Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Buku tentang Sisi Gelap di Balik Kekayaan, Bikin Sengsara!

film The Great Gatsby (dok. Warner Bros/The Great Gatsby)
film The Great Gatsby (dok. Warner Bros/The Great Gatsby)
Intinya sih...
  • Kekayaan bukanlah jawaban atas penderitaan, melainkan awal dari masalah yang jauh lebih kompleks dan menyakitkan.
  • Buku ini menggambarkan sisi kelam kehidupan para orang kaya, menunjukkan kehampaan saat semua sudah dimiliki dan tetap tidak cukup.
  • American Psycho & Washington Square mengungkap bagaimana kekayaan bisa merusak jiwa seseorang, serta betapa dinginnya kasih sayang yang dibayangi oleh uang.

Kekayaan sering digambarkan sebagai pintu menuju kebahagiaan, seperti hidup tanpa beban dan segala kemudahan dunia. Namun, banyak karya sastra justru menunjukkan sebaliknya, bahwa uang bisa menjadi sumber kekosongan, manipulasi, dan kehancuran. Kekayaan bukanlah jawaban atas penderitaan, melainkan awal dari masalah yang jauh lebih kompleks dan menyakitkan.

Lewat tokoh-tokoh yang tampak sempurna dari luar, kita diajak menyelami batin yang rapuh, ambisi yang membutakan, dan cinta yang kandas karena uang. Lima rekomendasi buku ini menggambarkan sisi kelam kehidupan para orang kaya. Ini bukan sekadar cerita tentang harta, tapi kehampaan yang muncul saat semua sudah dimiliki dan tetap tidak cukup.

1. American Psycho – Bret Easton Ellis

buku American Psycho (panmacmillan.com)
buku American Psycho (panmacmillan.com)

Buku ini jadi potret gelap dunia orang kaya yang kehilangan sisi kemanusiaannya. Patrick Bateman adalah pria sukses di Wall Street dengan penampilan sempurna dan gaya hidup mewah. Tapi di balik semua itu, ia adalah seorang pembunuh psikopat yang menikmati kekerasan brutal.

Kehidupan glamornya terasa hampa dan penuh kepalsuan, seakan-akan kekayaan justru memberinya ruang untuk melakukan kekejaman tanpa konsekuensi. Dengan gaya penulisan yang tajam dan satir, American Psycho mengungkap bagaimana kapitalisme ekstrem bisa merusak jiwa seseorang.

Bateman tampak seperti simbol dari masyarakat yang terlalu terobsesi pada citra dan kekuasaan, di mana empati tak lagi penting. Buku ini bukan hanya horor psikologis, tapi juga kritik sosial yang menyindir gaya hidup elit yang penuh kehampaan.

2. Washington Square – Henry James

buku Washington Square (penguinrandomhouse.com)
buku Washington Square (penguinrandomhouse.com)

Dalam novel klasik ini, Henry James menyoroti sisi manipulatif dari hubungan yang dibentuk oleh uang. Catherine Sloper adalah perempuan biasa yang jatuh cinta pada pria menawan bernama Morris Townsend. Namun sang ayah, Dr. Sloper, mencurigai bahwa Townsend hanya mengincar harta warisan Catherine dan mengancam akan mencoretnya dari wasiat jika ia tetap menikah.

Konflik dalam Washington Square bukan tentang cinta saja, tapi juga tentang kekuasaan dan betapa dinginnya kasih sayang yang dibayangi oleh uang. Bahkan ketika sang ayah terbukti benar, keteguhannya untuk memisahkan Catherine dari pria itu justru menghancurkan hubungan mereka. Di sini, kekayaan bukan membawa kebahagiaan, melainkan menjadi sumber kecurigaan.

3. Birnam Wood – Eleanor Catton

buku Birnam Wood (macmillan.com)
buku Birnam Wood (macmillan.com)

Novel ini menceritakan seorang miliarder misterius yang tampak seperti penyelamat lingkungan, tapi diam-diam memiliki rencana merusak. Ia menyasar sebuah tanah di New Zealand demi menambang mineral langka, meski ia sudah sangat kaya. Karakter ini menunjukkan bahwa bagi sebagian orang kaya, kekuasaan dan kontrol lebih menggoda daripada uang itu sendiri.

Cerita menjadi semakin tragis ketika sekelompok idealis muda percaya pada niat baik sang miliarder, hanya untuk menyadari bahwa mereka telah dimanfaatkan. Birnam Wood mengangkat paradoks dunia filantropi kapitalis di mana bantuan sering kali bertopeng niat tersembunyi. Uang bisa menciptakan citra kebaikan, tapi di baliknya ada eksploitasi dan ketamakan.

4. One's Company – Ashley Hutson

buku One’s Company (publishersweekly.com)
buku One’s Company (publishersweekly.com)

Bonnie Lincoln adalah perempuan pekerja rendah yang hidupnya berubah total setelah menang lotre. Alih-alih membagi rezekinya atau mencari kehidupan yang lebih berarti, ia malah membangun ulang set televisi jadul favoritnya, Three’s Company, dan mengasingkan diri dari dunia luar. Kekayaan yang ia peroleh justru memperdalam trauma dan isolasinya.

Hutson menghadirkan gambaran bagaimana uang bisa memperparah luka lama, bukan menyembuhkannya. Bonnie yang semula hanya merasa kesepian, kini hidup dalam fantasi yang ia ciptakan sendiri, menjauh dari realitas yang tidak ia percayai. Cerita ini menunjukkan bahwa kekayaan bukan solusi bagi jiwa yang terluka, uang bisa menjadi pelarian menuju kegilaan.

5. The Great Gatsby – F. Scott Fitzgerald

buku The Great Gatsby (britannica.com)
buku The Great Gatsby (britannica.com)

Jay Gatsby punya segalanya, yakni rumah mewah, pesta megah, dan kekayaan yang tak terhingga. Namun, di balik semua gemerlap itu, ia hanyalah pria kesepian yang terobsesi untuk merebut kembali cinta masa lalunya, Daisy Buchanan. Semua kekayaan yang ia kumpulkan hanyalah alat untuk mendapatkan kembali wanitanya itu, tapi upayanya berakhir tragis.

The Great Gatsby adalah kisah klasik tentang mimpi Amerika yang hampa. Fitzgerald menggambarkan bagaimana kehidupan elite bisa tampak memukau dari luar, tapi sebenarnya penuh kepalsuan dan kehampaan. Gatsby mungkin kaya, tapi ia tidak pernah benar-benar bahagia dan itulah ironi menyakitkan dari dunia yang menuhankan uang.

Kelima buku ini memperlihatkan bahwa kekayaan tidak selalu identik dengan kebahagiaan. Justru dalam banyak kasus, uang dan status sosial membuka jalan menuju kehancuran, kesepian, dan kegilaan. Jadi, apakah kekayaan benar-benar bisa menjamin hidup yang lebih baik?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us