Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Istilah Ambigu, Apakah Sama dengan Ketidakjelasan?

ilustrasi kebingungan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kamu mungkin sudah gak asing lagi dengan kata "ambigu" yang cukup sering ditemukan dalam sebuah kalimat. Ambigu bisa didefinisikan sebagai kata, frasa, atau kalimat tidak pasti yang bisa mengandung lebih dari satu makna. Sehingga, gak jarang pernyataan ini kerap membuat bingung sang pembaca karena maknanya gak tersampaikan dengan jelas atau bahkan mengandung banyak makna.

Dalam beberapa konteks, ambigu bisa saja dipilih untuk menambah kesan humor pada sebuah kalimat, teks, atau pernyataan yang diutarakan. Ingin tahu lebih jauh mengenai kata ambigu? Yuk, simak penjelasannya di bawah!

1. Apa itu ambigu?

ilustrasi belajar (pexels.com/Dziana Hasanbekava)

Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), ambigu bermakna lebih dari satu. Oleh karenanya, hal tersebut kerap menimbulkan keraguan, kekaburan, dan ketidakjelasan akibat makna yang dimilikinya lebih dari satu. Saat melihat pernyataan ambigu tiap orang akan punya penafsirannya sendiri yang mungkin akan berbeda-beda.

Secara bahasa, ambigu berasal dari kata "ambiguitas" yang merupakan kata serapan bahasa Inggris ambiguity atau bisa ditafsirkan sebagai lebih dari satu arti. Dalam bahasa Indonesia, ambiguitas juga disebut sebagai ketaksaan, perihal taksa berupa kekaburan atau keraguan.

2. Faktor yang memengaruhinya

ilustrasi belajar di luar(pexels.com/Anete Lusina)

Ambigu muncul karena disebabkan oleh empat faktor. Pertama, karena dalam kalimat tersebut gak ditambahkan konjungsi (kata sambung), sehingga orang lain gak memiliki petunjuk mengenai maksud sebenarnya yang ingin disampaikan.

Contoh kalimatnya seperti, "Dinda tidak hadir rapat, anaknya sakit". Kalimat tersebut akan punya makna berbeda jika diberi konjungsi seperti, "Dinda tidak hadir rapat, selama anaknya sakit" atau "Dinda tidak hadir rapat, setelah anaknya sakit".

Kemudian, karena faktor unsur kalimat menyimpang yang berkaitan dengan kata, frasa, klausa, juga konjungsi. Contohnya, "Nina menyelamatkan buku yang hangus terbakar".

Dalam kalimat tersebut, terjadi salah pemilihan kata hingga membuatnya tampak gak realististis. Agar gak ambigu, kalimat tersebut bisa diubah jadi, "Nina menyelamatkan buku yang belum terbakar".

Hampir mirip dengan faktor sebelumnya, dalam kalimat ambigu juga bisa disebabkan karena pemilihan kata yang gak tepat. Contohnya, "Dejun sudah menyajikan makanan untuk anjingnya". Dalam kalimat tersebut, istilah "menyajikan" harus diperbaiki menjadi, "Dejun sudah menyediakan makanan untuk anjingnya".

Faktor terakhir berasal dari intonasi atau penggunaan tanda baca yang kurang tepat. Contohnya, "Kakak masak ikan, di dapur" dan "Kakak masak, ikan di dapur". Secara bahasa, keduanya memang tepat, namun punya arti yang sangat berbeda.

Kalimat pertama bermakna aktivitas kakak yang sedang masak ikan di dapur. Sedangkan, kalimat kedua punya makna ambigu yang berarti kakak sedang masak dan di dapur ada ikan.

3. Penggunaan kalimat ambigu

ilustrasi pelajar SMA (unsplash.com/Ed Us)

Meskipun sering membuat orang lain merasa bingung, tetapi kalimat ambigu juga bisa digunakan dan bahkan sangat umum ditemukan dalam karya sastra seperti puisi dan dongeng. Dalam bentuk karya tertulis atau lisan, makna ambigu yang dituangkan bisa saja makin menambah nilai keindahan tatanan bahasanya.

Jika kamu ingin melontarkan sebuah humor kepada seseorang, kalimat ambigu juga bisa dipilih karena orang yang menyimak bisa punya penafsiran ganda terhadap ungkapan yang kamu sebutkan. Dengan begitu, kesan humor akan sangat terasa.

4. Jenis dan contoh kalimat ambigu

ilustrasi belajar kelompok (pexels.com/cottonbro studio)

Tahukah kamu, bahwa ambigu punya tiga jenis yang berbeda-beda. Pertama, ada ambiguitas gramatikal yang terjadi saat proses pembentukan dalam tingkat kebahasaan. Ambigu jenis ini meliputi morfologi (morfem dan kata) yang mengakibatkan perubahan makna.

Misalnya, kata "pemukul" bisa didefinisikan sebagai alat untuk "memukul" atau "pelaku" yang memukul. Kemudian, sintaksis (frasa, klausa, dan kalimat) mengakibatkan jika dikombinasikan dalam kalimat bisa punya makna berbeda tergantung konteks. Contohnya, kata "orangtua" bisa bermakna ayah dan ibu atau orang yang sudah tua.

Lalu, ambiguitas fonetik yang terbentuk ketika kata atau kalimat diucapkan secara cepat dan menyebabkan keraguan maknanya. Misalnya, kata "beruang" bisa memiliki tafsir sebagai hewan atau bisa juga pelafalan "ber-uang" yang diucapkan terlalu cepat.

Terakhir, ambiguitas leksikal yang biasanya sengaja digunakan untuk membuat permainan kata. Jenis ambiguitas ini meliputi polivalensi, ketidakjelasan batas makna suatu kata dan penggunaan gaya bahasa yang bisa menyebabkan pendengar atau pembaca salah melakukan penafsiran makna. Dalam tatanan leksikal, ambiguitas bisa dilihat dua jenis, yaitu dari polisemi (punya lebih dari satu arti) dan homonim (kata yang pelafalan dan ejaannya sama, tapi makna beda).

5. Kalimat ambigu Vs. ketidakjelasan, apakah sama?

ilustrasi belajar sambil mengobrol (pexels.com/Charlotte May)

Jika dilihat sekilas, ambiguitas mungkin terasa mirip dengan ketidakjelasan. Namun, tahukah kamu bahwa ada hal yang membedakan antara keduanya? Secara sederhana, ambigu mengacu pada sesuatu yang punya banyak arti atau kemungkinan, sedangkan ketidakjelasan mengacu pada sesuatu yang gak jelas, gak punya arti yang pasti.

Pembeda lain yang bisa kamu lihat, yaitu dalam ambiguitas hampir selalu ada definisinya meskipun mungkin akan lebih dari satu. Sementara, ketidakjelasan kerap kali mengacu pada situasi di mana kalimat atau ucapan gak punya interpretasi yang membuatnya sulit ditarik kesimpulan karena informasi yang disampaikan gak tuntas atau gak cukup jelas.

Demikianlah penjelasan mengenai istilah ambigu yang perlu kamu ketahui. Sekarang kamu pasti sudah paham, kan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
Delvia Y Oktaviani
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us