Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.
Halo teman-teman! 👋
Selamat datang di mading kami berjudul Langkah Hari Ini Berdampak Esok Hari. Lewat mading ini, kami ingin mengajak seluruh siswa untuk lebih peduli pada lingkungan sekolah 🌱 dan bersama-sama melakukan aksi nyata berkelanjutan 💡.
Guru Pembimbing: Joko Wihadi
Penulis: Zahia Jauzany Barcalista
Desainer: Salwa Azzahra, Zahia Jauzany Barcalista, Annisa Amelia Eka Putri, Dera Puspita Anggraini Wijaya
Fotografer & Editor: Ahmad Fadyl Perdana Ishak, Muhammad Dwiki Irhamsyah
Karya ini dibuat untuk keperluan Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.
[MADING] Langkah Hari Ini Berdampak Esok Hari

Esai: Latar Belakang
Sore hari selepas aktivitas belajar mengajar di sekolah usai, para petugas kebersihan mulai mengangkut tempat sampah yang tersebar di berbagai sudut sekolah. Hampir seluruh tempat sampah tampak penuh dengan berbagai jenis sampah, bahkan ada yang sudah melebihi kapasitas. Hal ini tentu membuat lingkungan sekolah terlihat kotor dan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi warga sekolah dalam beraktivitas.
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2023, per 24 Juli 2024 hasil input dari 290 kab/kota di Indonesia mencatat jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 31,9 juta ton. Dari total produksi sampah nasional tersebut 63,3% atau 20,5 juta ton dapat terkelola, sedangkan sisanya 35,67% atau 11,3 juta ton sampah tidak terkelola dengan baik.
Dari sekian banyak jenis sampah yang ada, tiga diantaranya berhasil menduduki peringkat teratas jumlah terbanyak di Indonesia, yaitu sampah organik, sampah plastik, dan sampah kertas. Sebagai pelajar, tentu kita sudah tidak asing lagi dengan ketiga jenis sampah ini yang kerap mencemari lingkungan sekolah. Di area kantin misalnya, sisa makanan yang tergolong sampah organik seringkali menumpuk. Di taman sekolah, dedaunan kering menumpuk bercampur plastik bekas kemasan minuman. Di parkiran, kantong plastik sisa belanjaan kerap beterbangan terbawa angin. Bahkan di ruang kelas, kertas ujian yang sudah tidak terpakai seringkali berakhir di tempat sampah tanpa dipilah.
Permasalahan sampah seperti ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengandalkan satu pihak saja. Diperlukan peran serta dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk warga sekolah. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah-langkah sederhana namun berkelanjutan yang dapat dilakukan bersama, demi menciptakan sekolah yang bersih, nyaman, dan peduli lingkungan.
Esai: Kesimpulan
Salah satu inovasi sederhana yang dapat dilakukan untuk mewujudkan sekolah peduli lingkungan adalah pembuatan lubang biopori. Langkah ini cukup mudah untuk dilakukan. Pertama, buat sebuah lubang di tanah dengan diameter 10–30 cm dan kedalaman 30–100 cm. Kemudian letakkan pipa PVC di dalam lubang tersebut beserta tutup yang sudah dilubangi. Setelah itu lubang biopori sudah dapat digunakan dengan cara mengisi sampah organik seperti sisa makanan, kulit buah, sayur, ataupun dedaunan.
Selain dapat membantu mengurangi volume sampah organik di sekolah, lubang biopori juga bermanfaat untuk mempercepat peresapan air hujan serta memberikan nutrisi untuk tanaman yang ada di sekitarnya. Sehingga, lubang biopori merupakan inovasi berkelanjutan yang efektif untuk diaplikasikan di sekolah-sekolah Indonesia.
Untuk mendukung sebuah inovasi, suatu kebijakan juga perlu dibuat agar volume sampah di sekolah dapat menurun drastis. Misalnya, sekolah dapat menerapkan kebijakan larangan penggunaan plastik dan styrofoam di kantin, serta mengajak siswa untuk membawa wadah makanan dan botol minum sendiri dari rumah. Dengan diterapkannya kebijakan seperti ini secara konsisten, sekolah dapat menjadi lingkungan belajar yang tidak hanya bersih, tetapi juga mendidik siswa untuk hidup lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Tak kalah penting, volume sampah kertas di sekolah juga perlu dikurangi. Konsumsi kertas, khususnya dalam dunia pendidikan, tergolong besar. Menurut data tahun 2017, dalam satu hari konsumsi kertas di Indonesia dapat mencapai 17 ribu ton. Jumlah ini sangat besar sehingga diperlukan langkah nyata untuk mengurangi penggunaannya. Salah satu solusi sederhana adalah mengganti absensi berbasis kertas dengan sistem digital. Fakta lapangan menunjukkan bahwa masih banyak sekolah yang menggunakan buku absensi untuk mencatat kehadiran siswa. Meskipun berbentuk buku, seringkali lembarannya rusak atau tercecer sehingga mengotori lingkungan sekolah.
Selain absensi digital, pemanfaatan teknologi juga dapat diperluas pada kegiatan belajar mengajar. Guru dapat memanfaatkan e-book untuk materi pembelajaran, menggantikan buku cetak yang cepat usang dan berpotensi menjadi sampah. Pengumpulan tugas pun bisa dilakukan secara daring melalui platform seperti Google Classroom atau Google Drive, sehingga penggunaan kertas dapat diminimalkan. Dengan penerapan teknologi ini, sekolah tidak hanya mengurangi timbunan sampah kertas, tetapi juga meningkatkan efisiensi serta memberikan pengalaman belajar yang lebih modern dan interaktif bagi siswa.
Upaya menciptakan sekolah hijau juga tidak hanya berfokus pada sampah, tetapi juga efisiensi energi listrik sehari-hari. Kebiasaan sederhana yang dapat dilakukan adalah mematikan lampu setelah kelas selesai digunakan. Tindakan kecil ini memberi banyak manfaat, seperti menekan biaya listrik, memperpanjang usia lampu, sekaligus membantu mengurangi dampak pemanasan global.
Untuk hasil yang lebih optimal, sekolah bisa memanfaatkan lampu otomatis dengan sensor gerak yang hanya menyala ketika ada aktivitas. Teknologi ini cocok dipasang di ruang-ruang yang tidak digunakan sepanjang hari, seperti lorong, gudang, toilet, atau ruang rapat. Dengan begitu sekolah benar-benar dapat memaksimalkan penggunaan listrik dengan biaya yang terjangkau.
Namun, semua inovasi dan teknologi tidak akan berjalan baik tanpa edukasi yang merata. Pihak sekolah dapat bekerja sama dengan OSIS maupun ekstrakurikuler untuk membuat poster ajakan menjaga lingkungan, seperti membawa wadah sendiri ke kantin, hemat energi di kelas, atau memilah sampah sesuai jenisnya, kemudian menempelkan poster tersebut di tempat strategis. Guru juga dapat menyisipkan pesan singkat tentang kepedulian lingkungan sebelum memulai pelajaran, sehingga siswa terbiasa mendengar dan mempraktikkannya.
Pada akhirnya dengan langkah kecil yang dilakukan bersama, ditopang teknologi dan edukasi, sekolah tidak hanya bersih secara fisik, tetapi juga menjadi ruang belajar yang menumbuhkan kebiasaan hidup berkelanjutan. Bayangkan jika setiap siswa konsisten melakukan hal sederhana, seperti mematikan lampu, membawa wadah sendiri, atau mengurangi penggunaan kertas, maka perubahan besar akan lahir dari sekolah kita. Mari mulai dari diri kita, dari sekolah kita, karena masa depan bumi bergantung pada apa yang kita lakukan hari ini.
Infografik
Setiap tahun, Indonesia menghasilkan begitu banyak sampah 🗑️. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya bumi kita jika kita terus cuek? 😔 Yuk, mulai sekarang kita HIJAUKAN sekolah 🌱 demi bumi yang lebih baik 🌍💚
Rubrik Diskusi—Infografik Pertamina
Sebagai perusahaan energi terbesar di Indonesia, PT Pertamina tidak hanya berfokus pada penyediaan energi fosil, tetapi juga berkontribusi aktif terhadap kelestarian lingkungan. Pertamina mengembangkan berbagai sumber energi terbarukan, mulai dari tenaga surya ☀️, angin 💨, hingga panas bumi 🌋. Upaya ini menjadi langkah penting untuk mendukung transisi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan di masa depan.
Foto Bercerita
Inilah potret tim FORMULA saat menuangkan ide kreatif dalam mading digital IDN Times. Prosesnya penuh canda tawa 😄, bahkan sempat ditemani seekor kucing yang tiba-tiba menghampiri saat kami take video 🐱. Sebuah pengalaman berharga yang tak ternilai 💚
Nah, itu dia mading digital dari tim FORMULA! 🎉 Kami juga punya video visualisasi esai yang bisa kamu cek di Instagram @jauzahia 📽️✨ Terus dukung langkah kecil menuju sekolah hijau, karena perubahan besar berawal dari kita semua 💚. Jangan lupa untuk selalu jaga bumi, dimulai dari lingkungan terdekatmu 🌍