TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Kenapa Konten Edukasi di Indonesia Tak Begitu Terkenal

Konten edukasi perlu disebarluaskan

Ilustrasi anak-anak menonton YouTube (Pixabay.com/StartupStockPhotos)

Menambah wawasan adalah cara kita untuk selalu mengetahui apa yang belum diketahui. Salah satunya ialah dengan adanya konten edukasi. Konten edukasi di negara maju sudah sangat banyak dan sering kita temukan di media sosial seperti youtube, instagram, facebook, maupun lainnya. Namun, bagaimana di Indonesia? Di Indonesia sendiri, konten edukasi sudah lumayan banyak. Walau sudah bermunculan di mana-mana, konten edukasi di Indonesia masih tak begitu terkenal di kalangan masyarakat khususnya generasi milenial. Ada banyak alasan kenapa mereka belum mengenal konten edukasi di Indonesia.

1. Orang cenderung membuka media sosial hanya untuk hiburan

Ilustrasi media sosial (Pixabay.com/LoboStudioHamburg)

Untuk alasan yang satu ini banyak sekali ditemukan oleh generasi milenial. Di mana mereka hidup pada masa teknologi yang sudah canggih dan segala informasi bisa didapatkan dengan mudah. Namun tidak semua orang memanfaatkan media sosial untuk hal yang berguna dan bermanfaat. Sebagian besar mereka gunakan hanya untuk hiburan saja. Padahal kamu juga bisa dapat wawasan dari media sosial lho. Manfaatkan dengan bijak ya guys.

2. Pembahasan yang terlalu panjang

Ilustrasi media sosial (Pixabay.com/LoboStudioHamburg)

Poin kedua ini memang membuat kita cepat bosan dan enggan melihat beberapa konten edukasi. Pembahasan yang panjang membuat kita malas untuk sekedar membacanya atau mendengarkannya. Konten edukasi haruslah yang menambah wawasan namun dengan penjelasan atau pembahasan yang sederhana dan menarik.

Baca Juga: Instalasi Digital Seru dan Mengedukasi di teamLab Future Park

3. Malas dan cepat bosan

Ilustrasi orang membaca buku (Pixabay.com/kaboompics)

Ini memang sifat yang sering dijumpai. Namun hal tersebut berkaitan dengan poin kedua. Tergantung bagaimana konten tersebut bisa membuat para penikmatnya merasa tak bosan. Malas juga harus dibuang jauh-jauh. Harus semangat untuk menambah wawasan agar tak percaya begitu saja terhadap hoax yang mudah sekali menyebar di masa sekarang.

4. Kemasan yang tidak menarik

Ilustrasi orang membaca buku (Pixabay.com/kaboompics)

Sama seperti membeli barang atau produk, konten edukasi harus dikemas semenarik mungkin. Seperti visual yang bagus, jernih, atau animasi yang ringan namun bagus untuk mempermudah dalam memahaminya. Penjelasan yang sederhana namun jelas juga perlu diperhatikan. Jika itu berupa video, naratornya juga harus menarik dan enak didengar. Kemasan yang tidak menarik akan membuat pengunjung merasa tak betah berlama-lama untuk sekedar membaca atau mendengarkannya.

Baca Juga: Ajarkan Anakmu Edukasi Seks Sejak Dini, Begini 5 Cara Sesuai Tahapnya!

Writer

Reza Nur Wibisono

Penghuni 'titik biru pucat' di luasnya alam semesta.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya