TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Aliran Filsafat Astika India yang Wajib Kamu Tahu!

Samkhya, Yoga, Nyaya, Vaisesika, Mimamsa, dan Vedanta 

ilustrasi budaya India (pixabay.com/murtaza_ali-5604618)

India termasuk salah satu negara tertua berdasarkan sejarah peradaban, tak heran bila tanahnya begitu kaya adat dan budaya. Tahukah kamu, negeri yang mendapat julukan Hindustan ini memiliki aliran filsafat yang dinamakan Astika? Astika berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "orang yang percaya", yakni percaya adanya Tuhan dan jiwa, serta otoritas kitab Weda.

Aliran Astika dalam ajaran Hindu terbagi menjadi enam klasifikasi yang disebut Sad Darsana (enam pandangan), meliputi Samkhya, Yoga, Nyaya, Vaisesika, Mimamsa, dan Vedanta. Penjabaran lebih lanjut mengenai enam aliran Filsafat Astika dijabarkan pada uraian di bawah ini! Yuk, simak!

1. Samkhya, falsafah dengan konsep dualitas

ilustrasi tari India (pixabay.com/dshah-628689)

Dipandang sebagai salah satu filsafat India tertua, Samkhya menakwilkan alam semesta dengan konsep dualitas: purusa (rohani) dan prakerti (materi). Maksudnya, dunia beserta isinya tercipta oleh perpaduan asas kerohanian dan asas kebendaan. Aktualisasi Samkhya dilakukan dengan pemujaan-pemujaan terhadap simbol penciptaan alam semesta.

Samkhya meyakini bahwa diri sejati bukanlah yang tampak oleh mata, melainkan roh yang bersemayam atau purusa. Ketika individu menyadari hal ini, maka ia akan terbebas dari samsara lingkaran kehidupan atau kelahiran berulang. Hal inilah yang menjadi tujuan akhir ajaran Samkhya.

2. Berkaitan dengan Samkhya, Yoga merupakan jalan menuju pembebasan

ilustrasi yoga (pixabay.com/mohamed_hassan-5229782/)

Yoga berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "penyatuan dengan alam dan Tuhan". Oleh karena itu, aliran satu ini menitikberatkan pada samadhi (penyatuan), transedensi, serta pemurnian diri. Yoga dilakukan melalui tapa atau meditasi dengan memusatkan pikiran pada kontrol panca indera.

Yoga disebut-sebut memiliki keterikatan dengan ajaran Samkhya, yakni sebagai metode realisasi. Artinya, meditasi dalam Yoga menjadi jalan pemurnian pikiran menuju "pembebasan" yang menjadi tujuan Samkhya.

Baca Juga: 13 Kosakata Bidang Filsafat dalam KBBI, Tahu Arti Neoplatonisme?

3. FIlsafat Nyaya, cara berpikir yang dikembangkan oleh Maharesi Gautama

ilustrasi pakaian tradisional India (pixabay.com/framepersecc-11808179)

Maharesi Gautama mengembangkan cara berpikir kritis, analitis, sistematis, dan kronologis dalam menemukan dan merumuskan hakekat kebenaran. Ajaran tersebut kemudian dinamakan filsafat Nyaya. Dalam realisasinya, ajaran ini digunakan para cendekiawan untuk memaknai ayat-ayat Weda. 

Filsafat Nyaya berpandangan bahwa pengetahuan tentang dunia bersumber dari pikiran yang dibantu panca indera. Objek pengetahuan dalam aliran ini meliputi: atma (diri), sarira (tubuh), panca indera, artha (objek), buddhi (pengamatan), Manas (pikiran), pravertti (aktivitas), dosa, pretyabhawa (kelahiran kembali), phala (buah perbuatan), duka (penderitaan), dan apavarga (bebas dari penderitaan). Nyaya merumuskan empat metode pemecehan persoalan ilmu pengetahuan yang disebut catur pramana, yakni  pengamatan langsung, pengetahuan dari suatu objek, pengetahuan hasil perbandingan, dan pengetahuan dengan menyimak sumber terpercaya.

4. Vaisesika, filsafat yang berkembang dan menyatu dengan ajaran Nyaya

ilustrasi perempuan India (.pexels.com/bhavitya)

Filsafat Vaisesika bersesuaian dengan ajaran Nyaya karena merumuskan konsep umum alam semesta dengan panca indera melalui perbandingan dan penyimpulan. Ajaran ini bersumber pada kitab yang ditulis oleh Maharesi Kanada pada abad 4 SM. Meskipun berdiri sendiri pada mulanya, Vaisesika berkembang menjadi satu dengan ajaran Nyaya, sehingga seringkali disebut Nyaya-Vaisesika .

Vaisesika menetapkan padharta untuk menemukan kebenaran tertinggi, yakni objek yang dapat dipikirkan dan diberi nama. Padharta memiliki 7 kategori yang meliputi: dravya (substansi), guna (kualitas), karma (aktivitas), samanya (universal), visesa (individual), samavaya (pelekatan), abhava (ketiadaan).

5. Mimamsa, filsafat yang digunakan untuk mengkaji Weda secara sistemastis

ilustrasi Taj Mahal di India (pixabay.com/nonmisvegliate-7011191)

Mimamsa memiliki arti "bertanya" atau"penyelidikan". Sesuai dengan namanya, ajaran ini melakukan penyelidikan terhadap perkembangan, tujuan, serta lingkup kitab Weda, khususnya pada bagian Brahmana dan Kapalsutra. Ajaran yang memiliki nama lain Purwa Mimamsa ini sangat mengekalkan Weda sebagai suatu kebenaran mutlak, sehingga kitab suci tersebut bebas dari kesalahan manusia karena tidak dibuat oleh  manusia.

Pokok Mimamsa bersumber pada Jaiminiyasutra yang ditulis oleh Sri Jaimini. Mimamsa menetapkan metodologi untuk mengintepretasi isi ajaran Weda agar ritualnya dapat dipahami. Tujuan ajaran ini adalah untuk memahami kewajiban manusia sesuai kitab suci umat Hindu.

Baca Juga: Ingin Belajar Filsafat? Kenalan Sama 10 Aliran Filsafat Ini Yuk! 

Verified Writer

Himatul Aliyah

Anak mbarep yang lahir otodidak

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya