“Peran hukum sangat penting dalam memastikan transisi energi berjalan adil, transparan, dan berkelanjutan,” ujarnya, dalam rilis yang diterima IDN Times.
Inovasi 3 Mahasiswi Penerima Beasiswa Bakti Indonesia SHSI Prasmul

- Para mahasiswi SHSI Prasmul melakukan penelitian tentang penguatan kebijakan energi bersih di Indonesia, dengan fokus pada pembentukan badan regulator energi independen.
- Kolaborasi akademik menekankan pentingnya peran hukum dalam memastikan transisi energi berjalan adil, transparan, dan berkelanjutan.
- Tim SHSI Prasmul meraih predikat "Elaborasi Data Terbaik" dalam ajang Call for Paper Domus Legalis Cogigatio Journal, mengukuhkan posisi mereka sebagai ruang pembelajaran yang mendorong mahasiswanya berpikir kritis dan berkontribusi bagi masa depan yang lebih hijau.
Di tengah tantangan transisi menuju energi bersih, peran generasi muda menjadi semakin vital dalam melahirkan solusi yang berkelanjutan dan berkeadilan. Di Universitas Prasetiya Mulya, semangat tersebut terwujud melalui karya tiga mahasiswi penerima Beasiswa Bakti Indonesia dari Sekolah Hukum dan Studi Internasional (SHSI), yang sukses membawa gagasan baru bagi masa depan kebijakan energi nasional.
Mereka adalah Dewi Elvani Lumban Gaol, Aprilia Eukarista Paskaria, dan Lusia Marselina Mbu Pake, bersama Ulya Yasmine Prisandani, Wakil Dekan SHSI sekaligus anggota tim riset. Melalui kolaborasi lintas bidang yang berangkat dari ruang akademik, tim ini menjadikan hukum bukan sekadar instrumen pengatur, tetapi juga alat perubahan sosial.
Keterlibatan mereka dalam ajang Call for Paper Domus Legalis Cogigatio Journal, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, pada Agustus–September 2025, menjadi bukti nyata kontribusi sivitas akademika Prasmul dalam memperkuat kebijakan energi bersih di Indonesia. Yuk, simak ulasan lengkapnya di bawah!
1. Mendorong regulasi energi bersih berbasis ilmu dan data

Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar mencapai 3.686 gigawatt (GW) menurut data Kementerian ESDM. Namun, pemanfaatannya baru sekitar 15,2 GW, atau hanya 0,4 persen dari total potensi yang tersedia. Ketimpangan ini menunjukkan masih terbukanya peluang bagi penguatan kebijakan yang mendorong akselerasi transisi energi.
Melihat kondisi tersebut, para mahasiswi SHSI Prasmul melakukan penelitian berjudul “Strengthening the Role of Indonesian Stakeholders in Energy Incentive: A Comparative Study with UK Law”. Melalui studi komparatif dengan Inggris, riset ini menyoroti pentingnya pembentukan badan regulator energi independen untuk memperkuat tata kelola, transparansi, serta efektivitas pemberian insentif energi terbarukan. Gagasan ini diharapkan mampu menjadi pijakan bagi pembuat kebijakan untuk mempercepat langkah menuju ekonomi hijau.
2. Kolaborasi akademik untuk masa depan energi berkeadilan

Dalam riset ini, Ulya Yasmine Prisandani menekankan pentingnya peran hukum dalam mengawal transisi energi yang adil dan berkelanjutan. Menurutnya, penguatan aspek hukum bukan hanya soal regulasi, tetapi juga tentang membangun sistem yang memastikan setiap pihak; pemerintah, swasta, hingga masyarakat, dapat berkontribusi dalam ekosistem energi bersih.
Senada dengan itu, Dewi Elvani Lumban Gaol menambahkan bahwa penelitian ini mencerminkan semangat kampus dalam menghadirkan dampak nyata melalui pendidikan. Pendekatan ini menunjukkan bagaimana pendidikan hukum modern dapat menjadi fondasi bagi inovasi kebijakan publik yang lebih visioner.
“Di Prasmul, kami tidak hanya belajar teori hukum, tapi juga diarahkan untuk melihat bagaimana kebijakan bisa berperan dalam pembangunan berkelanjutan,” ungkapnya.
3. Capaian akademik yang menginspirasi

Dari riset tersebut, tim SHSI Prasmul berhasil meraih predikat “Elaborasi Data Terbaik” dalam ajang Call for Paper Domus Legalis Cogigatio Journal. Penghargaan ini menjadi pengakuan atas kualitas riset berbasis data yang solid dan relevan dengan kebutuhan kebijakan nasional. Lebih dari sekadar pencapaian akademik, keberhasilan ini juga mencerminkan konsistensi Prasmul dalam mendorong riset yang berorientasi pada solusi nyata bagi masyarakat.
Bagi Dewi dan rekan-rekannya, penghargaan ini bukan akhir dari perjalanan, melainkan titik awal untuk terus berkontribusi. Komitmen tersebut mempertegas posisi SHSI Prasmul sebagai ruang pembelajaran yang mendorong mahasiswanya berpikir kritis, berkolaborasi, dan berkontribusi bagi masa depan yang lebih hijau.
“Kami berharap penelitian ini tidak berhenti di atas kertas, tapi menjadi referensi nyata bagi pembuat kebijakan dan masyarakat,” pungkas Dewi.
Inovasi yang lahir dari tiga mahasiswi penerima Beasiswa Bakti Indonesia ini menjadi bukti bahwa generasi muda memiliki peran strategis dalam menjembatani ilmu pengetahuan dengan kebutuhan kebijakan publik. Melalui riset yang terukur dan kolaborasi lintas disiplin, mereka menunjukkan bahwa kontribusi terhadap masa depan energi bersih bisa dimulai dari ruang kelas. Dengan dukungan SHSI Prasmul, semangat “dari kampus untuk bumi” kini bukan sekadar slogan, melainkan langkah nyata menuju Indonesia yang berkelanjutan dan berdaya saing global.


















