Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Jejak Karbon Digital, Berikut 6 Faktanya!

ilustrasi jejak karbon digital (pexels.com/Castorly Stock)

Di era digital seperti sekarang, hampir semua aktivitas manusia bergantung pada teknologi. Mulai dari mengirim pesan, menonton video, bekerja secara daring, hingga menyimpan data di cloud, semuanya memiliki dampak terhadap lingkungan.

Namun, tahukah kamu, bahwa setiap kali kita menggunakan internet, ada jejak karbon yang dihasilkan. Inilah yang disebut dengan jejak karbon digital, yaitu emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari penggunaan perangkat elektronik dan infrastruktur digital.

Meskipun tidak terlihat secara langsung, dampaknya cukup signifikan terhadap lingkungan. Sebuah penelitian dari The Shift Project mengungkapkan bahwa sektor digital bertanggung jawab atas lebih dari 4 persen emisi karbon global, dengan pertumbuhan yang terus meningkat setiap tahunnya. Dengan semakin banyaknya pengguna internet dan berkembangnya teknologi, penting bagi kita untuk memahami lebih dalam tentang jejak karbon digital serta bagaimana cara menguranginya. Yuk simak 6 faktanya di bawah!

1.Apa itu jejak karbon digital?

ilustrasi jejak karbon digital (pexels.com/Torsten Dettlaff)

Jejak karbon digital adalah jumlah emisi karbon dioksida (CO₂) yang dihasilkan dari aktivitas digital, baik yang dilakukan oleh individu maupun perusahaan. Setiap kali kita mengakses internet, mengirim email, atau melakukan panggilan video, server dan pusat data bekerja untuk memproses serta menyimpan data tersebut. Server ini membutuhkan energi dalam jumlah besar, yang sebagian besar masih bergantung pada bahan bakar fosil.

Menurut laporan International Energy Agency (IEA), pusat data dan jaringan komunikasi menyumbang sekitar 1 persen dari total konsumsi listrik global atau setara dengan seluruh konsumsi listrik negara seperti Australia. Selain itu, produksi perangkat elektronik seperti smartphone, laptop, dan server juga menambah jejak karbon digital karena melibatkan ekstraksi bahan tambang, proses manufaktur, dan distribusi yang memakan energi besar.

2.Aktivitas yang menimbulkan jejak karbon digital

ilustrasi aktivitas yang menimbulkan jejak karbon digital (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Setiap aktivitas online yang kita lakukan memiliki dampak lingkungan, meskipun tidak terlihat secara langsung. Contohnya, melansir laman International Energy Agency, satu pencarian di Google menghasilkan sekitar 0,2 gram CO₂, sedangkan menonton video YouTube selama satu jam dapat menghasilkan sekitar 36 gram CO₂ yang setara dengan menyalakan lampu LED selama dua hari.

Bahkan, layanan streaming seperti Netflix menyumbang jejak karbon yang cukup besar. Menurut analisis dari The Shift Project, menonton film HD selama satu jam dapat menghasilkan hingga 100 gram CO₂, tergantung pada sumber listrik yang digunakan oleh server penyedia layanan.

Selain itu, penyimpanan file di cloud juga berdampak pada emisi karbon karena data harus disimpan di pusat data yang terus-menerus beroperasi. Semakin banyak email, foto, atau dokumen yang kita simpan di cloud, semakin tinggi pula konsumsi energi yang dibutuhkan untuk menyimpannya.

3.Dampak dari adanya jejak karbon digital

ilustrasi dampak jejak karbon digital (pexels.com/Mark Neal)

Jejak karbon digital berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim. Emisi karbon yang dihasilkan dari sektor digital meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, yang menyebabkan kenaikan suhu global.

Dilansir laman World Bank, sektor digital menyumbang sekitar 4 persen dari total emisi gas rumah kaca global, lebih tinggi dibandingkan industri penerbangan sebelum pandemi. Selain itu, produksi perangkat elektronik juga berdampak pada eksploitasi sumber daya alam.

Misalnya, pertambangan logam tanah jarang seperti litium dan kobalt untuk baterai perangkat digital dapat menyebabkan deforestasi serta pencemaran lingkungan. Dampak lain yang sering diabaikan adalah e-waste atau limbah elektronik. Setiap tahun, dunia menghasilkan lebih dari 50 juta ton limbah elektronik, dan hanya sekitar 20 persen yang didaur ulang dengan benar.

4.Solusi untuk mengurangi jejak karbon digital

ilustrasi solusi untuk mengurangi jejak karbon digital (pexels.com/ready made)

Mengurangi jejak karbon digital bukanlah hal yang mustahil. Salah satu langkah sederhana yang bisa dilakukan adalah menghapus email atau file yang tidak diperlukan dari cloud untuk mengurangi beban server. Menggunakan mode hemat daya pada perangkat elektronik juga dapat mengurangi konsumsi energi.

Selain itu, melansir laman Ecosia, memilih mesin pencari yang ramah lingkungan seperti Ecosia, yang menggunakan sebagian pendapatannya untuk menanam pohon juga dapat membantu mengimbangi emisi karbon. Jika memungkinkan, kita juga bisa menggunakan perangkat elektronik lebih lama sebelum menggantinya dengan yang baru, serta memilih perangkat dengan konsumsi daya yang lebih efisien. Perusahaan teknologi juga mulai berkontribusi dalam mengurangi jejak karbon, misalnya dengan menggunakan energi terbarukan untuk pusat data mereka.

5.Teknologi hijau untuk mengurangi jejak karbon digital

ilustrasi teknologi hijau untuk mengurangi jejak karbon digital (pexels.com/panumas nikhomkhai)

Perusahaan teknologi mulai mengembangkan solusi inovatif untuk mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas digital. Misalnya, dilansir laman Deployflow, Google akan menggunakan 100 persen energi terbarukan untuk pusat datanya, sementara Microsoft berkomitmen untuk menjadi perusahaan carbon negative pada 2030.

Selain itu, pengembangan chip hemat energi seperti Apple Silicon dan prosesor berbasis ARM telah membantu mengurangi konsumsi daya perangkat elektronik. Di sisi lain, konsep komputasi awan hijau (green cloud computing) semakin berkembang, di mana pusat data menggunakan sistem pendinginan alami dan energi terbarukan untuk mengurangi konsumsi listrik. Perusahaan seperti Amazon dan Facebook juga mulai membangun data center di daerah dengan suhu dingin alami seperti Nordik untuk mengurangi kebutuhan pendinginan buatan.

6.Negara dengan jejak karbon digital tertinggi

ilustrasi negara China dengan jejak karbon digital tertinggi (pexels.com/Ágoston Fung)

Beberapa negara memiliki kontribusi besar terhadap jejak karbon digital, terutama karena tingginya konsumsi data dan ketergantungan pada pusat data. Dilansir laman GreenMatch, China merupakan negara dengan jejak karbon digital tertinggi di dunia, mengingat jumlah pengguna internetnya yang mencapai lebih dari 1 miliar orang serta banyaknya pusat data yang masih bergantung pada batu bara.

Amerika Serikat menempati peringkat kedua dengan industri teknologi besarnya, seperti Google, Amazon, dan Meta yang memiliki pusat data raksasa. India juga mengalami peningkatan jejak karbon digital karena pertumbuhan pengguna internet yang pesat dan infrastruktur digital yang berkembang. Negara-negara ini mulai beralih ke energi terbarukan untuk mengurangi dampak emisi dari sektor digital, tetapi tantangan masih tetap ada terutama dalam transisi ke sumber energi yang lebih bersih.

Jejak karbon digital mungkin tidak terlihat secara langsung, tetapi dampaknya terhadap lingkungan sangat nyata. Dari konsumsi listrik pusat data hingga limbah elektronik, sektor digital memiliki kontribusi besar terhadap emisi karbon global. Namun, dengan langkah-langkah kecil seperti mengurangi penggunaan cloud yang berlebihan, mengoptimalkan perangkat elektronik, serta mendukung teknologi hijau, kita bisa membantu mengurangi jejak karbon digital.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us