TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

10 November Hari Ganefo: Pengertian dan Sejarah

Pesta olahraga dunia yang dibuat Ir. Sukarno

Ganefo I di Stadion Gelora Bung Karno (Wikimedia/Majalah Pantja-sila)

Ganefo (Games of the New Emerging Forces) pertama kali dilaksanakan pada 10 November 1963 di Jakarta, yang dicetuskan oleh Presiden Sukarno. Festival tersebut adalah pesta olahraga yang pesertanya merupakan negara-negara berkembang. Acara tersebut digelar karena Indonesia mendapat blacklist dari Komite Olimpiade Internasional.

Inilah sejarah Hari Ganefo yang diperingati setiap tanggal 10 November. Baca baik-baik, ya!

1. Adanya situasi politik internasional

bendera Amerika Serikat (Pexels.com/ Brett Sayles)

Indonesia mendapat peringatan dari International Olympic Comitte (IOC) atau Komite Olimpiade Internasional tepat setelah pelaksanaan Asian Games 1963. Hal tersebut disebabkan Indonesia tidak mengundang Israel dan Taiwan karena alasan simpati terhadap Tiongkok dan negara-negara Arab.

Lembaga tersebut secara tegas melarang mencampurkan urusan politik dengan olahraga. Namun, ditemukan bukti larangan kepada Tiongkok untuk mengikuti Asian Games lantaran negara tersebut adalah musuh dari Blok Barat.

Tak hanya itu, pada bulan Oktober 1959, Jerman Timur menolak untuk berpartisipasi dalam pertandingan bola yang diadakan oleh Prancis. Pasalnya, Jerman Timur dilarang untuk mengumandangkan lagu kebangsaan dan bendera nasional miliknya.

Amerika Serikat juga kedapatan tidak memberikan visa untuk atlet Jerman Timur saat Olimpiade Musim Dingin bulan Februari 1960. Begitu juga dengan kejuaraan angkat besi di bulan September yang membuat mereka tak bisa berpartisipasi karena visa.

Baca Juga: 9 September Hari Olahraga Nasional: Sejarah Haornas

2. Dikecam oleh Komite Olimpiade Internasional

logo International Olympic Comitte (ww.olympic.org)

Melihat situasi poiltik internasional yang tidak adil, Indonesia pun mengikuti cara IOC dengan tidak mengundang Taiwan dan Israel di Asian Games ke-4 di Jakarta. Komite Olimpiade pun protes lantaran dua negara itu merupakan anggota resmi mereka dan akhirnya melarang Indonesia untuk berpartisipasi dalam olimpiade dunia.

Hal tersebut dilakukan Bung Karno karena khawatir akan membuat hubungan antara Indonesia dengan negara-negara Arab dan Tiongkok jadi renggang. Diketahui, pemerintah Tiongkok dengan Presiden Sukarno punya pandangan yang sama soal sistem politik luar negeri, yaitu menolak imperialisme dan kolonialisme seperti yang dilakukan negara-negara Barat.

Akhirnya, Indonesia membuat pesta olahraga sendiri bernama Ganefo yang diikuti sekitar 2.700 atlet dari 51 negara di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Eropa. Namun, penyelenggaraan Ganefo diboikot negara-negara Barat. Seakan tak peduli, acara pun tetap berlangsung sesuai dengan prinsipnya, "Onward! No Retreat!" atau yang berarti "Maju terus! Pantang mundur!".

3. Kondisi politik di Indonesia

Presiden pertama RI Ir Sukarno. (Kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id)

Berdirinya Ganefo jadi salah satu alat yang diharapkan bisa memunculkan reaksi rakyat untuk mendukung perubahan status Indonesia dalam dunia internasional sebagai pemimpin negara baru berkembang. Adanya skorsing dari IOC pun dimanfaatkan Sukarno untuk membangkitkan nasionalisme masyarakat Indonesia untuk melawan imperialisme dan kolonialisme dalam olahraga.

Pasalnya, penangguhan dari IOC menyebabkan eksistensi Indonesia dalam bidang olahraga di dunia internasional menghilang. Yang seharusnya Indonesia mengikuti Olimpiade Musim Panas 1964 di Tokyo, tapi tidak bisa karena pinalti yang diberikan oleh IOC.

4. Konsep politik luar negeri menurut Sukarno

Ir Sukano, Presiden Indonesia pertama. (Kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id)

Ketika dunia sedang menghadapi Perang Dingin, Sukarno punya pendapat bahwa dunia tidak dibagi jadi Blok Barat dan Blok Timur, tapi menjadi Nefo dan Oldefo. Pandangan tersebut datang karena negara maju memegang kendali atas negara berkembang dalam segala aspek yang ada.

Sukarno yakin jika dunia dibagi menjadi Nefo dan Oldefo, bisa membuat posisi Indonesia meningkat dalam dunia internasional. Salah satunya adalah menjadi pemimpin negara-negara berkembang yang tergabung dalam Nefo.

Ia berinisiatif untuk mempersatukan negara-negara The New Emerging Forces dari beberapa dunia. Sesuai dengan pandangannya terhadap politik luar negeri, Bung Karno berusaha untuk menyerukan semangat anti iimperialisme dan kolonisme di seluruh dunia.

Baca Juga: 3 Mei Hari Pers Sedunia: Begini Sejarahnya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya