ilustrasi pasangan (unsplash.com/Jason Yoder)
Jika membaca dari pengertiannya, sudah terlihat berbedaan antara karakter dan kepribadian. Tapi jika coba dibahas lebih jauh, keduanya sebenarnya saling berkaitan dalam perkembangan kehidupan manusia.
Kepribadian kita adalah segalanya; semua perilaku, minat, pemikiran, keyakinan, pengalaman, dan sifat yang membuat kita unik antara satu dengan lainnya. Pengalaman dan lingkunganlah yang membantu kita mengembangkan aspek lain dari kepribadian.
Seperti dilansir Positivepsychology, Alex Lickerman, MD, seorang dokter dan mantan direktur perawatan primer di salah satu universitas paling bergengsi di dunia, University of Chicago, mengatakan,
“Kepribadian mudah dibaca, dan kita semua ahli dalam hal itu. Kami menilai orang [sebagai] lucu, ekstrovert, energik, optimis, percaya diri—serta terlalu serius, malas, negatif, dan pemalu—jika tidak saat pertama kali bertemu mereka, kemudian tidak lama kemudian. Dan meskipun kita mungkin membutuhkan lebih dari satu interaksi untuk mengkonfirmasi keberadaan sifat-sifat semacam ini, pada saat kita memutuskan bahwa sifat-sifat itu ada, kita biasanya telah mengumpulkan cukup data untuk membenarkan kesimpulan kita."
Jadi kalau boleh dikatakan, manusia dilahirkan tidak dengan kepribadian tertentu karena hal ini akan berubah dan beradaptasi secara terus-menerus. Dalam proses itulah, kita juga mengembangkan yang namanya karakter melalui pengalaman sehari-hari. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, karakter adalah sebuah kualitas yang dibentuk dengan sengaja, apa pun jenis kepribadiannya.
Misalnya, kita ambil contoh pemarah. Sikap ini juga ada dalam tipe kepribadian. Tapi yang membedakan adalah cara dalam mengungkapkan kemarahan itu, yang mungkin berdasarkan karakter seseorang. Mungkin ada yang caranya cukup ekspresif atau tidak.
“Karakter, di sisi lain, membutuhkan waktu lebih lama untuk dipecahkan. Itu mencakup sifat-sifat yang mengungkapkan diri mereka hanya dalam keadaan khusus—dan sering kali tidak biasa—, sifat-sifat seperti kejujuran, kebajikan, dan kebaikan hati.” ungkap Alex Lickerman, MD.