh karena itu, abot kapuk dapat digunakan untuk menyebut sesuatu yang super ringan. Kalau harimu sedang tak ada beban, kamu bisa bilang hidupmu abot kapas. Lucu, kan?

2. 'Amba Godhong Kelor' berpadanan dengan 'dunia tak seluas daun kelor'

ilustrasi kelor (pexels.com/sincegameon)

Nah, kalau satu ini pasti kamu familiar banget! Dunia tak seluas daun kelor, pernah dengar? Ungkapan tersebut memiliki makna yang serupa dengan amba godhong kelor. Daun kelor memiliki ukuran yang kecil, mungkin sebesar kuku orang dewasa. Ukuran inilah yang menjadikan daun dengan nama latin Moringa oleifera dipilih sebagai kiasan ironi.

Kata amba berarti luas, sehingga arti amba godhong kelor ialah seluas daun kelor. Namun, berbeda dengan makna secara harfiah, sanepa ini justru menyatakan keadaan sangat sempit. Hayo, siapa yang suka pakai ungkapan ini kalau ketemu doi di tempat tak terduga?

3. 'Pait Madu' justru bermakna manis banget

ilustrasi madu (unsplash.com/sonjalangford)

Siapa yang tak kenal madu? Cairan yang diproduksi lebah ini dipercaya mengandung sejuta khasiat oleh manusia. Madu memiliki beragam rasa, ada yang asam, ada pula yang pahit.  Namun, umumnya madu memiliki rasa manis legit. Rasa manis dalam madu berasal dari kandungan fruktosa dan glukosa yang ada di dalamnya.

Meski kata pait mengandung arti pahit dalam bahasa Jawa, tetapi kata pait dalam sanepa justru bermaksud sebaliknya. Sebagai bentuk ironi, pait madu digunakan untuk menyatakan sesuatu yang sangat manis. Kalau ketemu gebetan, bisa banget bilang "senyummu pait madu".

4. 'Anteng Kitiran' untuk menyindir seseorang yang banyak tingkah

ilustrasi kincir angin (unsplash.com/gmk)

Kalau kamu hiperaktif dan tak bisa diam, kamu bisa dikatai "anteng kitiran" oleh masyarakat Jawa, lho! Anteng kitiran berasal dari dua kata, yakni anteng yang berarti tenang, dan kitiran yang merujuk pada kincir angin. Oleh karena itu, istilah satu ini dapat diartikan setenang kincir angin.

Seperti yang kita ketahui, kincir angin punya baling-baling yang terus berputar alias tak mungkin tenang, sehingga kata anteng mengandung ironi. Anteng kitiran sejatinya bermakna kebanyakan tingkah dan polah.

5. Kalau mencium aroma busuk, kamu bisa bilang 'Arum Jamban'

ilustrasi jamban (unsplash.com/jankolar)

Jamban bersinonim dengan kakus atau lebih populer disebut kloset atau WC. Mengingat fungsinya sebagai tempat buang air, wajar bila aroma tak sedap sering tercium dari jamban. Oleh karena itu, kata arum sejatinya bertentangan dengan realitas, sebab arum bermakna harum.

Kata arum digunakan dengan maksud memberi sindiran halus, yaitu mengekspresikan keadaan yang sangat bau. Mulai sekarang, kamu boleh ganti ucapan "bau  banget" dengan arum jamban.

6. 'Alon Keong' bermakna sangat pelan

ilustrasi keong (unsplash.com/stumpie10)

Kalau keong dan kura-kura diadu, siapa yang bakal menang? Kedua hewan ini dikenal punya kecepatan di bawah rata-rata. Oleh sebab itu, Tak heran bila makhluk melata ini sering dijadikan perumpamaan.

Kata banter berarti cepat, sehingga banter keong dapat dimaknai sebagai "secepat keong" secara harfiah. Namun, seberapa cepat keong bergerak, bahkan ketika sedang ngebut sekalipun? Tentu tak lebih cepat dari pergerakan manusia normal. Oleh karena itu, sanepa ini merupakan sindiran bagi sesuatu yang bergerak terlampau lamban.

7. 'Kuru Semangka' berfungsi untuk menyindir sesuatu yang terlalu gemuk

ilustrasi semangka (unsplash.com/mockupgraphics)

Dalam bahasa Jawa, kata kuru  memiliki arti kurus. Pada dasarnya, kata kuru tidak cocok untuk menyifatkan semangka. Sebab, buah satu ini dikenal memiliki bobot dan ukuran yang lumayan besar. Selain itu, buah dengan kadar air yang tinggi ini memiliki penampakan bulat penuh. Tak heran, semangka seringkali diidentikkan dengan sesuatu yang gemuk.

Meskipun kuru semangka digunakan untuk menyindir sesuatu yang sangat gemuk, jangan sekali-kali menggunakan sanepa ini untuk body shaming!  Kamu bisa menggunakannya untuk menyebut kucing temanmu yang super gembul.

Nah, itu dia 7 contoh sanepa dalam kesusastraan Jawa. Mulai saat ini, kamu bisa menyampaikan kritik dengan gaya sanepa ini! 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us