Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bagaimana Sebuah Buku Bisa Dapat Label Klasik?

novel 1984 (Pexels/Enes Sözen)

Kamu pasti sering dengar istilah buku atau novel klasik, kan? Tak sedikit yang menyederhanakan definisi klasik sebagai lawas, yakni dirilis ratusan atau puluhan tahun lalu. Tidak salah, tetapi tidak sepenuhnya betul.

Gelar klasik ternyata lebih kompleks dari yang kita kira. Ada masalah tema sampai pengaruh di sana. Sebenarnya, bagaimana sebuah buku bisa dapat label klasik? Jawabannya dijabarkan dalam 3 poin ini, nih!

1. Isu yang diangkat tak lekang oleh waktu

novel klasik The Secret Garden (Pexels/Leah Newhouse)

Klasik ternyata merujuk pada isu yang diangkat sebuah buku atau novel. Novel bisa dapat gelar klasik ketika isu yang mereka usung tak lekang oleh waktu, alias masih relevan dari zaman ke zaman. Misalnya, novel The Metamorphosis karya Franz Kafka yang bicara alienasi dan krisis identitas. Meski terbit pada 1915, kedua isu itu masih lekat dengan problem manusia yang hidup pada era modern alias ratusan tahun kemudian. 

Namun, klasik tidak selalu berarti lawas dan harus terbit ratusan tahun lalu. The Alchemist milik Paulo Coelho juga dapat label klasik karena relevansi isunya. Novel tersebut bicara soal penemuan jati diri, kebebasan memilih jalan hidup, dan kaitan erat antara mimpi dengan upaya. Lewat hikayat sederhananya, Coelho berhasil menginspirasi banyak orang dari beragam generasi. Namun, karena baru terbit pada 1988, The Alchemist sering dapat label klasik modern. 

2. Terus terbit dan dibaca dari waktu ke waktu

novel klasik Martin Eden (Pexels/Yasemin Gül)

Karena relevansi isu, biasanya novel klasik akan terus terbit dari zaman ke zaman. Tak heran kalau kamu bisa menemukan berbagai versi sampul novel klasik sejak pertama terbit. Apalagi bila hak cipta buku klasik tersebut sudah kedaluwarsa (misal karena penulis sudah meninggal lebih dari 70 tahun, buku terbit sebelum tahun tertentu sesuai peraturan yang berlaku di satu negara, dan lain sebagainua) karya sastra itu akan jadi domain publik dan bisa diakses siapa saja. Dalam artian, percetakan dan penjualannya dibebaskan tanpa ada kewajiban membayar royalti kepada penulis. 

Tentu tidak semua buku klasik adalah domain publik. Sebagian yang berlabel klasik modern belum memenuhi kriteria tersebut dan ketentuan jual belinya dilindungi undang-undang hak cipta. Intinya, saking laris dan tingginya permintaan untuk cetak ulang, kamu akan menemukan novel-novel tertentu terbit dari waktu ke waktu sehingga layak dapat label klasik. Pada era media sosial seperti sekarang, novel-novel itu bisa saja viral karena tanpa sengaja dipromosikan beberapa pemengaruh sekaligus dalam waktu bersamaan. 

3. Punya pengaruh dalam peradaban manusia

novel 1984 (Pexels/Edward Eyer)

Permintaan tinggi terhadap novel klasik menjelaskan besarnya pengaruh mereka terhadap peradaban manusia. Ini berkaitan erat dengan relevansi itu yang sudah dibahas pada poin pertama.

Novel bisa dapat label klasik karena mengingatkan kita sebagai pembaca kalau masih ada banyak hal yang tidak berubah dalam sejarah peradaban manusia. Contohnya, Animal Farm dan 1984 tulisan George Orwell yang membahas ketidakadilan sistemik dan keserakahan manusia.

Great Expectations milik Charles Dickens dan Memed, The Hawk karya Yaşar Kemal yang menyenggol opresi kelas. Rasa-rasanya isu-isu tadi sudah ada sejak lama, tetapi juga tak terselesaikan. Novel tadi akhirnya jadi bahan kontemplasi dan pengingat bagi umat manusia. Harapannya makin banyak yang membaca, makin banyak pula yang tersadar. Walaupun tetap sulit memang menentang sifat naluriah manusia yang cenderung merusak karena keserakahan dan egonya. 
 
Gaya penulisan dan bercerita yang top-notch jelas menentukan kelayakan sebuah buku jadi legenda, tetapi untuk gelar klasik ternyata ada beberapa kriteria tambahan. Relevansi isu dan perannya dalam peradaban manusia masuk di dalamnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us