ilustrasi belajar di luar(pexels.com/Anete Lusina)
Ambigu muncul karena disebabkan oleh empat faktor. Pertama, karena dalam kalimat tersebut gak ditambahkan konjungsi (kata sambung), sehingga orang lain gak memiliki petunjuk mengenai maksud sebenarnya yang ingin disampaikan.
Contoh kalimatnya seperti, "Dinda tidak hadir rapat, anaknya sakit". Kalimat tersebut akan punya makna berbeda jika diberi konjungsi seperti, "Dinda tidak hadir rapat, selama anaknya sakit" atau "Dinda tidak hadir rapat, setelah anaknya sakit".
Kemudian, karena faktor unsur kalimat menyimpang yang berkaitan dengan kata, frasa, klausa, juga konjungsi. Contohnya, "Nina menyelamatkan buku yang hangus terbakar".
Dalam kalimat tersebut, terjadi salah pemilihan kata hingga membuatnya tampak gak realististis. Agar gak ambigu, kalimat tersebut bisa diubah jadi, "Nina menyelamatkan buku yang belum terbakar".
Hampir mirip dengan faktor sebelumnya, dalam kalimat ambigu juga bisa disebabkan karena pemilihan kata yang gak tepat. Contohnya, "Dejun sudah menyajikan makanan untuk anjingnya". Dalam kalimat tersebut, istilah "menyajikan" harus diperbaiki menjadi, "Dejun sudah menyediakan makanan untuk anjingnya".
Faktor terakhir berasal dari intonasi atau penggunaan tanda baca yang kurang tepat. Contohnya, "Kakak masak ikan, di dapur" dan "Kakak masak, ikan di dapur". Secara bahasa, keduanya memang tepat, namun punya arti yang sangat berbeda.
Kalimat pertama bermakna aktivitas kakak yang sedang masak ikan di dapur. Sedangkan, kalimat kedua punya makna ambigu yang berarti kakak sedang masak dan di dapur ada ikan.