ilustrasi siswa SD (unsplash.com/Syahrul Alamsyah Wahid)
Tri memandang pencapaian ini bukanlah tujuan akhir. Perubahan yang benar-benar berdampak adalah ketika ia melihat pada wajah-wajah kecil yang kini lebih suka membaca, lebih aktif berimajinasi, dan lebih gigih belajar.
Partisipasi di SDN Tambakrejo 01 bukan sekadar slogan, melainkan diwujudkan melalui aksi nyata. Guru-guru yang terus belajar tanpa lelah, siswa yang giat membaca dan menulis, orangtua yang turut andil membangun pojok baca, serta kepala sekolah yang tak henti menyalakan semangat perubahan, semuanya bergerak seirama untuk merajut masa depan anak-anak, meski dalam keterbatasan.
Hari ini, SDN Tambakrejo 01 mungkin masih tampak sederhana di pinggiran kota. Namun, siapa pun yang masuk ke dalamnya akan merasakan bahwa di balik dinding-dinding itu tumbuh mimpi dan harapan yang besar.
“Buat kami, buku digital ini membuatnya aman dari banjir, tetapi lebih dari itu. Cara ini memastikan setiap karya anak tetap tersimpan dan bermanfaat bagi generasi berikutnya,” pungkas Tri.
Di tengah keterbatasan dan kesulitan akibat banjir yang kerap datang, Tri Sugiono menunjukan bahwa literasi bisa tetap tumbuh. Dari sudut-sudut baca digital sederhana, anak-anak Tambakrejo kembali membuka jendela dunia mereka.