TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IWF 2020: Gak Asal Tulis, 7 Panduan Wajib Bagi Penulis Artikel Online

#IWF2020 Yuk pahami dan terapkan!

youtube.com/IDN Times

Perkembangan teknologi yang pesat memberikan dampak positif dan negatif pada kehidupan. Salah satunya adalah arus kencang berita saat ini. Kehadiran platform menulis online memungkinkan setiap orang menjadi penulis artikel tanpa harus terikat atau bahasa kerennya freelancer.

Meski menjadi penulis artikel lepas berbasis online, kita tidak serta merta menjadi bebas menuliskan segala hal. Baik penulis terikat maupun lepas harus tetap memiliki kode etik jurnalistik. Pada sesi bincang-bincang Indonesia Writers Festival 2020, para editor media ternama memberikan beberapa panduan bagi para penulis artikel online. Cek, yuk!

1. Pahami aturan platform menulis

youtube.com/IDN Times

Hal pertama yang harus dilakukan oleh para penulis online ketika memilih bergabung dalam sebuah platform menulis, adalah membaca sekaligus memahami aturan yang ada. Setiap platform memiliki aturan dan panduan masing-masing dalam kepenulisan.

Dan harus diingat juga, aturan maupun panduan tersebut bukan untuk dilanggar, namun dipatuhi. Mungkin akan terasa berat pada awalnya. Tapi ketika kita sudah memahami dan mematuhinya, aturan tersebut bukanlah penghalang untuk tetap menulis sesuai kode etik yang berlaku.

Hampir seluruh platform menulis menyediakan sesi atau kolom tanya jawab jika kita tidak memahami maksud dari aturan tersebut. Admin yang bertugas pun akan dengan senang hati menjawab setiap pertanyaan. Contohnya IDN Times ini.

2. Memiliki insting kuat

youtube.com/IDN Times

Arus berita media online mengalir sangat cepat. Untuk itu penulis harus memiliki kecepatan dan ketepatan dalam membuat arttikel, terutama yang sedang marak diperbincangkan. Tapi hal tersebut bukan menjadi alasan bagi para penulis bebas menuliskan apa saja.

Insting penulis tetap harus berjalan. Tanyakan pada diri sendiri ketika ingin menuliskan sebuah artikel. Apakah tema dan kejadian tersebut layak untuk diangkat menjadi berita yang bertengger di internet dan dibaca oleh banyak orang.

Jika dirasa layak, tulislah sebaik mungkin. Namun jika tidak, urungkan niat untuk menulisnya. Kita tidak tahu sekaligus tidak bisa mengendalikan tanggapan pembaca terhadap artikel yang ditulis.

Baca Juga: IWF 2020: 6 Kelebihan Menulis di IDN Times Dibanding Platform Lainnya

3. Menghindari hoaks

youtube.com/IDN Times

Menjadi penulis lepas berbasis online tidak lantas membuat kita melupakan kredibilitas dalam bekerja. Tidak semua bahan berita yang sedang ramai diperbincangkan atau viral dapat dibuatkan artikel resminya. Terutama jika bahan berita berasal dari platform media sosial.

Sebelum menulis, pastikan berita tersebut asli atau bukan berita bohong. Sudah banyak aplikasi pengecek berita bohong atau hoaks yang bisa digunakan. Dan biasanya, berita benar akan muncul di media nasional ternama.

Jika berita tersebar luas di media sosial, penulis perlu mengecek secara langsung pada sumber beritanya. Pengecekan pun dapat dilakukan pada akun media sosial bersangkutan, seperti publik figur yang menjadi pembicaraan atau berita hangat.

4. Buat parameter sendiri

pexels.com/Vlada Karpovich

Selain memiliki insting, setiap penulis harus mempunyai parameter sendiri dalam pembuatan suatu artikel. Jika merasa bingung, kembali pahami aturan platform menulis dimana kita bergabung. Dari sinilah, kita dapat menentukan apa yang sebaiknya dilakukan.

Melalui parameter, penulis dapat memperhitungkan apakah sebuah berita dibuat dan diangkat dapat memberikan dampak positif atau negatif. Dengan memikirkan dampak tersebut, otomatis penulis mempunyai filter untuk mengendalikan apa yang seharusnya jadi konsumsi publik.

Dengan mempunyai filter baik, penulis akan sangat hati-hati dalam menyebarkan berita terutama di media sosial. Adanya hoaks, karena banyaknya akun bodong menyebarkan isu tersebut.

5. Kritis dengan berita kontroversial

pexels.com/Andrea Piacquadio

Sebagai penulis haruslah memiliki jiwa dan pola pikir kritis. Terutama untuk sebuah berita yang menimbulkan kontroversi di khalayak ramai. Hanya karena sedang viral, kita dengan seenaknya membuat artikel mengenai berita tersebut.

Alih-alih mendapat apresiasi, kita bisa saja mendapat hujatan bahkan tuntutan dari subjek atau pelaku yang sedang diberitakan. Untuk itu, timbanglah secara matang dampak yang akan ditimbulkan oleh tulisan tersebut.

Bagi penulis berbasis online, bukan hanya penulis berita saja yang akan mendapat kecaman atau penilaian negatif. Namun juga keseluruhan platform dan orang-orang di dalamnya. Jadi, berhati-hatilah dengan berita bersifat kontroversial.

6. Punya jiwa detektif

pexels.com/Andrea Piacquadio

Meski mendapat gelar penulis artikel, namun kita wajib memiliki jiwa detektif. Karena sebuah artikel harus memberikan data yang sebenar-benarnya. Kita wajib mencari kebenaran sah, konfirmasi jelas, verifikasi benar, hingga validasi kuat.

Apalagi jika kita mengambil bahan dari berita yang beredar di media sosial. Pengecekan dan riset mendalam tetap harus dilakukan. Karena ketika berita tersebut terpublikasi luas di interner, banyak pasang mata akan melihatnya.

Hanya karena tidak memiliki jiwa detektif dalam mencari kebenaran, justru memungkinkan kita menjadi ujung tombak dari tersebarnya berita bohong atau hoaks.

Baca Juga: IWF 2020: 5 Peran Sukarelawan Bantu Difabel Netra Menikmati Sastra

Verified Writer

Aqeera Danish

edith

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya