IDN Times Xplore/SANKIS_SMAN 1 Rembang
Di tengah krisis lingkungan yang semakin mendesak, generasi muda di tuntut ikut andil dalam menyelamatkan bumi. Salah satu isu yang kian hari semakin mendesak yaitu krisis air bersih. Pernyataan ini semakin diperkuat dengan adanya laporan dari PBB, sekitar 2,2 miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki akses terhadap air minum yang layak dan aman. Pertumbuhan populasi, iklim yang tak stabil dan bahkan ketidak keberlanjutannya pengeksploitasian sumber daya alam yang semakin memperparah krisis ini. Dengan adanya konteks ini, edukasi dan teknologi merupakan obat ampuh yang dapat menyadarkan generasi muda dan ikut andil dalam upaya pelestarian lingkungan, terkhusus dalam pengelolaan sumber daya air.
Kekurangan air bersih ini bukan hanya masalah local saja melainkan masalah yang sudah merambat lingkup global yang pastinya berdampak pada Kesehatan, Pendidikan, dan khususnya berimpact besar ke kesejahteraan masyarakatnya. Sekitar 829.000 anak dibawah usia lima tahun meninggal setiap tahunnya akibat diare yang disebabkan oleh air yang tidak bersih dilansir menurut laporan Unicef dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Di banyak negara khususnya negara berkembang, akses air bersih semakin sulit ketimbang dalam memperoleh emas dan nikel yang melimpah ruah, terutama di daerah pedesaan dan perkotaan yang kumuh. Hal ini didasari studi kasus, sebagai contoh di India lebih dari 600 juta orang dan 200 juta orang menghadapi tekanan air yang tinggi dan memerlukan waktu berjam-jam demi mendapatkan air bersih setiap harinya.
Di kalangan elit global investasi air telah menjadi topik hangat. Banyak milader dan perusahaan besar berinvestasi dengan membeli lahan yang memiliki sumber air, menganggap sebagai aset langka dan strategis di masa depan. Laporan Eco HQ tahun 2025 menunjukkan para elit saling bersaling dalam memperebutkan pembelian hak atas air dan memperdagangkannya di bursa, sama halnya dengan perdagangan komoditas gandum atau minyak. Dalam konteks ini semakin memperkuat fakta bahwa air bukan hanya sumber kehidupan yang dianggap sepele dalam penggunaan setiap harinya tetapi juga bisa menjadi komoditas yang bernilai miliaran dolar.
Perusahaan-perusahaan seperti Nestle dan Coca-Cola di Amerika Serikat telah terlibat dalam kontraversi terkait pengambilan dari air sumber lokal, hal ini malah justru diabaikan dan menganggap remeh kebutuhan masyarakat setempat. Sebagai contoh di California perusahaan-perusahaan ini dituduh mengeksploitasi sumber daya air di tengah kekeringan yang berkepanjangan melanda yang mengakibatkan berdampak pada petani kecil dan komunitas lokal.
Dengan berkembang pesatnya teknologi, apalagi sekarang genarasi muda sudah tidak diherankan lagi pintar dan maju dengan teknologi, teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk inovasi mengatasi masalah ini. Pemantauan kualitas air, desalinasi air laut dan sistem irigasi pintar. Teknologi alternatif ini bisa sebagai pertimbangan dalam membantu mengelola sumber daya air dengan lebih efisien dan efektif. Menurut Internasioanal Renewable Energy Agency (IRENA), teknologi dalam pengelolaan air penggunaanya dapat meningkatkan aksesibilitas dan mengurangi pemborosan air bersih. Misalnya, sistem irigasi pintar yang menggunakan sensor untuk memantau kelembapan tanah dapat mengurangi penggunaan air hingga 50%, yang sangat penting di daerah yang mengalami kekeringan.
Edukasi juga sangat penting dalam membangun kesadaran akan pentingnya pengelolaan air yang berkelanjutan. Program-program pendidikan yang mengajarkan tentang keberlanjutan, pengelolaan sumber daya alam, dan dampak perubahan iklim dapat membekali generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan. Sebuah studi oleh UNESCO menunjukkan bahwa pendidikan lingkungan dapat meningkatkan kesadaran dan tindakan pro-lingkungan di kalangan siswa. Di Finlandia, misalnya, kurikulum pendidikan lingkungan telah berhasil meningkatkan kesadaran siswa tentang isu-isu keberlanjutan dan mendorong mereka untuk terlibat dalam proyek-proyek pelestarian lokal.
Dengan tantangan yang semakin kompleks, generasi muda memiliki tanggung jawab untuk berperan aktif dalam menyelamatkan bumi. Melalui edukasi dan teknologi, mereka dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam mengatasi krisis air bersih dan masalah lingkungan lainnya.