Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi membaca buku untuk anak (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi membaca buku untuk anak (pexels.com/RDNE Stock project)

Intinya sih...

  • Orang dengan literasi rendah sulit membedakan informasi valid dan sensasi, menyebarkan kabar palsu, dan membentuk opini publik yang keliru.
  • Literasi rendah membuat seseorang kehilangan hak dasar, mudah dimanipulasi, pasrah saat dirugikan, dan kehilangan kekuatan untuk membela diri.
  • Kurangnya literasi finansial membuat orang mudah tergoda investasi bodong, terlilit utang, dan gak paham konsekuensi dari tanda tangan kontrak.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak yang mengira literasi itu cuma soal bisa baca dan tulis. Padahal, makna literasi jauh lebih luas, mulai dari kemampuan memahami informasi, berpikir kritis, sampai membuat keputusan bijak berdasarkan data dan fakta.

Ketika tingkat literasi rendah, dampaknya bisa terasa di banyak aspek kehidupan, dan sering kali gak disadari. Mulai dari salah ambil keputusan, gampang termakan hoaks, sampai terjebak dalam pola hidup yang gak sehat.

Berikut enam dampak nyata dari rendahnya literasi yang bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Wajib waspada biar gak ikut terjebak!

1. Mudah percaya hoaks dan informasi palsu

ilustrasi seseorang membuka sosial media saat lebaran (freepik.com/freepik)

Orang dengan literasi rendah biasanya sulit membedakan mana informasi valid dan mana yang cuma sensasi. Mereka cenderung menyebarkan kabar yang belum jelas kebenarannya karena gak terbiasa melakukan verifikasi atau membaca dari sumber yang kredibel.

Dampaknya bisa serius, dari menyebar ketakutan, membentuk opini publik yang keliru, sampai menimbulkan konflik sosial. Ini yang bikin penting banget untuk punya kemampuan baca kritis dan cek fakta.

2. Sulit memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara

ilustrasi seseorang marah akibat kolom komentar (pexels.com/Greta Hoffman)

Orang yang gak terbiasa membaca atau mencari informasi sering kali gak tahu hak dasar mereka. Mulai dari hak atas layanan publik, pendidikan, perlindungan hukum, sampai akses kesehatan.

Akibatnya, mereka bisa mudah dimanipulasi, gak protes saat dirugikan, dan pasrah dalam kondisi yang seharusnya bisa diperjuangkan. Literasi yang rendah bikin seseorang kehilangan kekuatan untuk membela dirinya sendiri.

3. Rentan terhadap jebakan finansial dan penipuan

ilustrasi hutang (freepik.com/rawpixel.com)

Kurangnya literasi finansial sering bikin orang gampang tergoda investasi bodong, pinjaman online ilegal, atau skema cepat kaya yang gak masuk akal. Mereka gak paham konsep dasar keuangan dan gak punya kebiasaan membaca syarat ketentuan dengan teliti.

Hasilnya bisa fatal, seperti terlilit utang, kehilangan tabungan, atau bahkan terkena jerat hukum karena gak tahu konsekuensi dari tanda tangan kontrak.

4. Gagal memahami informasi kesehatan yang penting

ilustrasi seseorang stres (pexels.com/Kelly)

Literasi rendah juga bikin seseorang sulit mencerna informasi medis atau kesehatan, termasuk cara pakai obat, jadwal imunisasi, atau pentingnya menjaga pola makan. Mereka bisa termakan mitos yang beredar, dan akhirnya mengambil keputusan yang salah untuk tubuh mereka sendiri.

Di masa pandemi kemarin, misalnya, banyak yang enggan divaksin karena lebih percaya kabar simpang siur daripada penjelasan tenaga medis. Ini salah satu contoh nyata dari bahayanya rendah literasi di bidang kesehatan.

5. Minim kemampuan adaptasi di dunia kerja modern

ilustrasi seseorang beradaptasi dengan teknologi (pexels.com/Kampus Production)

Dunia kerja sekarang butuh orang yang bisa belajar cepat, memahami instruksi, dan terbiasa dengan teknologi. Literasi yang rendah bikin seseorang kesulitan mengikuti perubahan, apalagi kalau mereka gak terbiasa membaca manual, mempelajari hal baru lewat tulisan, atau menyerap informasi lewat video edukatif.

Akibatnya, mereka tertinggal, sulit naik posisi, dan bahkan berisiko kehilangan pekerjaan karena dianggap gak kompeten.

6. Sulit membimbing atau mendidik anak dengan benar

ilustrasi belajar lewat film (freepik.com/freepik)

Orang tua yang literasinya rendah cenderung kesulitan menemani anak belajar, memilih sumber informasi yang tepat, atau menjelaskan hal-hal penting dengan benar. Padahal, pendidikan anak di rumah itu kunci utama pembentukan karakter dan kemampuan berpikir mereka.

Kalau orang tua gak bisa jadi contoh yang baik dalam hal membaca atau berpikir kritis, anak pun tumbuh dalam lingkungan yang kurang mendukung perkembangan intelektualnya.

Rendahnya literasi bukan masalah kecil. Dampaknya bisa menjalar ke banyak sisi kehidupan dan menahan seseorang dari berkembang secara maksimal. Itulah kenapa penting banget untuk terus mendorong budaya membaca, berpikir kritis, dan belajar sepanjang hayat.

Gak harus langsung jadi kutu buku, tapi cukup dengan membiasakan diri mencari informasi dari sumber tepercaya, berdiskusi, dan gak cepat percaya apapun yang kita lihat di internet. Dari langkah kecil itu, kita bisa membangun masyarakat yang lebih sadar, cerdas, dan siap menghadapi tantangan zaman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team