Contoh Cerita Fiksi: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Gaya Bahasa

Sudah tahu bedanya belum?

Di topik kali ini, kita bakal membahas contoh cerita fiksi nih, guys. Tetapi sebelum kita membahas lebih lanjut, kamu sudah paham belum dengan apa yang dimaksud dengan cerita fiksi dan bagaimana ciri-cirinya?

Tenang, jangan panik. IDN Times bakal membahas secara lengkap mengenai cerita fiksi. Mulai dari pengertian, ciri-ciri, hingga gaya bahasanya. Dariapada makin bingung, langsung simak pembahasannya sebagai berikut!

Pengertian dan Ciri-Ciri Cerita Fiksi

Contoh Cerita Fiksi: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Gaya Bahasailustrasi sekumpulan orang yang hobi membaca (pexels.com/cottonbro)

Cerita fiksi merupakan salah satu karya sastra yang bersifat imajinatif dan tidak ada sangkut pautnya dengan peristiwa nyata atau sebenarnya. Jadi, cerita fiksi dituliskan berdasarkan imajinasi si pengarang. Meskipun cerita tersebut berkaitan dengan sejarah, tetap akan dianggap cerita fiksi jika seluruh alur dan latarnya tidak didasarkan pada kejadian atau fakta yang ada di dunia nyata.

Berdasarkan dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa cerita fiksi memiliki beberapa ciri-ciri di antaranya seperti berikut:

  • Bersifat imajinatif
  • Memiliki gaya penceritaan yang cenderung deskriptif
  • Tidak memiliki nilai kebenaran karena tidak merujuk pada peristiwa yang aktual
  • Bahasa yang digunakan bersifat sugestif
  • Memiliki misi atau pesan tertentu

Gaya Bahasa Cerita Fiksi

Contoh Cerita Fiksi: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Gaya Bahasailustrasi menandai buku dengan sticky notes (pexels.com/cottonbro)

Terdapat beberapa ciri khas yang membedakan cerita fiksi dengan cerita lainnya, yakni penggunaan gaya bahasa. Cerita fiksi biasanya lebih banyak memakai tiga gaya bahasa berikut ini:

  • Metafora: Gaya bahasa yang sering menggunakan perumpamaan atau analogi untuk membandingkan dua objek atau lebih dengan sifat yang sama.
  • Metonimia: Gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan sesuatu dengan memakai ungkapan yang lain yang masih berkaitan atau serupa.
  • Simile: Gaya bahasa simile digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda  namun masih memiliki keterkaitan. Biasanya, simile menggunakan beberapa konjungsi seperti ibarat, bagai, laksana, selayaknya, dan masih banyak lainnya.

Baca Juga: 6 Buku Fiksi dan Non Fiksi Terbaik untuk Mengenal Ukraina

Contoh Cerita Fiksi Anak

Contoh Cerita Fiksi: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Gaya BahasaIDN Times/Fitang Budhi Adhitia

Pengembala yang Suka Berbohong

Di sebuah desa, hidup seorang bocah lelaki yang riang dengan ayahnya. Ayah anak laki-laki itu memberi tahu dia bahwa dia sudah cukup umur untuk mengawasi domba ketika mereka merumput di ladang.

Setiap hari, ia harus membawa domba-domba itu ke ladang berumput dan mengawasinya saat mereka merumput. Namun, bocah itu tidak bahagia dan tidak ingin membawa domba ke ladang.

Dia ingin berlari dan bermain, tidak menonton domba yang membosankan merumput di lapangan. Jadi, dia memutuskan untuk bersenang-senang.

Dia berteriak, “Serigala! Serigala!” sampai seluruh desa datang berlari membawa batu untuk mengusir serigala sebelum bisa memakan domba mana pun.

Ketika penduduk desa melihat bahwa tidak ada serigala, mereka bergumam tentang bagaimana bocah itu membuang waktu mereka.

Keesokan harinya, bocah itu berteriak sekali lagi, “Serigala! Serigala!” dan, sekali lagi, penduduk desa bergegas ke sana untuk mengusir serigala.

Bocah itu menertawakan ketakutan yang disebabkannya. Kali ini, penduduk desa pergi dengan marah.

Hari ketiga, ketika anak lelaki itu naik ke bukit kecil, tiba-tiba dia melihat serigala menyerang domba-dombanya.

Dia berteriak sekeras yang dia bisa, “Serigala! Serigala! Serigala! ”, Tetapi tidak ada satu pun penduduk desa yang datang untuk membantunya.

Penduduk desa berpikir bahwa dia mencoba membodohi mereka lagi dan tidak datang untuk menyelamatkannya atau domba-dombanya. Bocah itu kehilangan banyak domba pada hari itu, semua karena kejahilan dan sifatnya yang suka berbohong.

Contoh Cerita Fiksi Sejarah

Indonesia Merdeka

Namaku Ridho, saat itu usiaku masih 14 tahun. Tepatnya saat 17 Agustus 1945, bulan Ramadhan. Maka aku, ayah dan adikku keluar tempat tinggal  tanpa sarapan lantaran kami tengah menjalankan ibadah puasa. Kami ketika itu yang keluar tempat tinggal sekitar jam 09.00 pagi, tetapi tidak tidak bisa karena jalanan yang sangat sepi.

Sebetulnya diriku sekarang   sangat heran, namun aku  membisu dan akan terus berjalan mengikuti langkah ayahku. Ternyata, ayahku sudah membawa aku dan adikku menuju suatu tempat di Jalan Pegangsaan Timur angka  70. Disana banyaknya orang berkumpul, tentu saja itu membuat aku semakin bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Disana juga ada sejumlah pemuda yang tengah berbaris rapi dan terlihat tamu undangan yg duduk rapi berdasarkan kumpulan kursi yg sudah disediakan.  Sedangkan waktu keluar tempat berkumpul itu, ada pula warga  berdasarkan dari berbagai kalangan. Hampir semua warga  yang berkumpul di tempat itu membawa bambu runcing, sekop, parang, dan jenis alat lainnya yang bisa dijadikan sebagai senjata.

Semua benda dibawa oleh mereka seakan-akan mereka ingin menunjukkan tekad mereka untuk berani meninggal demi bisa mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Waktu itu, kami berjalan mendekat ke daerah tempat itu, maka semakin kentara terdengar seruan warga  yg sedang berteriak “Sekarang, Bung, Sekarang! Segera nyatakan dalam waktu ini, kini  pula bung”.

Tidak usang   kemudian, akhirnya berdasarkan tempat itu keluar 2 orang menggunakan kemeja putih rapihnya. Salah satu orang yang keluar itu membawa secarik kertas dan beliau sangat tegas, dia yg membacakan isi berdasarkan kertas isinya pernyataan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Mendengar bacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu diriku sangat terharu. Di usiaku yang ke 14 tahun ikut dan sebagai saksi bahwa negara tercinta sudah merdeka.

Contoh Cerita Fiksi Pendidikan

dm-player

Cita Cita Tinggi

Di Desa Cengal, Kuningan Jawa Barat, Ada tiga orang anak. yang bernama Udin, Nana, dan Edi. Udin adalah seorang yatim piatu, ia ditinggal ayahnya saat masih SD. Setelah lulus dari SMP, Udin dan Nana melanjutkan sekolah menuju jenjang SMA.

Karena desa mereka tidak ada SMA, maka mereka melanjutkan sekolah di SMA yang sangat jauh dari tempat tinggal mereka. Mereka harus menempuh perjalanan sekitar 50 km untuk sampai kesekolahan tersebut

Karena alasan jauhnya sekolah maka mereka memutuskan untuk mengontrak sebuah kosan yang jaraknya dekat dengan sekolah. Mereka mendaftar sekolah sendiri. Saat hari pertama masuk, mereka bertemu anak yang bernama Edi. Dari situlah awal persahabatan mereka.

Suatu sore, mereka bertiga bersama guru sastra dan teman-temannya, berkumpul di lapangan. Di sana guru mereka, Pak Abdullah, mengajarkan cara membuat kalimat yang indah. Salah satu kalimat yang tertanam di dalam pikiran mereka bertiga adalah kalimat.

“Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya sampai ke Prancis. Langkahkan kakimu di atas almamater suci tiada tara Sorbonne. Ikuti jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur, Montesquieu, dan Voltaire. Di sanalah orang belajar science, sastra dan seni hingga merubah peradaban…”.

Pada saat itulah tertanam motivasi dan harapan besar mereka, yaitu bersekolah ke Prancis! Mereka ingin menginjakkan kaki mereka di Universitas Sorbonne. Harapan dan motivasi itu menghantui mereka setiap hari.

Suatu malam, Udin dan kawan-kawannya berkumpul di teras kos mereka. Di depan kos mereka terdapat sebuah bioskop yang sudah tua. Namun, mereka belum pernah sama sekali masuk ke bioskop tersebut. Mereka takut untuk masuk ke dalam bioskop karena sekolah melarang untuk masuk ke bioskop. Apabila pihak sekolah mendapati salah satu siswa masuk kesana, mereka pasti dihukum.

Dan orang yang menghukum itu tidak lain adalah Pak Dadang, pendiri sekolah tersebut yang terkenal kejam. Ciri khas beliau menghukum, yaitu dengan mempermalukan seorang yang melanggar aturannya di depan umum. Suatu hari, petugas bioskop memasang sebuah poster yang menggambarkan tentang film yang akan diputar. Di poster itu tergambar seorang wanita dengan memakai busana yang minim bersama anjing pudelnya.

Dalam hati mereka, tetap timbul keinginan untuk masuk ke dalam bioskop tersebut. Namun untuk masuk ke dalam sana diperlukan sebuah cara agar pihak sekolah tidak mengetahuinya, karena mereka tahu bahwa aturan bioskop tersebut yakni anak sekolah dilarang masuk.

Saat itu, Edi berada di luar. Ia melihat sekelompok perempuan memakai jilbab masuk kedalam bioskop. Dari perhatiannya itu ternyata mendatangkan sebuah ide, yaitu masuk kedalam bioskop menggunakan jilbab. Ia pun langsung mengatakan kepada Udin dan dan Nana, idenya Edi diterima. Mereka bertiga memakai kerudung, lalu mereka masuk kesana dan upaya mereka berhasil. Akhirnya, mereka masuk di dalam bioskop untuk pertama kalinya.

Tiba-tiba lampu bioskop dimatikan. Tak lama kemudian film pun diputar. Suasana riuh menyelimuti bioskop tersebut. Namun saat adegan puncak, tiba-tiba film dihentikan dan lampu dinyalakan. Mereka bertiga pun kaget dan ternyata disana sudah ada ada Pak Dadang yang sedang berpatroli.

Mereka bertiga akhirnya tertangkap basah, Pak Dadang menghukum mereka dengan ciri khasnya. Setelah dihukum, mereka langsung disuruh pulang. Tidak hanya sampai disitu hukuman bagi meraka. Masih ada hukuman lain dari Pak Dadang yang akan di berikan di sekolah nanti.

Perasaan tidak nyaman menyelimuti mereka. Ternyata benar apa yang mereka duga, mereka dihukum di sekolah. Atas perbuatannya itu, Pak Dadang mengumpulkan seluruh murid dan menghukum mereka bertiga. Mereka disuruh melakukan adegan ulang apa yang mereka tonton. melihat hal tersebut banyak siswa lain yang terpingkal-pingkal melihat adegan mereka.

Saat pembagian rapor, hati Edi dan Nana gelisah tidak karuan. Mereka takut membuat kecewa sang ayah, karena peringkat mereka turun jauh. Tidak lama, Ayah Edi pun datang dengan baju batik. Seperti biasa, beliau mengucapkan salam kepada mereka. Lalu, langsung masuk ke dalam aula. Setelah selesai acara, beliau langsung menepuk punggung mereka berdua dengan halus dan setelah itu pulang.

Ayah Edi memang terkenal pendiam. Edi pun sadar atas kesalahannya dan langsung mengejar ayahnya. dan akhirnya berhasil menyusul ayahnya di atas Jembatan. Saat dia berlari di samping sepeda ayahnya. Sang ayah pun terkejut dan tersenyum. Sebuah senyum lembut yang menyatakan sebuah kebanggaan.

Tak terasa tiga tahun sudah lewat dan mereka sudah lulus, mereka bertiga pergi merantau ke Jakarta  berbekal ijazah SMA dan mencoba mencari pekerjaan. Setelah sekian lama mecari, akhirnya Udin mendapat pekerjaan di sebuah Kantor Pos yang ada di Jakarta dan Edi di Bandung. Setelah sekian lama tidak bertemu, akhirnya mereka bertiga bertemu lagi. Setelah itu, Udin mengundurkan diri dari Kantor Pos. Lalu, mereka pulang kampung untuk pertama kalinya. Mereka disambut hangat oleh keluarga di sana.

Berbulan-bulan Udin dan Edi menanti kepastian penguji beasiswa. Saat-saat yang di tunggu datang. Mereka bersama-sama membuka surat itu. Dan, mereka pun terbelalak melihat tulisan Universitas yang menerima mereka. Berulang-ulang, orag tua Nana mengucapkan “Alhamdulillah”.

Udin pun demikian, ia sangat bangga atas hasil yang diraihnya. Namun sepertinya Ia merasa ada yang kurang, karena tidak ada orang tua, karena Ia adalah yatim. Namun demikian indahnya, Tuhan bertahun-tahun telah memeluk mimpi-mimpi mereka dan telah menyimak harapan-harapan sepi dalam hati mereka karena di kertas itu tertulis Universitas yang menerima mereka, disana tertulis: Universite de Paris, Sorbonne, Prancis.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Drama dengan Cerita Karakter Masuk ke Dunia Fiksi 

Contoh Cerita Fiksi Rakyat

Lutung Kasarung

Pada zaman dahulu, hiduplah dua orang putri yang tinggal di Kerajaan Pasundan. Mereka berdua bernama Purbararang dan Purbasari. Keduanya memiliki wajah yang sangat cantik serta memiliki warna kulit yang sangat putih.

Setelah sang raja atau ayah mereka meninggal, Purbasari diperintahkan untuk menggantikan ayahnya menduduki takhtanya. Mendengar hal itu, Purbararang merasa sangat iri dan memiliki keinginan untuk mencelakai Purbasari.

Kemudian, ia memutuskan untuk menemui seorang nenek sihir agar dapat mengutuk adiknya, Purbasari. Oleh karena itu, wajah dan tubuh dari Putri Purbasari berubah menjadi bertotol-totol hitam.

Hal ini kemudian dijadikan satu di antara alasan oleh Putri Purbararang untuk mengusirnya ke sebuah hutan sehingga takhtanya berhasil pindah ke tangan Putri Purbararang.

Selama Putri Purbasari tinggal di hutan, ia berteman dengan seekor kera yang memiliki bulu berwarna hitam. Kera tersebut diberi nama Lutung Kasarung oleh Putri Purbasari. Kera tersebut sangat perhatian dan juga menyayangi Putri Purbasari.

Untuk membantu menyembuhkan kulit wajah dan tubuh Purbasari, Lutung tersebut bersemedi di tempat yang sepi saat bulan purnama tiba. Tak lama kemudian, terbentuklah sebuah telaga kecil yang airnya sangat jernih.

Lutung pun bergegas untuk menemui Purbasari dan memintanya mandi di telaga tersebut. Hebatnya, air telaga tersebut dengan sekejap mampu mengembalikan kecantikan Purbasari.

Wajah dan kulit tubuh Purbasari pun akhirnya bisa kembali seperti semula, yaitu putih dan juga cantik. Mendengar bahwa adiknya sudah kembali cantik, Purbararang pun merasa cemas.

Ia sangat khawatir jika adiknya akan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik dia. Kemudian, ia memutuskan untuk menemui adiknya dan mengajaknya beradu ketampanan dari tunangan masing-masing untuk memperebutkan kursi raja tersebut.

Sekarang giliran Purbasari yang menunjukkan Lutung Kasarung sebagai tunanganya. Lantas, kakaknya pun menertawakannya dan merasa tunanganya itu lah yang lebih tampan dari seekor kera.

Saat itu juga, Lutung Kasarung langsung berubah ke wujud aslinya yang sangat tampan dan gagah, ternyata ia adalah seorang pangeran. Purbararang pun akhirnya mengakui kekalahannya dan menyerahkan takhta tersebut kepada adiknya.

Itulah contoh cerita fiksi disertai dengan pengertian, ciri-ciri, dan gaya bahasa yang perlu kamu ketahui. Selanjutnya mau bahas topik apa lagi, nih?

Baca Juga: 10 Serial Fiksi Ilmiah dengan Alur Cerita Mind Blowing, Ada Severance

Topik:

  • Dinda Trisnaning Ramadhani
  • Yunisda D
  • Indra Zakaria
  • Stella Azasya

Berita Terkini Lainnya