IDN Times Xplore/Wilki Milki8_SMAN 8 Jakarta
Polusi datang dengan Permisi, beraksi tanpa di Sadari😤
World Health Organization (WHO) menyatakan 99% populasi di dunia menghirup udara yang melampaui batas pedoman kualitas udara WHO baru yang disahkan pada tanggal 22 September 2021. Ini konsekuensi yang harus diterima oleh negara-negara yang berpenghasilan menengah ke bawah di mana ekonomi lebih bergantung pada industri dan teknologi yang berpolusi. Mencerminkan betapa krusialnya masalah polusi ini, salah satu contoh nyata datang dari Pakistan, yang mengalami krisis polusi terburuk sepanjang sejarah pada 2024 hingga pertengahan 2025, namun pemerintah setempat akhirnya mengambil tindakan darurat sehingga berhasil keluar dari "pembunuh senyap" tersebut. Pemerintah Lahore membawa sebuah prestasi, di mana Lahore berhasil menduduki peringkat ke-46 dalam kategori ‘Kota berpolusi di dunia’. Adanya hal tersebut dapat menjadi dorongan bagi generasi muda hingga pemerintah agar berinisiatif mengambil langkah untuk mengatasi permasalahan ini.
“Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri”, menjadi gambaran umum respons masyarakat terhadap berbagai kasus pencemaran lingkungan yang terjadi di Indonesia. Meskipun sudah sangat sering diperbincangkan bahkan dalam bentuk aksi nyata maupun ajakan, kasus ini masih tetap dianggap sebagai angin lalu. Sebagian besar dari mereka hanya asyik menjadi audiens, tidak tertarik untuk mengambil peran dalam cerita nestapa lingkungan. Padahal, Jakarta sempat menempati posisi ke-2 dalam list “Kota paling berpolusi di dunia” pada tahun 2023.
Kembali ke tanah air, kualitas udara di Cilincing, Jakarta Utara memuncak ke angka 130 AQI, memasuki kategori “tidak baik”. Berbeda dengan beberapa daerah Jakarta lainnya yang masih memungkinkan melihat embun di pagi hari, gedung-gedung industri Cilincing, Jakarta Utara hampir tak terlihat oleh tebalnya polusi. Sungguh mengkhawatirkan, pohon yang seharusnya menjadi paru-paru dunia, kini tidak mampu dalam menjalankan perannya dengan baik, seakan hanya menjadi korban sekaligus saksi bisu dari debu polutan yang menyelimutinya. Zat berbahaya yang terhirup tiap menit, jam dan hari mengancam kualitas kesehatan penduduk yang kian memburuk dalam waktu jangka panjang, khususnya pada anak-anak dan Ibu hamil.
Menurut pernyataan dari salah satu RT di daerah Cilincing, Muhammad Raffi memberi tanggapan mengenai 3 kasus TBC di wilayah RW. 003 di awal tahun 2025. Namun, hal ini berhasil ditangani oleh Muhammad Rafi dan warga lainnya sehingga penderita TBC dapat sembuh total. Ia menilai tingkat polusi udara di daerah itu mencapai angka 8 dari skala 1–10. Jarak antara PELINDO (Pelabuhan Indonesia) dengan pabrik-pabrik industri sekitarnya pun tidak memenuhi ketentuan, karena seharusnya terdapat jarak belasan kilometer untuk mencegah penyebaran polusi. Penggunaan kendaraan bermotor, truk bermuatan, emisi industri, dan tandusnya daerah tersebut menjadi penyebab utama polusi udara yang berbahaya bagi masyarakat sekitarnya.
Keberadaan Desa Nelayan yang hidup berdampingan bersama industri batubara turut terkena dampak yang dihasilkan, seperti debu, limbah berbahaya, dan udara yang berpolusi. Kami mengunjungi Desa Nelayan, kehidupan warga sekitarnya dapat dikatakan kurang baik. Faktanya, setiap hari warga menghirup polusi udara akibat industri dan kendaraan, tandusnya lingkungan tersebut menunjukkan warga sekitar hanya menggunakan masker untuk berlindung dari pembunuh senyap. Melihat akses kesehatan yang cukup sulit bagi penduduk setempat, pemerintah seharusnya memberi perhatian lebih terhadap daerah yang menjadi pusat beroperasinya ekspor impor negara.
Maka dari itu, kami yakin dengan keterlibatan pemerintah, masyarakat, terlebih generasi muda dalam mengimplementasikan solusi “S E G A R”, yaitu:
Stop Pembakaran Sampah
Efisiensi Penggunaan Energi
Giat Tanam Pohon
Ayo menggunakan transportasi umum
Regulasi Limbah Pabrik
Dalam kehidupan sehari-hari, permasalahan polusi udara akan dapat teratasi sedikit demi sedikit dengan cara berani mengambil langkah pertama. Didukung oleh solusi modern Liquid3 (Pohon Cair Mikroalga), yang dikembangkan oleh salah satu profesor di Serbia, dalam lab Universitas Belgrade pada tahun 2021 juga dapat digunakan sebagai langkah represif. Liquid3 beroperasi menggunakan mikroalga sebagai bahan dasar utama dalam penyerapan emisi gas zat berbahaya. Kecepatan reproduksi mikroalga dapat kita manfaatkan di sepanjang jalan yang umumnya ramai dilalui kendaraan dan dekat dengan industri, sebab satu unit pohon cair mampu menyerap emisi gas rumah kaca setara dengan 2 pohon berusia 15 tahun sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap daerah.