Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hari Pramuka Dunia dan Indonesia, Apa Perbedaannya?

pexels-nasirun-khan-102497153-15164771.jpg
Ilustrasi Pramuka (pexels.com/Photo by Nasirun Khan)

Hari Pramuka merupakan momen penting yang dirayakan oleh para anggota gerakan kepanduan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Meskipun sama-sama bertujuan untuk memperingati semangat kepramukaan, tanggal perayaan Hari Pramuka di Indonesia dan dunia ternyata berbeda.

Hal ini menandakan adanya sejarah dan latar belakang yang unik di masing-masing negara. Berikut ini perbedaan Hari Pramuka dunia dan Indonesia seperti yang telah dirangkum dari berbagai sumber.

1. Perbedaan secara tanggal

pexels-naufalassalam3-9350186.jpg
Ilustrasi Hari Pramuka (pexels.com/Photo by Naufal Fawwaz Assalam)

Mengutip laman Pramuka, peringatan Hari Pramuka di Indonesia jatuh setiap tanggal 14 Agustus. Tahun ini adalah peringatan yang ke-64, dengan membawa tema “Kolaborasi untuk Membangun Ketahanan Bangsa”. Tema ini menegaskan bahwa Gerakan Pramuka akan fokus pada kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak.

Hal ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan. Baik itu dari sisi sosial, ekonomi, maupun lingkungan, mencerminkan peran Pramuka sebagai agen perubahan positif dan pilar kekuatan bangsa yang terus relevan.

Sementara itu, Hari Pramuka Dunia atau internasional jatuh pada tanggal 22 Februari. Tentu saja peringatan ini dilaksanakan oleh seluruh asosiasi Pramuka di dunia, termasuk Indonesia. Tujuannya adalah untuk memperingati Bapak Kepanduan/Pramuka Dunia, yakni Baden Powell.

Sementara itu, sebutan nama gerakan Kepanduan Indonesia adalah Pramuka yang merupakan akronim dari Praja Muda Karana. Artinya adalah orang muda yang suka berkarya. Sedangkan gerakan Kepanduan Dunia memiliki sebutan Boy Scout.

2. Sejarah berdirinya masing-masing

septian-akbar-XLYUvuzzz8M-unsplash.jpg
Ilustrasi Pramuka (unsplash.com/septian akbar)

Tak hanya secara tanggal, sejarah berdirinya Pramuka di Indonesia dan dunia pun berbeda. Mengutip laman Scout, awal mulanya kepramukaan berawal sebagai program untuk anak laki-laki berusia 11 hingga 18 tahun. Pada tahun 1907, perkemahan pertama dilakukan secara ‘eksperimental’ oleh letnan jenderal militer Inggris, Robert Baden-Powell bersama 20 anak laki-laki di Pulau Brownsea, Britania Raya.

Perkemahan yang diselenggarakan Baden Powell pun sukses besar. Lalu pada tahun 1908, Baden Powell menerbitkan buku berjudul “Scouting for Boys” yang saat itu menjadi viral dan telah terjual lebih dari 100 juta eksemplar. Setelah itu, buku tersebut mulai meluas dengan diterjemahkan ke dalam lima bahasa dan mulai berkembang menjadi "The Boy Scouts" atau Pramuka putra.

Lalu pada tahun 1910, Baden Powell memulai Pramuka putri di bawah kepemimpinan adik perempuannya, Agnes. Pada tahun 1920 diadakanlah Jambore Dunia pertama yang dilaksanakan di Olympia Hall, London. Baden Powell mengundang Pramuka dari 27 negara untuk ikut serta dalam acara tersebut. Pada saat itu, Baden Powell juga diangkat sebagai Bapak Pandu Sedunia atau Chief Scout of The World.

Sementara itu untuk Hari Pramuka di Indonesia, sudah ada sejak zaman Hindia-Belanda. Masih mengutip laman Pramuka, pada tahun 1912 dimulai latihan kelompok pandu di Batavia (Jakarta), yang kemudian menjadi cabang dari Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO). Dua tahun kemudian cabang tersebut berkembang menjadi Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda.

Pada saat itu, sebagian besar anggota NIPV adalah keturunan Belanda. Lalu, pada 1916 berdiri suatu organisasi kepanduan yang merupakan pandu-pandu bumiputera. Mereka adalah Mangkunegara VII, pemimpin Keraton Solo yang membentuk Javaansche Padvinders Organisatie.

Setelah itu muncul organisasi kepanduan berbasis agama, kesukuan dan lainnya. Antara lain adalah Padvinder Muhammadiyah (Hizbul Wathan), Nationale Padvinderij, Syarikat Islam Afdeling Pandu, Kepanduan Bangsa Indonesia, Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie, Pandu Indonesia, Padvinders Organisatie Pasundan, Pandu Kesultanan, El-Hilaal, Pandu Ansor, Al Wathoni, Tri Darma (Kristen), Kepanduan Asas Katolik Indonesia, dan Kepanduan Masehi Indonesia.

Kepanduan yang ada di Hindia-Belanda ternyata berkembang cukup baik hingga menarik perhatian Baden Powell. Dia bersama istrinya, Lady Baden-Powell dan anak-anaknya pun mengunjungi organisasi kepanduan di Batavia, Semarang, dan Surabaya, pada awal Desember 1934. Para pandu di Hindia-Belanda pun juga mengikuti Jambore Kepanduan Sedunia.

Singkat cerita, Pramuka di Indonesia pun terus berkembang hingga pada tanggal 27-29 Desember 1945, berlangsung Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia di Surakarta. Kongres ini menghasilkan Pandu Rakyat Indonesia sebagai satu-satunya organisasi kepramukaan di Indonesia.

Presiden Soekarno bersama Sri Sultan Hamengku Buwono IX, saat itu merupakan Pandu Agung, dan menggagas peleburuan berbagai organisasi kepanduan dalam satu wadah. Lalu pada 9 Maret 1961 diresmikan nama Pramuka dan menjadi Hari Tunas Gerakan Pramuka. Pada 20 Mei 1961, diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka dan momen tersebut dikenal sebagai Hari Permulaan Tahun Kerja.

Pada 20 Juli 1961, para wakil organisasi kepanduan Indonesia mengeluarkan pernyataan di Istana Olahraga Senayan, untuk meleburkan diri ke dalam organisasi bernama Gerakan Pramuka. Setelah itu, pada 14 Agustus 1961, Gerakan Pramuka diperkenalkan secara resmi kepada masyarakat luas dalam suatu upacara di halaman Istana Negara.

3. Logo Pramuka Indonesia dan dunia

logo.png
Logo Hari Pramuka 2025 (dok. pramuka.or.id)

Logo Pramuka Indonesia dan dunia juga berbeda. Untuk logo Pramuka di Indonesia berupa tunas kelapa, yang telah ditetapkan dalam SK Kwarnas Nomor 06/KN/72 tentang Lambang Pramuka. Lambang ini dipilih karena tunas kelapa bisa tumbuh di berbagai jenis tanah, yang diharapkan anggota Pramuka di Indonesia bisa beradaptasi di mana pun mereka berada.

Sementara untuk logo Pramuka Dunia berupa tiga kelopak bunga lili berwarna putih dengan latar warna ungu. Lambang tersebut menggambarkan tiga janji, yakni kewajiban kepada Tuhan, pelayanan kepada sesama manusia, dan kepatuhan kepada hukum Kepanduan.

Mengetahui perbedaan Hari Pramuka dunia dan Indonesia bukan hanya sekadar memahami tanggal, tetapi juga mengenali sejarah dan nilai-nilai yang dibawa oleh masing-masing peringatan. Baik Hari Pramuka Indonesia maupun Hari Pramuka Dunia sama-sama mengajarkan pentingnya kedisiplinan, kepedulian, dan semangat kebersamaan dalam membentuk generasi muda yang tangguh dan berkarakter.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
Delvia Y Oktaviani
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us